Rabu, 31 Oktober 2012

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


WHO: Marburg sudah tewaskan sembilan orang di Uganda

Posted: 31 Oct 2012 09:38 PM PDT

Jenewa (ANTARA News) - Sembilan orang, termasuk seorang pekerja kesehatan telah tewas akibat Marburg Hemorrhagic Fever (MHF) di Uganda hingga Minggu (28/10), kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di dalam keterangan yang diperbarui, Rabu malam (31/10).

Sebanyak 18 kasus telah dilaporkan dari lima kabupaten terutama Kabupaten Kabale, tempat wabah tersebut pertama kali dilaporkan, selain di Kampala --Ibu Kota Uganda-- Ibanda, Mbabarara dan Kabarole, kata pernyataan itu.

Sampel darah dari sembilan kasus telah dikonfirmasi terinfeksi virus Marburg di Lembaga Penelitian Virus Uganda (UVRI), kata WHO --sebagaimana dikutip Xinhua, Kamis.

Saat ini, katanya, 13 pasien telah dirawat di rumah sakit dan orang yang berhubungan dengan mereka didaftar untuk diikuti perkembangan mereka setiap hari.

WHO dan mitra internasionalnya mendukung pemerintah Uganda dalam menyelidiki dan melancarkan tindakan untuk menanggulangi wabah tersebut. Pengiriman pertama alat perlindungan pribadi yang disediakan oleh WHO tiba di Uganda pada akhir pekan.

Negara tetangga juga telah dihubungi agar memperkuat pengawasan perbatasan mereka guna mencegah penyebaran lintas-perbatasan wabah tersebut, kata WHO.

WHO menyatakan tak perlu ada pembatasan perjalanan atau perdagangan dengan Uganda pada saat ini.

Wabah itu diumumkan oleh Kementerian Kesehatan Uganda pada 19 Oktober.

Virus Marburg pertama kali ditemukan selama wabah kecil di Kota Marburg dan Frankfurt, Jerman, dan Ibu Kota Yugloslavia, Beograd, pada 1960-an. Virus Marburg (MARV) menyebabkan sakit parah pada manusia dan primata non-manusia dalam bentuk demam berdarah akibat virus.

WHO menyatakan penyelidikan awal menunjukkan semua kasus itu berasal dari kerabat dan keluarga kasus indeks yang sama.

(C003)

Penduduk Lower Manhattan berusaha keluar

Posted: 31 Oct 2012 08:41 PM PDT

Polisi kota New York berjaga di luar stasiun kereta api bawah tanah di Times Square, New York, Amerika Serikat, setelah layanan kereta api ditutup, Minggu (28/10). Pihak berwenang menutup sistem transportasi serta memerintahkan evakuasi sementara puluhan juta warga yang tinggal di Pantai Timur AS bersiap untuk menghadapi Topan Sandy, badai raksasa yang diperkirakan akan menghempas daerah tersebut dengan angin kencang, banjir yang membahayakan, dan bahkan hujan salju yang lebat. (REUTERS/Brendan McDermid)

Berita Terkait

New York (ANTARA News) - Orang yang terjebak di Lower Manhattan akibat Badai Sandy, pada Kamis berusaha mencari jalan ke luar, sementara mobil dan bus membuat antrian panjang, sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas di jalan menuju Upper Manhattan.

Seorang warga memberitahu Xinhua bahwa ia dan suaminya telah terjebak di apartemen mereka selama dua hari berturut-turut akibat Badai Sandy--yang telah mengakibatkan listrik padam dan pasokan air terhenti di kediaman mereka.

Gubernur New York Andrew Cuomo mengatakan dalam sebuah taklimat, Rabu (31/10), layanan terbatas kereta bawah tanah direncanakan untuk mulai beroperasi pada hari ini.

"Layanan terbatas kereta bawah tanah New York City, yang dilengkapi oleh bus yang menjembatani dari Brooklyn ke Manhattan akan dimulai besok," kata Cuomo.

Cuomo juga mengatakan layanan terbatas kereta pelaju di Long Island Rail Road dan jalur kereta Metro-North dilanjutkan pada pukul 14.00 waktu setempat, Rabu.

Ia menyeru warga agar bersabar dan bertoleransi menghadapi kondisi lalu lintas.

Sebanyak 8,5 juta orang menggunakan jaringan kereta pelaju Metropolitan Transport Authority setiap hari, kata beberapa laporan sebagaimana dikutip Xinhua--yang dipantau ANTARA di Jakarta, Kamis.

Consolidated Edison, penyedia utama listrik di wilayah tersebut, menyatakan lebih dari 500.000 pelanggan tak memperoleh pasokan di lima permukiman, hingga Selasa pagi (29/10).

"Ini akan jadi salah satu peristiwa buat buku rekor," kata John Miksad, Wakil Presiden Senior Operasi Listrik Con Ed. "Ini akan menjadi pemadaman terbesar yang berkaitan dengan badai dalam sejarah kami."

Wali Kota New York City Bloomberg juga mengatakan fasilitas pendukung tenaga listrik di New York University Langone Medical Center tak berfungsi, tapi 215 pasien berhasil dipindahkan ke instalasi yang berdekatan.

Menurut laporan media setempat, kerusakan paling parah akibat badai tersebut dialami wilayah dataran rendah di kota itu dan sekitarnya. Air terlihat di semua jalur kereta bawah tanah di Lower Manhattan.

"Dalam 108 tahun, pegawai kami tak pernah menghadapi tantangan seperti yang sekarang kami hadapi," kata pemimpin MTA Joseph Lhota di dalam satu pernyataan. "Kami semua di MTA berkomitmen untuk memulihkan sistem tersebut secepatnya guna mengembalikan New York ke kondisi normal."

(C003)

Editor: Ella Syafputri

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Komentar Pembaca

Kirim Komentar

Tiada ulasan:

Catat Ulasan