Selasa, 1 Januari 2013

Republika Online

Republika Online


Mengapa Saat Pusing Kita Seolah Melihat Bintang? Pemicunya...

Posted: 01 Jan 2013 09:08 PM PST

REPUBLIKA.CO.ID, Setiap orang saat sedang pusing, migrain, atau setelah bersin, kalau memejamkan mata seolah melihat cahaya berkedip-kedip seperti bintang. Mengapa hal itu terjadi?

Hal ini disebabkan oleh stimulasi bagian belakang mata, atau saraf optik, yang mengirim kilatan cahaya ke otak. Di dalam bola mata terdapat gel tebal, yang berfungsi membuat bentuk bola mata menjadi bulat. Gel ini bila bergesekan dengan retina akan merangsang dan menciptakan gambar dalam otak. 

Ketika otak mendapat pesan dari retina, akan ditafsirkan sebagai cahaya. Jadi, ada atau tidak cahaya yang masuk ke mata, tetap diterjemahkan sebagai cahaya. Percobaan paling mudah, cobalah memejamkan mata lalu menekan kelopal mata kamu dengan tangan. Dalam gelapnya pandangan, pasti seolah melihat pendaran-pendaran cahaya seperti jutaan bintang di langit.

Pada saat seseorang bersin, hal ini akan menekan bola mata itu sendiri, atau dari stimulasi saraf yang berhubungan dengan penglihatan. Setiap seseorang bersin, bisa menyemburkan udara, air, dan mikroba ke udara hingga 100 mil per jam. Kondisi ini membuat retina bergesekan kuat dengan bola mata dan menimbulkan visi cahaya.

Demikian juga bila kita terlalu lama jongkok, atau bangun tiba-tiba saat tidur bisa menyebabkan tekanan darah drop, dan otak kekurangan oksigen. Perubahan kondisi ini mempengaruhi mata dan saraf optik.

Ada juga kondisi yang disebut floaters, yakni gangguan pada gel di bola mata. Floaters hanya terjadi karena penyakit tertentu, serta dipengaruhi oleh bertambahnya usia seseorang. Migrain serta gangguan penyakit kepala lainnya memungkinkan terjadi floaters. 

Akibatnya, semakin mudah mengalami visi cahaya karena penyakit yang diderita. Orang-orang yang berumur lanjut gel pada bola matanya semakin cair, ini juga jadi penyebab floaters. Tak heran, semakin tua kita akan semakin cepat mengalami masalah pada penglihatan.

Anak Anda Obesitas? Ini Dia Cirinya

Posted: 01 Jan 2013 06:04 PM PST

REPUBLIKA.CO.ID, Kasus obesitas pada anak-anak di seluruh dunia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia saja kasus obesitas pada anak-anak meningkat sebesar 15-20 persen per tahun. Kondisi ini sangat memprihatinkan, mengingat anak-anak Indonesia masih belum terlepas dari masalah kesehatan lain, yaitu kurang gizi.

Seperti kita ketahui, obesitas pada anak-anak dapat berdampak pada kesehatan sang anak di kemudian hari. Risiko penyakit berbahaya seperti stroke, serangan jantung, dan diabetes juga mengintai anak-anak yang mengalami obesitas.

Cara mengukur obesitas pada anak salah satunya adalah dengan menggunakan tabel BMI (Body Mass Index). Cara ini memang belum dijadikan standar umum untuk menentukan obesitas pada anak-anak. Namun, sebagian ahli berpendapat jika berat badan anak-anak di atas 20 persen dari berat badan sehat, maka anak tersebut bisa dikategorikan sebagai anak obesitas.

Cara lainnya adalah dengan mengukur prosentase lemak tubuh pada anak. Seorang anak laki-laki dikatakan obesitas jika memiliki prosentase lemak tubuh di atas 25 persen. Sedangkan untuk anak perempuan di atas 32 persen.

Sebagian besar kegemukan dan obesitas adalah karena makan berlebihan. Hal ini tergolong dalam obesitas primer. Sisanya, disebabkan karena penyakit atau gangguan hormonal atau kelainan genetis yang tergolong dalam obesitas sekunder.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi meningkatnya kasus obesitas pada anak-anak antara lain:

Kemajuan teknologi yang dirancang untuk membuat hidup lebih mudah dan lebih menghibur

Akses ke makanan berkalori tinggi dan berlemak tinggi yang lebih mudah

Kegiatan rekreasi modern seperti bermain game, komputer dan menonton TV

Iklan makanan cepat saji dan makanan tak sehat lain yang menarik minat anak-anak

Hidup dalam lingkungan yang padat dan keterbatasan area bermain

Gaya hidup tak sehat yang diwariskan orang tua

Akan tetapi satu harapan cerah telah dikemukakan dalam American journal of Preventive Medicine. Meski obesitas merupakan penyebab utama kematian, namun obesitas pada anak-anak dapat dicegah untuk menghindarkan mereka dari risiko penyakit dan kematian dini.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan