Sabtu, 6 Oktober 2012

detikcom

detikcom


KontraS: Tak Ada Bukti Keluarga Korban Laporkan Novel Baswedan

Posted: 06 Oct 2012 12:34 PM PDT

Minggu, 07/10/2012 02:34 WIB

Danu Mahardika - detikNews

Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda Connect with Facebook

Jakarta Polisi tengah berupaya menangkap seorang penyidik KPK, Kompol Novel Baswedan. Polisi menuding Novel atas kasus penganiayaan tahun 2004 di Bengkulu. Namun dalam catatan Komisi Untuk Orang Hilang Dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), tak ada masyarakat yang melaporkan Novel atas kasus tersebut.

"Kita sudah pelajari bukti yang kita miliki, bahwa kita tidak menemukan adanya laporan dari masyarakat, atau dari keluarga korban yang meminta kasus (penganiayaan di Bengkulu tahun 2004) ini ditindaklanjuti. Pada peristiwa tersebut, Novel juga tidak ada di lapangan dan dia sudah menempuh upaya-upaya huukum yang layak yang diatur dalam institusi kepolisian," ujar Koordinator KontraS, Haris Azhar, di gedung KPK, Jalan HR Sasuna Said, Jakarta, Sabtu (6/10/2012).

Menurut Haris, nuansa kriminalisasi terhadap Novel sangat kuat daripada upaya penegakan hukum. Sebab tidak ada bukti kuat yang mengharuskan kasus Novel ditindaklanjuti setelah 8 tahun berlalu.

"Nah, kenapa justru upaya ini dipakai dan ditujukan ke Novel? Menurut kami ini ada suatu treatment dan perlakuan yang diskriminatif dari Mabes Polri. Justru itu dia ketika bukti-bukti tidak kuat, upaya kriminalisasi dan politisasi ini yang lebih menonjol," tuturnya.

KontraS menurut Harus, sangat menyayangkan upaya penangkapan inii dilakukan polisi pada saat ada kasus besar yang sedang dikerjakan KPK dengan dugaan korupsi di beberapa petinggi Mabes Polri.

"Idealnya kalau memang mau dibuka lagi, kita cari saja yang objektif (tim) dari luar Polri atau KPK," jelasnya.

Seperti yang diketahui, Novel Baswedan adalah salah satu penyidik KPK yang sedang bertugas menyidik kasus pengadaan simulator SIM di Korlantas Polri. Polisi berpangkat kompol yang kini sudah resmi menjadi penyidik tetap KPK ini rencananya akan ditangkap atas kasus penganiayaan berat yang mengakibatkan kematian saat ia masih bertugas di Polda Bengkulu tahun 2004 lalu.

Menurut versi KPK, kasus itu sendiri sebenarnya sudah dianggap selesai oleh polisi. Novel saat itu sudah dihadapkan dalam sidang kode etik polisi dan dinyatakan bersalah. Namun saat itu, Novel sebenarnya tidak bersalah. Novel justru menanggung kesalahan anak buahnya.

(rmd/rmd)

Tutup
 Share to Facebook:

You are redirected to Facebook

loadingSending your message

Message has successfully sent


Sponsored Link

LSM di Semarang Dukung KPK dengan Melarung Topi Polisi

Posted: 06 Oct 2012 11:11 AM PDT

Semarang, Seorang berpakaian putih diikuti sejumlah orang bertelanjang dada dengan celana dan penutup kepala merah menganggetkan warga yang memadati Jalan Pahlawan Semarang di malam minggu ini. Orang-orang itu komat-kamit membaca mantera.

"Jopa japu nambani sikil asu. Mari karepmu, ra mari yo nasibmu. Sengkala asu, sengkala kadal, sengkala babi, sengkala celeng, minggat....minggata !" suara berat Andang Prasetya dari Konsorsium Seniman Merdeka membaca mantera.

Mantera itu terus dibacakan berulang, sambil tangannya menabur-naburkan dupa ratus dan kemenyan madu. Sementara itu dua pemain jatilan (kuda lumping) menari-nari dengan kuda dari pelepah pisang. Di belakangnya berderet, satu orang membawa gambar topi polisi dengan lambang tribrata, satu orang membawa gambar kuda lumping, dua orang membawa poster "Save KPK".

Melihat aksi itu, para remaja yang sedang berpacaran di depan gedung Mapolda Jateng tampak kaget dan langsung berkerumun. Kegaduhan juga terdengar dari suara gamelan sederhana yang mengiringi kelompok kuda lumping itu.

Demikian suasana aksi dukung KPK yang diselenggarakan Masyarakat Jateng Anti Korupsi, Sabtu (6/10/2012) malam. Aksi itu merupakan respon atas pengepungan gedung KPK oleh provost dan personil Polri, sehari sebelumnya.

"Kami menggagas aksi ini secara dadakan disela kunjungan Ketua KPK di Semarang," kata Roni dari KP2KKN Jateng di Jalan Pahlawan Semarang, Sabtu (6/10/2012) malam.

Dalam aksi itu, memang sangat lekat dengan nuansa kejawen pesisiran. Aroma hio cina, kembang boreh, bahkan kafan mayat yang dikenakan sebagai jubah, adalah properti utama.

"Jopa Japu nambani sikil asu......sengkala minggat, jendral jahat minggat. Kanthi srana ratus iki, bakale sing becik ketitik olo ketoro," Andang yang memimpin rombongan masih membacakan mantera.

Di tiap papan nama kantor pemerintah di sepanjang Jalan Pahlawan, ia berhenti membaca mantera dan menyiramkan ratus. Setibanya di dekat kantor Gubernur Jawa Tengah, rombongan itu terjun ke dalam got dengan menari menggunakan kuda luping dari pisang dan masih mengucapkan mantera.

Topi polisi dengan lambang tribrata itupun dilarung di selokan air yang kotor dan berbau. Proses larung tersebut menjadi penutup aksi dukung KPK oleh Masyarakat Jateng Anti Korupsi. Menurut Andang Prasetya, aksi melarung sengkala Polri merupakan upaya simbolik mengembalikan kepercayaan publik kepada polisi.

Ia menilai, apapun keadaannya masih banyak anggota Polri yang idealis dan bersih. Bukan hanya yang ada di KPK, namun juga sampai pos polisi.

"Karenanya sengkala yang dibawa jendral-jendral polisi busuk itu, kita harapkan bisa dihanyutkan. Kita larung di selokan yang berbau, karena hakekatnya yang kotor akan berkumpul dengan yang kotor," tambah Andang.

Sementara itu, Denny Septiviant, direktur eksekutif The Jateng Institute menyebutkan aksi gabungan ini menyampaikan agar Polisi segera mereformasi diri dan menghentikan intimidasi kepada siapapun. Aliansi itu juga menuntut agar Kapolri Timur Pradopo dan Wakapolri Nanan Sukarna dicopot dari jabatannya.

"Kenapa kami memilih memakai Jatilan? Karena Jatilan adalah kesenian rakyat Jawa Tengah yang dianggap jelek oleh gubernur. Karenanya kami mendukung KPK agar KPK bisa segera konsentrasi membersihkan pejabat korup di propinsi Jawa Tengah," kata Denny.

Setidaknya ada 6 elemen yang mendukung aksi ini, diantaranya The Jateng Institute, Komunitas Seniman Merdeka, PBHI, AJI, KP2KKN, dan Pattiro. Mereka mengirimkan perwakilannya untuk mengambil peran dalam aksi dukung KPK di dalam got ini.

Sebelumnya, dalam kesempatan bertemu ketua KPK, Abraham Samad di gedung PWNU Jateng, mereka memberikan sebuah kenang-kenangan berwujud poster kecil bertuliskan 'Save KPK' yang dibungkus pigura sederhana.

(alg/rmd)

Tutup
 Share to Facebook:

You are redirected to Facebook

loadingSending your message

Message has successfully sent

Tiada ulasan:

Catat Ulasan