Selasa, 1 Januari 2013

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


Gambia akan bangun RS herbal untuk pasien AIDS

Posted: 01 Jan 2013 09:27 PM PST

Ilustrasi obat herbal (istimewa)

Berita Terkait

Banjul (ANTARA News) - Gambia akan membangun rumah sakit dengan 1.111 ranjang, yang memberikan obat herbal untuk penderita AIDS, kendati ada keprihatinan medis bahwa pengobatan tersebut berbahaya.

Presiden Gambia Yahya Jammeh pada 2007 mengatakan ia telah menemukan obat herbal rebus untuk mengobati AIDS, yang memicu kemarahan di kalangan ahli medis Barat yang menyatakan ia memberi harapan palsu kepada orang yang sakit.

"Dengan lahirnya keberhasilan dari proyek ini, kami bermaksud mengobati 10.000 pasien HIV/AIDS setiap enam bulan melalui obat alamiah," kata Jammeh di dalam pidato Tahun Barunya.

Ia berharap rumah sakit dengan 1.111 ranjang itu akan dibuka pada 2015, demikian lapor Reuters.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan PBB telah mengatakan bahwa pengobatan HIV/AIDS dengan cara Jammeh tersebut mengkhawatirkan terutama karena pasien diharuskan menghentikan obat anti-retrovirus mereka, sehingga mereka rentan terhadap infeksi.

Jammeh pada Oktober mengatakan 68 pasien HIV/AIDS yang menjalani pengobatan herbalnya, kelompok ketujuh sejak pengobatan dimulai lima tahun lalu, telah sembuh dan diperkenankan pulang.

Angka penderita HIV di Gambia relatif rendah dibandingkan dengan negara lain Afrika, yakni dua persen dari sebanyak 1,8 juta warga di negeri tersebut, kata PBB.

Jammeh dituduh oleh para pegiat hak asasi manusia melakukan pelanggaran selama kekuasaannya, dan belum lama ini menarik kecaman internasional karena menghukum mati sembilan terpidana di depan regu tembak.

(C003)

Editor: Heppy

COPYRIGHT © 2013

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Pemimpin Korut ingin akhiri konfrontasi dengan Korsel

Posted: 01 Jan 2013 08:49 PM PST

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un (REUTERS/Kyodo)

pidato Kim tidak begitu saja berarti adanya perubahan politik luar negeri dari negara yang selalu mengutuk Amerika Serikat dan sekutunya dalam setiap kesempatan.

Berita Terkait

Seoul (ANTARA News) - Pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-un, dalam sebuah pidato tahun baru yang mengejutkan dan disiarkan oleh media milik negara, mengusulkan agar perseteruan dengan Korea Selatan (Korsel) diakhiri.

Dua negara tersebut secara teknis masih berada dalam keadaan perang karena tidak ada pakta perdamaian untuk mengakhiri konflik 1950-1953 itu.

Korut sendiri sebelumnya pernah menawarkan hal yang sama dan oleh karena itu, pidato Kim tidak begitu saja berarti adanya perubahan politik luar negeri dari negara yang selalu mengutuk Amerika Serikat dan sekutunya dalam setiap kesempatan. Demikian diberitakan Reuters--yang dipantau ANTARA News, di Jakarta, Rabu.

Pada Desember lalu Korea Utara juga memicu ketegangan di kawasan dengan meluncurkan roket jarak jauh yang dikatakan bertujuan untuk menempatkan satelit ilmiah di orbit. Tindakan tersebut dikecam oleh beberapa negara besar.

"Hal penting untuk mengakhiri perbedaan antara dua negara dan untuk mencapai reunifikasi adalah dengan menghapus konfrontasi antara utara dan selatan," kata Kim.

"Catatan masa lalu menunjukkan bahwa konfrontasi antara dua Korea selalu memicu peperangan," kata Kim dari lokasi yang dirahasiakan.

Pidato tahun baru yang dilakukan Kim adalah yang pertama dalam 19 tahun terakhir, pidato serupa pernah dilakukan oleh kakeknya, Kim Il-sung.

Minta Bantuan Kemanusiaan

Ahli Korea Utara dari Korea Institute for National Unification, Kim Tae-woo, mengatakan bahwa pernyatan Kim "nampak membawa pesan keinginan Kim Jong-un untuk mengakhiri konflik dua negara, yang mungkin berhubungan dengan permintaan bantuan."

"Namun pidato itu tidak begitu saja berarti adanya perubahan substantif politik luar negeri Korea Utara terhadap Korea Selatan," kata Kim Tae-woo.

Washington sendiri belum memberi komentar mengenai hal ini.

Sementara itu, peneliti senior dari Heritage Foundation dari Washington, Bruce Klinger, mengatakan, "Pesan tahun baru dari Kim Jong-un berbeda dalam format namun tidak dalam isi."

Klinger berpendapat, pidato tersebut menunjukkan bukti tambahan bahwa Kim Jong-un lebih mengikuti jejak gaya kepemimpinan kakeknya dibandingkan dengan ayahnya, Kim Jong-il yang meninggal pada Desember 2011.

Klinger mengatakan, di dalam negeri diplomasi Kim populer, "namun pengaruh pemimpin baru Korea Utara itu di dunia internasional dirusak oleh provokasi dan retorika bombastis yang terus-menerus dilakukan."

Yang mencurigakan dari pidato Kim adalah tidak adanya penyebutan program persenjataan nuklir Korea Utara.
(G005)

Editor: Ella Syafputri

COPYRIGHT © 2013

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan