Sabtu, 15 September 2012

ANTARA - Peristiwa

ANTARA - Peristiwa


Komaruddin: sikapi "Innocence of Muslims" secara cerdas

Posted: 15 Sep 2012 06:55 AM PDT

Semarang (ANTARA News) - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Komaruddin Hidayat mengajak masyarakat menyikapi secara cerdas atas munculnya film "Innocence of Muslims" yang menghina Nabi Muhammad SAW.

"Jangan sedikit-sedikit ngamuk, jangan mudah terprovokasi, dan jangan mudah terpancing emosi dengan munculnya film `picisan` semacam itu. Kita harus menyikapinya secara lebih cerdas," katanya di Semarang, Sabtu.

Hal itu diungkapkannya usai Orientasi Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang bertema "Membumikan Nilai Konservasi dalam Pendidikan Karakter Melalui Profesionalisasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan".

Komaruddin mengatakan bahwa film-film yang menjelekkan Islam banyak sehingga harus mampu menyikapinya secara cerdas, jangan ikut-ikutan dengan aksi dan reaksi masyarakat negara lain dalam memprotes film tersebut.

"Buku yang menjelekkan Islam banyak, film-film yang menjelekkan Islam juga banyak. Namun, apakah Islam akan jatuh dengan film picisan semacam itu? Apakah Nabi Muhammad SAW kemudian jatuh martabatnya? Tidak," katanya.

Kalau ada kekerasan fisik, kata Guru Besar Filsafat Agama UIN Jakarta itu, lawan secara fisik, demikian juga dengan kekerasan simbolik yang harus dilawan secara simbolik, seperti buku atau film yang merupakan simbolik.

"Kalau buku kan simbolik, hantam dan tulis dengan buku. Film juga simbolik, lawan dengan buat film. Kalau bisa, kalau tidak ya biarkan saja. `Ngapain` film picisan semacam itu ditonton? Saya tidak nonton," katanya.

Ia mengakui reaksi masyarakat di sejumlah negara atas film itu sangat besar, seperti di Mesir dan Libya, namun patut dimaklumi karena negara-negara di Timur Tengah tersebut memang sedang mengalami krisis politik.

"Apakah kita lantas ikut-ikutan? Rakyat di negara itu menjatuhkan pemimpinnya, kita ikut-ikutan? Kan tidak juga. Problem yang dihadapi memang berbeda, kita punya tradisi sendiri, sejarah sendiri," kata Komaruddin.

Di Barat sendiri, kata dia, Kristen memiliki banyak sekte, dan orang Kristen di negara Barat juga banyak yang benci dengan film yang menghina Nabi Muhammad SAW itu sehingga tidak boleh seenaknya digeneralisasi.

"Apakah dikira orang Buddha di sini senang dengan yang dilakukan orang Buddha di Rohingya? Apakah orang Kristen di sini senang dengan yang membuat film itu? Tidak. Kita tidak bisa seenaknya main generalisasi," kata Komaruddin.
(KR-ZLS/E001)

BNPB: tinggi debu letusan Gunung Lokon 1.500 meter

Posted: 15 Sep 2012 06:52 AM PDT

Manado (ANTARA News) - Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, tinggi debu letusan Gunung Lokon, di Kota Tomohon, Sulawesi Utara mencapai 1.500 meter.

"Letusan serupa sudah terjadi untuk kesekian kalinya. Dan Pusat Vulkonologi dan Mitigasi Bencana Geologi atau PVMBG Bandung telah menyampaikan informasi kepada Posko BNPB mengenai letusan ini," kata Nugroho, di Manado, Sabtu.

Dia mengatakan, letusan eksplosif yang terjadi pukul 18.53 WITA menggetarkan kaca-kaca Pos Pengamatan Gunung Api Lokon dan Mahawu di Kakaskasen, yang berjarak sekitar lima kilometer dari Kawah Tompaluan.

Dia menambahkan, pada saat letusan diiringi dengan lontaran material pijar (strombolian) yang diperkirakan mencapai ketinggian sekitar 600 meter.

Menurut Nugroho, PVMBG Badan Geologi Bandung sudah menyampaikan peringatan dini bahwa sejak Sabtu (15/9) pagi sekitar pukul 08.30 WITA telah terjadi peningkatan kegempaan.

Dan hingga tengah hari pukul 12.00 WITA, tercatat telah terjadi gempa vulkanik dalam sebanyak 56 kali, gempa vulkanik dangkal sebanyak 91 kali dan gempa embusan asap sebanyak 11 kali.

Bila peningkatan kegempaan Gunung Lokon terus terjadi dengan ritme yang sama, akan diikuti letusan, kata dia.

"Rekomendasinya jangan ada aktivitas masyarakat dalam radius bahaya 2,5 kilometer dari Kawah Tompaluan," kata dia.

Dia menambahkan, walaupun telah terjadi letusan, namun status Gunung Lokon masih siaga level III, dan belum perlu dilakukan pengungsian.

"Kami berharap masyarakat tetap tenang dan waspada. Apalagi sejak ditetapkan status siaga pada 24 Juli 2011, Gunung Lokon beberapa kali meletus dan tidak menimbulkan korban jiwa atau kerusakan besar," ungkapnya.

Dia menambahkan, tipikal Gunung Lokon adalah terjadi peningkatan aktivitas yang cepat dan diikuti letusan, dan setelah letusan aktivitasnya kemudian menurun hingga periode tertentu.

Menurut Nugroho, masyarakat yang bermukim di sekitar kawah sudah mengenali bagaimana perilaku gunung ini.

"BNPB telah meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Utara dan BPBD Kota Tomohon untuk mengambil langkah-langkah antisipasinya," ungkapnya.
(ANT-305/E001)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan