Selasa, 14 Jun 2011

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


70.000 Polisi Merazia Kalung

Posted: 15 Jun 2011 03:54 AM PDT

TEHERAN, KOMPAS.com — Iran mengerahkan lebih dari 70.000 aparat keamanan ke jalan-jalan. Bukan karena ada demonstrasi besar-besaran menentang Presiden Mahmoud Ahmadinejad, melainkan untuk merazia "korban invasi budaya Barat".

Razia itu ditingkatkan menjelang musim panas karena biasanya pada musim itu, banyak orang terutama kaum muda lebih berani menantang risiko didenda ataupun ditahan karena alasan pakaian.

Pemerintah Iran secara resmi melarang kaum lelaki mengenakan busana yang tidak islami, termasuk mengenakan kalung.

Ribuan aparat itu merupakan bagian dari program "rencana keamanan moral". Pada perempuan mereka merazia kerudung yang tidak rapi, jaket ketat, dan celana panjang yang memperlihatkan kulit. Sementara kaum lelaki dilarang memiliki potongan rambut yang aneh-aneh dan mengenakan kalung.

Program ini dilaksanakan setelah parlemen mengajukan rancangan undang-undang untuk mengkriminalisasi kepemilikan anjing, dengan alasan "memicu masalah budaya dan imitasi buta budaya Barat yang vulgar".

Kantor berita Irna mengatakan, program itu bertujuan memerangi "invasi budaya Barat" dengan bantuan ribuan aparat terlatih yang biasa disebut "polisi moral".

Razia itu ditingkatkan menjelang musim panas karena biasanya pada musim itu banyak orang, terutama kaum muda, lebih berani menantang risiko didenda ataupun ditahan karena alasan pakaian.

Tekanan untuk kaum perempuan jauh lebih besar karena busana mereka harus tertutup dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sementara kaum pria boleh mengenakan kemeja berlengan pendek asal bukan celana pendek.

"Penegakan rencana keamanan moral ini menjadi tuntutan bangsa dan akan berlanjut sampai rakyat benar-benar patuh untuk berbusana secara pantas," kata Ahmadreza Radan, Deputi Komandan Kepolisian Iran.

Polisi moral Iran bertanggung jawab pada sebuah badan yang dipilih langsung oleh pemimpin tertinggi, Ayatollah Ali Khamenei. Dalam program tayangan langsung televisi, Presiden Ahmadinejad mengatakan dirinya tidak menyetujui razia semacam itu.

Seorang warga Teheran yang menolak namanya disebut mengatakan, program ini bukan sekadar razia pakaian. "Mereka menyebarkan rasa panik dan ketakutan dengan menyebar begitu banyak polisi ke jalan-jalan atas nama program itu agar bisa mengontrol masyarakat. Saya heran melihat rezim yang tidak hanya memikirkan kelangsungan kekuasaannya, tetapi juga mengintervensi kehidupan pribadi Anda," katanya.

Pada musim panas tahun lalu, pemerintah merilis daftar gaya rambut yang boleh digunakan kaum lelaki Iran. Gaya itu untuk mengganti model rambut ala Barat seperti gondrong atau berjambul.

 

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

China Tolak Campur Tangan Asing

Posted: 15 Jun 2011 02:38 AM PDT

BEIJING, KOMPAS.com — China menuduh Vietnam memperkeruh ketegangan di Laut China Selatan dengan menggelar latihan militer.

Para pemimpin Beijing menolak campur tangan internasional dalam sengketa ini, berlawanan pernyataan para petinggi Vietnam yang membuka tangan untuk keterlibatan pihak lain.

"Beberapa negara bertindak sepihak untuk mengganggu kedaulatan, hak maritim, dan kepentingan China, dengan mengeluarkan pernyataan tidak bertanggung jawab dan tak berdasar untuk berupaya memperlebar dan memperumit persengketaan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hong Lei, Selasa (14/6/2011).

Perang kata antara Beijing dan Hanoi terus meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Mereka saling menuduh melanggar wilayah teritorial masing-masing di Laut China Selatan, yang diklaim sebagian atau seluruhnya oleh China, Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei, dan Taiwan.

Laut China Selatan tercatat sebagai rute pelayaran penting. Diduga, perairan itu memiliki simpanan minyak dan gas.

Pemerintah Hanoi menyebut sejumlah insiden dan menuduh beberapa kapal China secara sengaja merusak kabel kapal pengawas Vietnam di perairan Vietnam.

Beijing membalasnya dengan menuduh kapal Vietnam secara ilegal mengawasi perairan China dan mengganggu kapal nelayannya.

Peretas (hacker) kedua pihak juga saling menyerang situs lawan dengan mengunggah pesan dan gambar bernada patriotik, media China melaporkan.

Ketegangan yang terus meningkat itu menarik perhatian internasional, termasuk dari Amerika Serikat yang hingga kini bersikap netral.

Namun para pengamat menilai, AS akan menggunakan isu ini sebagai cara baru untuk meredam kekuatan China.

"Dulu AS menggunakan Taiwan sebagai keping poin tawar di kawasan ini. Kini ketika tensi di Selat Taiwan mereda, mereka berpaling ke Laut China Selatan," kata Zhan Xizhen, dosen studi Asia Tenggara di Peking University.

"Meskipun AS mengklaim netralitasnya pada isu ini, jika konflik pecah di kawasan ini, mereka bisa menggunakannya sebagai alasan untuk campur tangan," lanjutnya.

Para pemimpin Beijing menolak campur tangan internasional dalam sengketa ini, berlawanan pernyataan para petinggi Vietnam yang membuka tangan untuk keterlibatan pihak lain.

"China selalu berpendapat, negara-negara yang terkait langsung dengan isu ini seharusnya melakukan negosiasi bilateral dan bersahabat," tegas Hong Lei.

"China hanya mencoba melindungi hak dan kepentingan sahnya, bukan melanggar hak negara lain," tegasnya.

 

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan