Sabtu, 23 Jun 2012

KOMPAS.com - Regional

KOMPAS.com - Regional


Proyek Infrastruktur Rp 18 Miliar di Perbatasan Kualitasnya Rendah

Posted: 23 Jun 2012 08:00 AM PDT

KEFAMENANU, KOMPAS.com - Hasil pekerjaan proyek infrastruktur jalan dan jembatan senilai Rp 18 miliar dari Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah (DPPID) di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur, kualitasnya sangat buruk.

"Semua proyek DPPID yang dikerjakan senilai RP 18 miliar, rata-rata memiliki kualitas sangat rendah. Dinas Pemukiman Prasarana dan Wilayah (Kimpraswil) Kabupaten TTU menswakelola sendiri semua pekerjaan, perencanaan maupun pengawasan, sehingga tidak ada yang bisa melakukan kontrol terhadap pelaksanaan proyek tersebut," kata Yohanes Salem, Anggota Dewan Perwakilaan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten TTU, Jumat (22/6/2012).

Salem yang juga anggota Panitia khusus (Pansus) yang dibentuk DPRD untuk melakukan pengawasan terhadap semua proyek pekerjaan di Kabupaten yang berbatasan dengan Distrik Oekusi Timor Leste itu menyimpulkan, hasil pengumpulan data dan fakta di lapangan, hampir sebagian besar proyek DPPID tahun 2011 kualitasnya sangat rendah. Aspal yang dipakai untuk jalan raya sudah terkelupas, box culvert (jembatan boks) mulai pecah, besi beton mulai terkelupas, dan ada sebagian jalan yang hanya dilakukan pengerasan saja, tidak digilas. Padahal, menurutnya, nilai kontraknya ratusan juta. Infrastruktur itu sudah rusak belum genap setahun dikerjakan.

"Dalam waktu dekat ini Pansus akan menggelar rapat dengar pendapat dengan pemerintah untuk mengklarifikasi temuan-temuan yang didapat Pansus, untuk kemudian atas pelanggaran-pelanggaran yang sifatnya administratif akan mendapatkan rekomendasi untuk diperbaiki. Sedangkan, temuan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, Pansus akan berkomitmen untuk diusut secara hukum dalam konteks untuk mendorong terciptanya good and clean governance," kata Salem.

Terkait dengan itu, Kepala Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) Kabupaten TTU, Yosep Lake, saat dikonfirmasi Kompas.com sedang tidak berada di tempat, begitupun juga dihubungi melalui telepon selulernya sedang tidak aktif.

Sudah diaudit BPK

Kepala Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) Kabupaten TTU, Yoseph Lake, saat dikonfirmasi kompas.com di ruang kerjanya, Sabtu (23/6/2012), mengatakan, semua pekerjaan proyek jalan dan jembatan telah dilaksanakan dengan baik bahkan telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan(BPK) dan dinyatakan tidak ada persoalan. Menurutnya, penilaian Pansus dari DPRD hanya sekedar untuk mencari kambing hitam.

"Proyek ini kan sudah diaudit oleh BPK, baik itu secara administrasi maupun fisik. Kemudian sekarang DPRD mau audit, kira-kira standar apa yang mau dipakai oleh DPRD untuk mengaudit proyek itu? Jangan mencari kambing hitam," kata Lake.

Terkait dengan tudingan dari anggota DPRD yang menilai proyek tersebut dikerjakan secara swakelola, Lake menilai semua itu telah dilakukan melalui prosedur dan aturan yang jelas. Semua tenaga konsultan sudah dilibatkan dalam perencanaan dan presentasi yang dananya di bawah Rp 100 juta sehingga sifatnya swakelola. Sedang, untuk pekerjaan fisik di atas Rp 100 juta dilakukan melalui proses tender.

"Kita juga mengerti aturan pelelangan, jadi tidak semua pekerjaan dilakukan secara swakelola," kata Lake.

Kerajinan Batik Corak Jember Makin Diminati

Posted: 23 Jun 2012 07:51 AM PDT

Ekonomi rakyat

Kerajinan Batik Corak Jember Makin Diminati

Agnes Swetta Br. Pandia | Fransiskus Sarong | Sabtu, 23 Juni 2012 | 14:51 WIB

JEMBER, KOMPAS.com - Batik corak Jember dengan motif tembakau makin diminati. Pemesan batik bukan hanya perusahaan atau instansi pemerintah di Jember, namun juga dari Surabaya dan Jakarta serta Bali.

Pengusaha batik "Labako" Mawardi di Dusun Krajan 1 Desa Sumber Pakem, Kecamatan Sumber Jambe Kabupaten Jember, Jawa Timur, Sabtu (23/6/2012), mengatakan, dengan 25 pembatik, usaha itu bisa memproduksi 200 lembar batik tulis. Jika pesanan batik semi tulis per minggu dan cap bisa mencapai 500 lembar.

Mawardi menambahkan, pesanan mengalir, bahkan jumlahnya lebih besar dari produksi. "Kalau order batik tulis dan jumlahnya lebih dari 200 lembar dan minta selesai cepat, saya tidak bisa penuhi. Kendala pada semakin sulit mendapatkan pembatik," katanya.

Sebagai generasi ketiga dalam usaha batik, Mawardi terus menciptakan corak baru mesti tanpa meninggalkan ciri khas tembakau. Harga selembar kain batik paling murah Rp 100.000 dan makin mahal jika corak lebih rumit dan melalui beberapa kali pewarnaan.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan