Rabu, 13 Mac 2013

Republika Online

Republika Online


Anak-Anak Pun Bisa Terkena Kanker

Posted: 13 Mar 2013 11:13 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, Bagaimana mengenali kanker pada anak? Dr Endang Widiastuti, SpA (K) mengakui tidak mudah mendeteksi kanker pada anak secara dini, karena gejalanya tidak spesifik.

Lebih sulit lagi, karena pada tahap awal penyakit kanker jarang menimbulkan keluhan, apalagi anak-anak umumnya belum bisa merasakan adanya kelainan pada tubuhnya. Menurut dokter spesialis anak dari Divisi Hematologi Onkologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta (FKUI/RSCM) ini, kanker pada anak terjadi 2 - 4 persen dari seluruh kanker pada manusia. Sekitar 10 persen kematian anak disebabkan penyakit ini.

Namun, sejauh ini belum pernah diketahui secara pasti penyebab kanker pada anak. ''Namun dipercaya, itu terjadi sebagai akibat interaksi dari faktor genetik, kimia, fisik, dan virus,'' tuturnya.

Secara garis besar, kata Endang, kanker pada anak terbagi atas dua bagian, yakni kanker darah (leukemia) dan tumor padat (solid tumor). Leukemia bisa akut, juga kronik. Jenis tumor padat dapat berupa retinoblastoma, tumor otak, limfoma, neuroblastoma, tumor wilms (ginjal), radbmiosarkoma, osteosarkoma, dan hepatoblastoma.

Ada sejumlah gejala yang sering ditemukan pada anak yang terserang leukemia, seperti wajah pucat, pendarahan yang tidak diketahui sebabnya, demam berkepanjangan, pembesaran klenjar, hepatosplenomegali, serta nyeri tulang dan sendi. Sementara, yang perlu diwaspadai pada tumor otak dalah bila sakit kepala yang makin lama kian berat disertai mual. Dapat pula disertai daya penglihatan berkurang dan penurunan kesadaran.

Gejala yang perlu diwaspadai pada retinoblastoma (kanker mata), menurut dia, adalah bercak putih di bagian tengah mata yang seolah bersinar bila kena cahaya. Penglihatan terganggu, mata juling, dan bola mata menonjol keluar, juga merupakan gejala penyakit yang bisa membutakan indra penting ini. Pada limfoma (kanker kelenjar getah bening), gejala yang perlu diwaspadai adalah bila terjadi pembengkakan progresif kelenjar-kelenjar getah bening di leher, ketiak, dan usus tanpa diserta radang dan rasa nyeri.

Disebutkan, neuroblastoma (kanker syaraf) pada anak sering terjadi di dekat ginjal. Juga di beberapa titik lainnya, seperti di daerah leher atau rongga dada, dan mata. Bila berada di daerah mata, bisa membuat bola mata menonjol dan kelopak mata menurun. Sebagaimana halnya kanker syaraf, rabdomiosarkoma (kanker kelenjar otot) pada anak dapat terjadi di beberapa tempat, seperti di daerah kepala, leher, atau kandung kemih. Gejala yang ditimbulkan tergantung letaknya. Pada osteosarkoma (kanker tulang) -- seperti namanya - timbul di tulang.

Ingin Anak Jago Bahasa Asing, Ini Triknya

Posted: 13 Mar 2013 11:09 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, Sekolah dwibahasa sudah jadi pilihan Anda? Jika, ya, dan Anda memang berharap anak sukses di sekolah dwibahasa, pastikan ia menguasai bahasa ibu dengan baik.

Sebab, kalau mengerti konsepnya dalam bahasa Indonesia, anak tak perlu susah payah membangun kerangka berpikir dengan bahasa asing. ''Anak tinggal mencari padanan katanya saja dalam bahasa asing,'' papar Yvonne Freeman dari The University of Texas, Brownsville, Amerika Serikat.

Bahasa pergaulan cenderung lebih mudah dikuasai. Dalam dua tahun, anak sudah bisa berkomunikasi dengan lancar. `'Tetapi, kemahiran (proficiency) itu tidak mencerminkan penguasaan terhadap bahasa akademik,'' ujar Yvonne yang bersama David Freeman mendapatkan kesimpulan tersebut dari pengalamannya selama 30 tahun meneliti sekolah dwibahasa.

Bahasa akademik membutuhkan waktu ekstra untuk dapat dipahami dengan baik. Tak ada gunanya memaksakan anak berbahasa Inggris setiap saat. Riset memperlihatkan diperlukan sekitar empat sampai sembilan tahun bagi anak untuk dapat memahami bahasa akademik. Yang ia perlukan hanyalah waktu. ''Jadi, jangan kirim anak Indonesia usia empat tahun ke sekolah berbahasa Inggris,'' celetuk Yvonne setengah bercanda.

Saat anak menguasai dua bahasa, ia akan memiliki keunggulan khusus. Anak dapat melihat suatu persoalan tidak cuma dari satu sudut pandang. Anak yang bilingual biasanya lebih fleksibel secara kognitif saat memecahkan masalah. ''Dia punya lebih banyak alternatif pemecahan masalah,'' tandas Yvonne.

Bagaimana orangtua bisa terlibat untuk membantu penguasaan bahasa asing sang buah hati? Begini caranya:

- Untuk mengajarinya bahasa asing, mulailah kapan saja. Namun, pastikan Anda telah membangun kemahiran anak berbahasa ibu terlebih dulu. Jangan anggap Anda membuang waktu saat mengajarinya bahasa Indonesia.

- Prinsipnya, bangun kompetensinya di bahasa ibu. Mengenalkan warna, misalnya. Tunjukkan dan sebutkan warna objek pada anak. Lantas dekatkan anak dengan materi pelajarannya. Misalnya dengan mengajaknya menunjuk benda-benda di sekitar yang warnanya serupa dengan warna yang tadi Anda kenalkan. Setelah ia paham betul, silakan perkenalkan kosa kata bahasa Inggrisnya.

- Otak anak ibarat spons yang dapat menyerap banyak sekali pengetahuan. Tak ada batas berapa banyak jumlah bahasa asing yang boleh dipelajari anak. Ajari anak secara alami dengan membaca buku, menyanyi, dan mengenal budaya negara asal bahasa tersebut. Tak perlu khawatir jika suatu ketika Anda menemui anak mencampur dua bahasa sekaligus. Beritahukan padanan katanya dalam bahasa Inggris. 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan