Rabu, 23 Mei 2012

Republika Online

Republika Online


Aqawil Ats-tsiqat, Sikap Salaf atas Ayat-Ayat Sifat (2)

Posted: 23 May 2012 11:31 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, Kajian perihal ayat-ayat yang berkaitan dengan hakikat dzat dan sifat-sifat Allah yang dilakukan oleh Imam Zainuddin tersebut, tertuang dalam Kitab Aqawil Ats-Tsiqat ini.

Melalui kitab yang manuskripnya diperoleh dari Perpustakaan Ad-Dhahiriyah, Damuskus, Suriah, ia menjabarkan pendapat-pendapat ulama yang tercecer di berbagai karya klasik.

Zainuddin fokus terhadap diskusi-diskusi yang berkembang di berbagai referensi itu tentang masalah ini. Sehingga, kondisi tersebut  menempatkan kitab yang rampung dikerjakan pada Jumadits Tsani 1032 H itu—kalau boleh dibilang—adalah karya pertama yang secara spesifik mengupas tentang dialektika ayat-ayat yang musytabihat.

Perdebatan antara satu sekte dan sekte lain menyikapi dan menginterpretasikan ayat-ayat tersebut, memunculkan fenomena pengkafiran (takfir). Kelompok yang satu mengkafirkan golongan lainnya, lantaran perbedaan pandangan.

Namun, hal tersebut sangat dikecam oleh Syekh Zainuddin yang merupakan ulama ternama Mesir: Syekh Muhammad bin Abdullah Al-Qalqasyandi sering dikenal dengan julukan Muhammad Hijazi Al-Waidh.

Menurutnya, keimanan seseorang tak bisa dijustifikasi dari pernyataan-pernyataannya saja. Melainkan iman yang konstan dan dianggap dalam agama ialah selama yang bersangkutan masih meyakini tentang prinsip-prinsip mendasar dalam agama, seperti konsep tauhid dan kenabian.

Ayat-ayat sifat mutasyabih

Imam Zainuddin berpandangan bahwa ayat-ayat yang berbicara tentang dzat dan sifat-sifat Allah termasuk kategori mutasyabih. Pendapatnya itu merujuk pada pandangan yang disampaikan oleh As-Suyuthi dalam Al-Itqan fi Ulum Alquran.

Ada beberapa contoh ayat yang masuk dalam kategori ini, misalnya QS Al-Qashash: 39, Al-Fath: 10, Shaad: 75, dan Az-Zumar: 67.  Segenap ayat itu, sulit untuk memastikan interpretasinya. Sifat-sifat itu tetap ada di Dzat Allah, karena memang teks Alquran atau hadis menyebut demikian. Misalnya, mendengar (sami'), melihat (bashir), dan berkuasa (qadir).

Sedangkan pengertian mutasyabih sendiri, sebagaimana yang ia jelaskan dalam mukadimah Kitab Aqawil ini, cukup beragam. Mutasyabih adalah ayat-ayat yang hanya diketahui maknanya melalui takwil, ada pula yang mendefinisikan kategori mutasyabih ialah ayat-ayat yang memiliki banyak opsi penafsiran, atau ada juga yang menyebut mutasyabih adalah deretan ayat yang maknanya hanya Allah yang tahu.

Menurut penulis yang pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Syekh di Masjid Sultan Hasan, Kairo tersebut, mazhab Ahlus Sunah antara lain generasi salaf dan para ahli hadis memercayai ayat tersebut dan menyerahkan hakikat maknanya kepada Allah. Mereka lebih banyak enggan menafsirkan ayat-ayat itu. Sebagian ulama ada pula yang berusaha menakwilkannya dengan tetap konsisten terhadap purifikasi (tanzih) Dzat Allah.

Pola ini sering digunakan di kalangan generasi belakangan atau khalaf. Konon, Imam Abdul Malik bin Abdullah Al-Juwaini, pernah mendukung pendapat khalaf, hingga akhirnya tokoh yang berjuluk Imam Al-Haramain tersebut menarik dan mengoreksi pendapatnya. Ia lebih memilih sikap dan prinsip salaf. Ia menilai penyikapan salaf terhadap ayat-ayat yang dikategorikam mutasyabih itu memberikan ketenangan batin.     

Ayo, Datang ke Pameran Internasional Produk Halal MUI

Posted: 23 May 2012 11:24 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan dan Kosmetika (LPPOM) Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan menyelenggarakan pameran berskala internasional bertajuk Indonesia Halal Expo (INDHEX) 2012 di Jakarta, pada 28 Juni-5 Juli, untuk mengkampanyekan produk halal kepada masyarakat Indonesia dan dunia.

"LPPOM MUI sebagai lembaga sertifikasi halal mengemban tugas untuk menyebarkan informasi tentang kehalalan sebuah produk kepada masyarakat luas baik nasional maupun internasional," kata Direktur LPPOM MUI Lukmanul Hakim di Jakarta, Kamis.

Dalam keterangan Lukmanul, Menteri Koordinator Perekonomian akan membuka acara ini. Pada tahun 2011, INDHEX berhasil menggandeng 130 perusahaan dan 9.000 pengunjung untuk berpartisipasi.

"Tidak hanya pameran produk, rangkaian acara INDHEX juga mencakup pelatihan auditor sertifikasi halal dengan peserta dari Malaysia dan Indonesia, juga forum halal global yang diikuti oleh perusahaan dari berbagai negara," kata Lukmanul.

Rangkaian INDHEX akan diawali oleh ijtima (pertemuan) antar ulama di Cipasung Tasikmalaya pada 29 Juni-3 Juli dan pelatihan internasional untuk auditor badan sertifikasi halal (International Training for Auditors of Halal Certifying Bodies) di Bogor 28 Juni-4 Juli 2012.

Rangkaian acara dilanjutkan dengan pelatihan internasional tentang sistem untuk memastikan kehalalan produk perusahaan internasional (International Training of Halal Assurance System for Overseas Company) di Jakarta, 4-6 Juli, hampir bersamaan dengan pameran produk bersertifikat halal di tempat yang sama 5-8 Juli 2012.

Selama pameran, pengunjung dapat menghadiri berbagai macam diskusi di antaranya "Strategi Wirausahawan yang Halal dan Sukses", "Tips Memilih Obat Halal", "Cantik, Sehat dan Bugar dengan Produk Halal", dan "Membangun Kepedulian Halal Umat Menuju Ketenteraman Batin".

Lukmanul juga menyebut Kementerian Koordinator Perekonomian, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Perindustrian, Koperasi dan UKM, Pertanian, Perdagangan, Kelautan dan Perikanan, dan Keagamaan sebagai pihak yang mendukung terselenggaranya INDHEX 2012.

Menurut survei yang dilakukan oleh LPPOM MUI pada 2010 kepedulian masyarakat terhadap produk halal meningkat dari 70 persen menjadi 93 persen.

Sementara 95 persen produsen dalam survei yang sama mengaku bahwa omzet mereka meningkat jika mendapatkan Sertifikat Halal.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan