Ahad, 24 Jun 2012

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Presiden Terpilih Mesir Serukan Persatuan Bangsa

Posted: 25 Jun 2012 03:55 AM PDT

KAIRO, KOMPAS.com - Mohamed Mursi dari Ikhwanul Muslimin menyerukan persatuan nasional di Mesir menyusul kemenangannya dalam pemilihan presiden di negara itu.

Mursi yang merupakan pemimpin pertama di Mesir yang terpilih secara demokratis mengatakan ia akan menjadi presiden bagi seluruh rakyat Mesir. Ia memenangi 51.73 persen suara dalam pilpres minggu lalu, mengalahkan Perdana Menteri Ahmed Shafiq.

Para pemimpin dunia telah menyampaikan ucapan selamat mereka pada Mursi. Gedung Putih mendesak Mesir untuk menjadi "pilar perdamaian regional."

Hari-hari penuh ketegangan menuju pengumuman hasil pemilu setelah dewan militer Mesir memberikan kekuasaan penuh pada badan politik itu.

Saat pemenang diumumkan puluhan ribu pendukung Ikhwanul Muslimin yang berkumpul di Lapangan Tahrir untuk melakukan renungan pecah dalam kegembiraan. "Tumbangkan kekuasaan militer" menjadi yel-yel mereka ditengah sorak sorai dan semarak kembang api.

Perayaan berlangsung sepanjang malam.

Persatuan nasional

Dalam pidato televisi, Mursi menyampaikan penghormatan pada para demonstran yang meninggal dunia dalam revolusi untuk menjungkalkan Presiden Hosni Mubarak. Ia mengatakan tanpa "darah para martir" ia tidak akan terpilih.

Revolusi terus berlangsung, hingga tujuan demokrasi tercapai dan bersama kita akan menyelesaikan perjuangan ini. Rakyat telah menunggu cukup lama," kata dia. "Saya menyerukan pada anda, rakyat Mesir... untuk memperkuat persatuan nasional. "Hari ini saya adalah presiden bagi seluruh rakyat Mesir, dimana pun mereka berada."

Mursi berjanji bahwa kepemimpinannya akan inklusif dan merangkul pemilih sekuler serta Kristen. Penguasa militer Mesir, Marsekal Hussein Tantawi adalah salah satu politisi yang pertama mengucapkan selamat pada Mursi.

Batu lompatan

Menteri Luar Negeri Inggris William Hague juga menyampaikan selamat pada Mursi, dengan mengatakan bahwa pilpres tersebut menandai "momen historis untuk Mesir." Gedung Putih menyebut pilpres tersebut sebagai "batu lompatan untuk transisi Mesir menuju demokrasi."

"Kami yakin sangat penting bagi pemerintahan Mesir untuk melanjutkan peran Mesir sebagai pilar perdamaian regional, keamanan dan stabilitas," kata juru bicara Jay Carney.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan ia berharap perjanjian damai jangka panjang antara kedua negara akan berlanjut. Mesir adalah negara Arab pertama yang menandatangani perjanjian damai dengan Israel tetapi Ikhwanul Muslimin selalu memprotes hal itu.

Intelijen Vietnam Tangkap Penyelundup Pengungsi Korut

Posted: 25 Jun 2012 03:49 AM PDT

Intelijen Vietnam Tangkap Penyelundup Pengungsi Korut

Wisnu Dewabrata | Nasru Alam Aziz | Senin, 25 Juni 2012 | 10:49 WIB

SEOUL, KOMPAS.com -- Otoritas keamanan Vietnam menahan seorang aktivis Korea Selatan, yang diketahui membantu para pengungsi asal Korea Utara melarikan diri ke negara di kawasan Asia Tenggara itu. Pernyataan itu disampaikan Kementerian Luar Negeri Korsel, Senin (25/6/2012).

Menurut Kemlu Korsel, pria berusia 51 tahun yang hanya diidentifikasi bernama Yoo itu ditahan aparat intelijen Vietnam di sebuah hotel di Ho Chi Minh sejak Rabu pekan lalu. Informasi itu diperoleh dari pejabat kedutaan besar Korsel di Hanoi.

Yoo disebut-sebut ditahan lantaran aktivitasnya, walau masih belum jelas benar tuduhan apa yang dikenakan kepadanya. Otoritas Vietnam menyatakan masih terus menggelar proses penyelidikan. Pihak kedubes Korsel telah meminta izin untuk mewawancara Yoo.

Puluhan ribu pengungsi Korut diketahui memilih untuk melarikan diri lantaran tekanan kelaparan dan politik di dalam negeri yang serba tertutup dan rahasia itu.

Banyak dari mereka lari ke China namun malah dikembalikan oleh otoritas Negeri Tirai Bambu itu. Pemerintah China yang sekutu terdekat Korut beralasan, mereka yang menyeberang ke wilayahnya adalah para pencari kerja dan bukan pencari suaka atau pengungsi.

Kebijakan China itu menuai banyak kritik tajam dari masyarakat internasional lantaran dinilai membahayakan jiwa para pengungsi Korut. Selain ke China, para pengungsi Korut itu kerap mencoba lari ke negara ketiga di kawasan Asia Tenggara, seperti Laos, Vietnam, dan Thailand, untuk kemudian berharap diterbangkan ke Korsel.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan