Sabtu, 29 September 2012

Republika Online

Republika Online


Menyimpan Keju Agar tak Mudah Berjamur? Simak Tipsnya

Posted: 29 Sep 2012 03:37 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, Keju kini sudah menjadi salah satu bagian menu santapan keluarga Indonesia, meski mungkin belum terlalu sering. Makanan olahan terbuat dari susu ini mengandung gizi tinggi, kaya kalsium dan juga memiliki cita rasa khas yang cenderung disukai.

Bagaimana cara menyimpan keju agar tetap awet, tidak mudah berbau apak dan bisa digunakan lagi sewaktu-waktu/  Maklum, meski digemari, konsumsi keju keluarga Indonesia tak sebanyak keluarga di Barat.

Cara menyimpan keju sederhana saja

1. Letakkan di dalam kulkas dengan suhu dingin sedang. Bungkis rapat dalam plastik terhindar dari paparan udara . Udara memicu pertumbuhan jamur pada keju.

Bila anda menjumpai bintik-bintik jamur pada keju anda, potong saja. Orang Inggris berkata meski jamur tak memakan keju tetapi membuat rasanya jadi tidak enak.

2. Keluarkan keju dan biarkan dalam suhu ruangan beberapa saat sebelum dikonsumsi, terlebih bila anda ingin melelehkan keju. Lelehkan keju dalam suhu rendah untuk mencegah pemisahan antara minyak dan cairan yang dikandung di dalamnya.

3. Sebagian besar keju matang atau keju tua memiliki kandungan kelembaban rendan dan bisa dibekukan tanpa mengubah rasa atau tekstur dengan drastis.

Sebelum digunakan, keju yang dibekukan dalam frezer perlu dilunakka perlahan. Tempatkan dalam bagian kulkas selama 24 jam atau lebih sesuai yang dibutuhkan. Bila keju dibekukan lebih dari beberapa bulan, ia mungkin mengering dan menjadi remah ketika dilunakkan.

Tahukah Anda, Kesehatan Anak Ditentukan pada 1000 Hari Pertama

Posted: 29 Sep 2012 09:52 AM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Kondisi kesehatan anak mulai ditentukan 1.000 pertama kehidupannya yang dimulai sejak terjadinya kehamilan.  Direktur Medis Nutricia Indonesia Sejahtera Swissanto Soerojo, menyampaikan itu di Yogyakarta, Sabtu (29/9).

"Oleh karena itu kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum dan selama hamil ikut menentukan kesehatan anak di masa depan," katanya pada simposium "The Importance of Early Life Nutrition to Support Long Term Health", di Yogyakarta.

Menurut dia, masalah gizi dan kesehatan anak selama rentang masa tersebut jika tidak ditangani akan memberikan dampak negatif pada usia selanjutnya.

Berkaitan dengan hal itu inisiatif gerakan 1.000 hari pertama kehidupan yang baru-baru ini diluncurkan pemerintah merupakan salah satu contoh program untuk menemukan solusi yang holistik bagi permasalahan malnutrisi.

"Hal itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup generasi saat ini dan masa depan melalui gizi sejak awal kehidupan dengan kepedulian, wawasan, dan keahlian," katanya.

Pakar gizi medis dari Perhimpunan Nutrisi Indonesia, Saptawati Bardosono mengatakan berbagai penelitian epidemologi menunjukkan terdapat hubungan antara isu kesehatan jangka panjang dengan gizi awal kehidupan.

Menurut dia, untuk kurang gizi maupun kelebihan gizi pada masa anak-anak dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan jangka panjang. "Kita telah melihat dampak malnutrisi pada masa anak-anak terhadap orang dewasa dengan semakin banyaknya anggota masyarakat yang mengalami obesitas maupun penyakit noninfeksi seperti diabetes, jantung, dan hipertensi," katanya.

Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) Siswanto Agus Wilopo mengatakan dalam konteks itu perlu upaya terintegrasi dalam sasaran jangka panjang Gerakan Nasional Sadar Gizi yang dicanangkan tahun ini.

"Gerakan itu bertujuan mengurangi proporsi anak balita kurus kurang dari lima persen, menurunkan anak yang lahir dengan badan rendah sebesar 30 persen, proporsi balita pendek 40 persen, dan menahan laju kenaikan proporsi anak yang memiliki gizi lebih," katanya.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan