Sabtu, 29 Jun 2013

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Pemimpin Oposisi Mesir Serukan Rakyat Turun ke Jalan

Posted: 29 Jun 2013 06:15 PM PDT


KAIRO, KOMPAS.com - Pemimpin oposisi Mesir, Mohammad ElBaradei, Sabtu (29/6/2013) malam, meminta seluruh warga Mesir ikut ambil bagian dalam rencana aksi protes besar-besaran yang akan digelar Minggu (30/6/2013), untuk menggulingkan Presiden Mohammad Mursi.

ElBaradei, peraih Nobel perdamaian dan mantan ketua Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), dalam pesan videonya mengatakan bahwa Presiden Mursi telah gagal memimpin Mesir ke jalan demokrasi yang benar menyusul revolusi 25 Januari 2011 yang menggulingkan Hosni Mubarak.

"Revolusi sudah pecah sehingga kita semua hidup sebagai manusia dan harus diperlakukan layaknya manusia," kata Elbaradei.

"Sayangnya, tak ada yang dicapai. Kami merasa bangsa ini mengalami kebuntuan dan negeri akan runtuh bukan karena presiden berasal dari Ikhwanul Muslimin, dan bukan karena hanya satu partai politik yang berkuasa," sambung Elbaradie.

"Negeri ini ambruk karena pemerintahnya gagal. Benar-benar gagal," kata pendiri Partai Dostour itu.

"Kami memberi dia (Mursi) pilhan kami untuk memimpin, namun dia tak tahhu cara memimpin. Negeri ini sudah rusak. Ini bukan Mesir dan ini bukan revolusi," ujar Elbaradei.

Di saat banyak kelompok oposisi menyerukan unjuk rasa anti-Mursi hari ini, Elbaradei justru berkata tujuannya adalah rakyat kembali memberikan suara dalam pemilu dengan memaksa Mursi menentukan pemelihan presiden yang dipercepat.

"Semua warga Mesir harus turun ke jalan besok (Minggu) dan mengatakan kami ingin pemilu kembali digelar dan ingin membangun kembali fondasi rumah yang akan didiami warga," ujar Elbaradei.

Sementara itu, Presiden Mursi menyebut oposisi adalah kelompok pecundang yang tak bisa mengalahkannya dalam pemilu lalu membawa kekesalan mereka je jalanan.

Mursi mengandalkan dukungan besar Ikhwanul Musllimin untuk menghadapi para pengunjuk rasa.
 di jalanan.

Militer Mesir sudah bersiaga mengantipasi unjuk rasa besar ini. Personel militer sudah dikerahkan ke kota-kota besar di tengah rumor para jenderal akan mengambil alih pemerintahan jika terjadi pertumpahan darah.

Editor : Ervan Hardoko

Dua Pendiri Kelompok Al-Shabab, Dibunuh Anggotanya

Posted: 29 Jun 2013 03:55 PM PDT

MOGADISHU, KOMPAS.com - Dua orang anggota militan ternama di Somalia, salah satunya dihargai 5 juta dolar oleh AS, tewas dibunuh rekan-rekan mereka sendiri.

Kedua anggota militan itu adalah Ibrahim Jama Mead alias Al Afghani dan Abul Hamid Hashi Olhayi. Keduanya dikenal sebagai para pendiri kelompok Al-Shabab yang terkait dengan Al-Qaeda.

Afghani, yang mendapatkan nama panggilannya ini karena pernah berlatih dan bertempur di Afganistan adalah yang paling diinginkan pemerintah AS. Dia diketahui menentang perintah pemimpin Al-Shabab, Ahmed Abdi Godane.

Godane, yang kepalanya dihargai 7 juta dolar AS itu, memerintahkan anak buahnya untuk menangkap Afghani dan puluhan tokoh senior Al-Shabab lainnya awal bulan ini. Demikian kantor berita AFP mengabarkan.

"Kami sudah memberitahukan istri keduanya terkait kematian mereka, karena para istri ini sekarang harus mengenakan pakaian duka," kata juru bicara Al-Shabab Abdulaziz Abu Musab.

Kematian kedua tokoh senior Al-Shabab itu menunjukkan adanya perpecahan di tubuh Al-Shabab yang sudah lama memberontak untuk menggulingkan pemerintah Somalia yang didukung komunitas internasional.

Selain itu, pembunuhan ini menunjukkan upaya Godane untuk menyapu bersih semua orang yang berseberangan dengan dirinya dan semakin menancapkan kepemimpinan yang radikal.

Anggota keluarga -termasuk para saudari Afghani- mengatakan kedua orang ditahan dan kemudian dieksekusi. Namun, Al-Shabab mengatakan keduanya tewas dalam sebuah baku tembak.

"Kami membantah laporan yang menyebut kedua orang itu dieksekusi setelah ditahan terlebih dulu," kata Abu Musab.

"Keduanya tewas dalam baku tembak saat mereka menolak perintah penahanan," lanjut Abu Musab.

Kelompok militan Al-Shabab diketahui terpecah menjadi beberapa faksi sesuai dengan garis kesukuan anggotanya serta ideoleogi yang berbeda.

Sebagian anggota Al-Shabab tertarik dengan agenda nasionalis untuk mengusir pasukan asing dari Somalia. Sementara sebagian lainnya, termasuk Godane, lebih memiliki ambisi jihad internasional.

Sumber : Sky News

Editor : Ervan Hardoko

Tiada ulasan:

Catat Ulasan