Rabu, 16 Februari 2011

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Bandar Judi: Yaman Favorit Susul Mesir

Posted: 17 Feb 2011 04:04 AM PST

KRISIS TIMTENG

Bandar Judi: Yaman Favorit Susul Mesir

Penulis: Egidius Patnistik | Editor: Egidius Patnistik

Kamis, 17 Februari 2011 | 12:04 WIB

DUBLIN, KOMPAS.com — Kondisi politik yang tengah bergolak di Afrika Utara dan wilayah Arab telah dijadikan obyek untuk bertaruh oleh sebuah bandar taruhan di Irlandia. Paddy Power, bandar taruhan itu, menawarkan peluang bertaruh tentang negara mana berikutnya yang akan menumbangkan pemimpinnya. Bandar taruhan itu, sebagaimana dilansir Telegraph, Rabu (16/2/2011), memasang Yaman sebagai negara pertama berikutnya yang akan sukses menggulingkan pemimpinnya menyusul Tunisia dan Mesir.

Angka taruhan untuk Yaman yang dipasang sebagai favorit berikutnya adalah 15/8. Para pemrotes antirezim dan pendukung Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, bentrok di Sanaa, Rabu, dengan setidaknya empat orang terluka. Sebuah pawai protes berangkat dari sebuah universitas menuju Alun-alun Al-Sabiine di dekat istana presiden. Namun para demonstran langsung diserang oleh ratusan loyalis Saleh yang bersenjata tongkat, batu, dan belati segera setelah mereka meninggalkan kampus. Setelah pecahnya aksi protes di seluruh negara itu, Saleh berjanji tidak akan maju lagi dalam pemilihan umum tahun 2013, tetapi hal itu tidak menghentikan kerusuhan.

Bandar taruhan itu memasang Jordania sebagai favorit kedua yang akan tumbang dengan angka 9/4, lalu Aljazair di 7/2. Bahrain, yang tengah menghadapi kerusuhan bergaya Mesir, bisa menjadi taruhan yang baik, dengan peluang 8/1.

Reformasi politik terbatas yang telah diumumkan oleh pemimpin negara-negara itu tidak banyak menghentikan protes warga. Raja Jordania, Abdullah, telah dipaksa untuk merombak kabinetnya pekan lalu, setelah berminggu-minggu terjadi aksi protes terkait kenaikan harga-harga dan pengangguran yang meningkat. Para pemimpin suku di negara itu juga meminta raja untuk mengakhiri peran istrinya dalam politik.

Rezim Arab Saudi dan Suriah yang lebih menindas berada urutan paling bawah tawaran Paddy Power, yaitu 20/1, meskipun aksi protes juga terjadi di dua negara tersebut. Berikut adalah daftar lengkap tawaran Paddy Power

15/8 Yaman

9/4 Jordania

7/2 Aljazair

7/2 Maroko

8/1 Bahrain

12/1 Iran

16/1 Libya

16/1 Sudan

16/1 Irak

20/1 Arab Saudi

20/1 Suriah

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Kirim Komentar Anda

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Aljazair Segera Cabut Keadaan Darurat

Posted: 17 Feb 2011 03:07 AM PST

ALJIRS, KOMPAS.com - Aljazair, pada akhir Februari ini, akan mencabut keadaan darurat yang diterapkan di negara itu 19 tahun lalu, pada awal konflik berdarah satu dasawarsa lamanya dengan gerilyawan Islam garis keras.

"Pencabutan keadaan darurat itu akan terjadi sebelum akhir bulan ini bersama dengan pengumuman mengenai beberapa tindakan mengenai perumahan, pekerjaan dan manajemen pemerintah," kata Perdana Menteri Ahmed Ouyahia seperti dikutip kantor berita negara APS, Rabu (16/2/2011).

Keadaan darurat itu diumumkan tahun 1992 di tengah kekerasan yang mengadu kelompok Islam garis keras melawan pemerintah yang didukung militer, yang telah menyebabkan sedikitnya 150.000 orang tewas dalam satu dasawarsa. Presiden Abdelaziz Bouteflika telah mengumumkan awal bulan ini bahwa ia akan mencabut keadaan darurat "secepatnya", tetapi ia tidak memberikan tanggal persisnya. Pencabutan kondisi darurat itu telah lama diminta oleh oposisi.

Pengumuman Ouyahia itu tiba sebelum demonstrasi kedua yang direncanakan Sabtu mendatang di Aljiers oleh Koordinasi Nasional untuk Perubahan dan Demokrasi (CNCD), koalisi partai-partai oposisi, kelompok hak asasi manusia dan serikat-serikat tidak resmi. Terdorong oleh revolusi di Tunisia dan Mesir, sekitar 2.000 demonstran mengalir ke jalan-jalan di ibukota Aljazair, Aljiers, akhir pekan lalu. Mereka menantang larangan terhadap demonstrasi massa dan keadaan darurat. Sekitar 30.000 polisi anti-huru-hara dikirim untuk menghentikan demonstrasi itu.

Amerika Serikat, Jerman dan Perancis telah minta Aljazair untuk membolehkan warganya berdemonstrasi dengan bebas dan melakukan pengendalian diri saat berhadapan dengan demonstran. "Negara ini tidak dapat tidak menyadari peristiwa yang terjadi di negara-negara Arab dan Islam," kata Ouyahia dalam pidatonya pada para pendukung Bouteflika.

Sangat penting untuk memberikan solusi yang memadai pada permasalahan kawula muda Aljazair, katanya. CNCD menginginkan diakhirinya segera pemerintahan Bouteflika, dengan menyebut masalah-masalah yang telah mengilhami pergolakan di Tunisia dan Mesir, yaitu angka pengangguran tinggi, perumahan dan biaya-biaya yang meningkat. Keluhan-keluhan itu telah memicu kerusuhan pada awal Januari yang menyebabkan lima orang tewas dan lebih dari 800 orang luka-luka. Demonstrasi yang diserukan oleh oposisi Perkumpulan untuk Kebudayaan dan Demokrasi (RCD) di Aljiers pada 22 Januari juga menyebabkan banyak orang terluka ketika polisi merintangi unjuk rasa di parlemen.

Seperti rekan-rekan mereka di Tunisia dan Mesir, demonstran juga telah menggunakan Facebook dan pesan teks untuk menyebarkan seruan mereka bagi perubahan. Bouteflika, berkuasa sejak 1999, telah berusaha untuk mengekang kenaikan harga dan menjanjikan konsesi-konsesi politik. Tindakan itu termasuk permintaan pada perusahan siaran milik negara untuk memberikan liputan pada partai-partai politik dan organisasi yang disahkan secara resmi, salah satu tuntutan penting oposisi. Tapi oposisi menyatakan langkah-langkah itu tidak cukup.

Bouteflika yang telah berusia 74 tahun terpilih kembali pada 2004 dan tahun 2009 setelah merevisi konstitusi yang memungkinkan dia untuk terus berkuasa.

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan