Selasa, 8 Mei 2012

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Al Qaeda Dikhianati Agen Sendiri

Posted: 09 May 2012 03:43 AM PDT

WASHINGTON, KOMPAS.com - Media Amerika Serikat melaporkan calon pelaku bom bunuh diri dalam "bom celana dalam" yang digagalkan CIA beberapa waktu lalu ternyata merupakan agen ganda.

Bulan lalu, intelijen AS mendapatkan informasi bahwa Al Qaeda cabang Yaman berniat melancarkan serangan besar menggunakan bom jenis baru yang nyaris tak terdeteksi dalam sebuah penerbangan tujuan AS dari Yaman.

Namun orang yang diutus oleh Al Qaeda untuk melaksanakan serangan itu ternyata bekerja untuk CIA dan Arab Saudi, kata pejabat AS dan Yaman kepada Associated Press, Selasa (8/5/2012).

Ini merupakan kegagalan serangan bom kesekian kali bagi Al Qaeda, yang sebelumnya nyaris meledakkan bom di pesawat. Bagi AS, ini merupakan kemenangan karena berhasil mengamankan bom itu secara utuh untuk dipelajari intelijennya.

Kerja sama dengan calon pelaku bom bunuh diri itu pertama kali dilaporkan oleh surat kabar Los Angeles Times, Selasa.

Pihak FBI masih menganalisis peledak yang sedianya disembunyikan di dalam celana dalam seorang penumpang. Menurut pejabat berwenang, peledak itu merupakan perbaikan dari bom yang gagal meledak dalam pesawat bertujuan Detroit pada Natal 2009.

Peralatan yang disita dari Yaman itu mirip dengan yang ditemukan dari tangan Umar Farouk Abdulmutallab pada serangan Natal 2009 dalam penerbangan menuju Detroit AS. Warga Nigeria itu tertangkap ketika bom yang dijahit pada celana dalamnya itu gagal meledak .

Bom yang terbaru ini merupakan pengembangan dari bom Abdulmutallab dan oleh pihak berwenang digambarkan bakal sulit dideteksi meskipun melalui sejumlah pemeriksaan keamanan.

Bom itu dilaporkan memiliki dua jenis detonator dan mengandung peledak militer yang canggih, "yang mampu meledakkan pesawat terbang," kata seorang pejabat seperti dikutip New York Times.

Pakar-pakar bom yang dikutip media AS mengatakan berdasarkan ciri-cirinya, bom itu kemungkinan buatan pakar bom AQAP Ibrahim Hassan Tali al-Asiri atau salah satu muridnya.

Menurut para pejabat AS yang menolak namanya disebut karena kasus ini cukup sensitif, calon pelaku itu direkrut oleh badan intelijen Arab Saudi dan dikirim ke Yaman untuk bergabung dengan salah satu sel kelompok Al Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP).

Setelah mendapat tugas, "agen ganda" itu meninggalkan Yaman bersama bom itu. Alih-alih meledakkannya di pesawat, dia membawa peledak itu ke CIA. Menurut New York Times, pria itu kini dalam keadaan aman di Arab Saudi.

BBC melaporkan, pria itu dikatakan mendapat tugas berat dari intelijen Saudi, yakni meyakinkan AQAP bahwa dia ingin meledakkan diri dalam sebuah pesawat tujuan AS.

Agen itu juga yang memberi petunjuk bagi CIA untuk melakukan serangan pesawat tak berawak di Yaman, Minggu (6/5/2012) yang menewaskan pemimpin AQAP Fadh al-Quso, tulis New York Times.

Quso menjadi buron dalam kaitannya dengan pengeboman terhadap kapal perusak AS USS Cole di Yaman 12 tahun silam. AS menawarkan hadiah sebesar 5 juta dollar AS sebagai hadiah untuk informasi yang menghasilkan penangkapan atau terbunuhnya Quso.

Mengutip pihak berwenang AS, ABC News melaporkan Quso merencanakan serangan yang mirip dengan serangan yang gagal untuk peledakan pesawat penumpang pada 2009.

 

RI-Arab Saudi Sepakat Isu Perlindungan Warga

Posted: 09 May 2012 02:21 AM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com- Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengklaim dirinya dan Menlu Arab Saudi Pangeran Saud Al-Faisal telah sepakat memberi perhatian khusus pada isu perlindungan terhadap Warga Negara Indonesia di sana.

Selain itu kedua belah pihak, menurut Marty, sama-sama punya pandangan serupa tentang pentingnya mekanisme monitoring, yang secara regular membahas berbagai aspek perlindungan warga negara di masing-masing negara.

Semua itu dicapai dalam pertemuan Marty dan Al-Faisal Selasa kemarin seperti disampaikan dalam siaran pers Kemlu, Rabu (8/5/2012). Marty menghadiri kunjungan kerja atas undangan pemerintah Arab Saudi.

Lebih lanjut, Marty juga menyebut dirinya datang dengan membawa surat dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk Raja Abdullah, yang intinya berisi dua persoalan.

"Pertama, ucapan terima kasih atas pengampunan yang diberikan kepada para WNI yang terancam hukuman mati, baik dalam kasus pidana umum. Juga atas perpanjangan waktu pada 4 WNI yang juga terancam vonis mati dalam kasus pidana khusus," ujar Marty.

Perpanjangan waktu tadi memberi kesempatan bagi keempat WNI untuk bisa melakukan upaya-upaya mendapat pemaafan dari keluarga dan ahli waris korban. Perpanjangan waktu itu, tambah Marty, adalah respons Raja Abdullah kepada surat yang dikirimkan Presiden Yudhoyono pada 5 Maret 2012 lalu. 

"Diplomasi selalu dilakukan untuk memberi perlindungan maksimal pada WNI di Arab Saudi," ujar Marty.

Lebih lanjut inti persoalan kedua yang disampaikan dalam surat Presiden Yudhoyono adalah terkait harapan agar kedua negara terus meningkatkan hubungan dalam bentuk kemitraan yang komprehensif dan strategis.

Potensi besar yang dimiliki kedua negara diyakini bisa memberi kontribusi penting dalam menciptakan dunia yang lebih aman, stabil dan sejahtera.

Kedua Menlu juga membahas perkembangan mutakhir di masing-masing kawasan dan berbagai isu global lain termasuk perkembangan terakhir di Palestina, Suriah, dan kawasan Timur Tengah pada umumnya.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan