Ahad, 4 Mac 2012

ANTARA - Hiburan

ANTARA - Hiburan


Warga Pagaralam temukan tiga arca manusia

Posted: 04 Mar 2012 06:23 AM PST

Pagaralam, Sumsel (ANTARA News) - Warga Dusun Cawang Lama, Kecamatan Dempo Utara, Kota Pagaralam, Sumatera Selatan, menemukan tiga arca manusia tanpa kepala di kebun kopi setempat, Minggu.

Satu arca ditemukan di kebun milik Panhar, dan dua arca lainnya berada di kebun milik Yorhan, dengan kondisi sudah diselimuti lumut, dan sebagian badannya sudah tertimbun tanah.

Arca tersebut diperkirakan peninggalan sejarah purbakala (artefak) dari Zaman Megalitikum yang selama ini telah banyak ditemukan berada di Kota Pagaralam.

"Tiga arca yang kami temukan kondisinya sudah hilang kepalanya, dua dengan posisi duduk dan satu lagi sudah tertidur dan tertimbun tanah," kata Darmansyah, warga Dusun Cawang Lama, RT 11 RW 05 Kelurahan Muarasiban, Kecamatan Dempo Utara.

Menurut dia, di sekitar arca juga terdapat bebatuan yang berada di perkebunan kopi milik warga setempat, dengan posisi duduk.

"Arca ini diperkirakan memiliki ketinggian sekitar satu meter dengan ukuran badan sekitar 50 centimeter. Kemudian bentuk guratan pemahatan juga sudah cukup jelas, seperti bentuk tangan, kaki dan gelang di tangan, dengan posisi sedang menggendong anak," ujar dia.

Bentuk arca itu, kata dia, satu perempuan sedang menggendong anak dengan posisi duduk, dan dua lagi berbentuk seorang laki-laki.

"Namun belum dapat diketahui dengan pasti kondisi yang sebenarnya, selain sudah banyak mengalami kerusakan akibat kondisi alam, dan semuanya sudah tanpa kepala," kata dia lagi.

Ia mengemukakan, satu arca yang ditemukan terbalik akibat penggalian, saat pemilik lahan mengolah kebun kopi tersebut, dan dua lagi sudah banyak bagian hilang dan rusak.

"Kami tidak mengira jika batu tersebut memiliki nilai sejarah dan merupakan arca, walaupun setiap hari sering dijumpai. Namun setelah dilihat secara teliti ternyata di antara ratusan batu itu ada tiga buah yang berbentuk manusia," kata dia.

Konon menurut cerita, ujar dia, pada masa penjajahan Belanda dulu, kondisi ketiga arca itu masih utuh, sehingga mudah dikenali baik bentuk dan kondisinya.

Namun akibat ketidakmengertian warga, sehingga kepala arca menjadi hilang dan rusak.

Dia berharap, pemerintah segera menyelamatkan atau melakukan upaya pelestarian ketiga arca tersebut, untuk menjadi salah satu pendukung Pagaralam menjadi kota wisata sejarah.

Peneliti Balai Arkeologi Palembang, Kristantina Indriastuti menyatakan, belum mengetahui berapa umur dan peninggalan zaman apa temuan arca tersebut.

"Mmemang penemuan benda bersejarah di Pagaralam cukup luar biasa. Namun demikian berbagai penemuan masih perlu dibuktikan secara ilmiah melalui penelitian lebih lanjut, untuk mengetahui seluk beluk batu megalit berupa arca itu, termasuk jika ada tulisannya," ujar dia.

"Kita akan meneliti lebih lajut untuk mengetahui umur dan peninggalan zaman apa, serta termasuk bentuk ketiga arca yang baru ditemukan tersebut," kata dia pula.

Kepala Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Pagaralam, Sukaimi mengatakan, penemuan ini tentunya akan menambah kekayaan megalit di Pagaralam, bahkan ada sebagian yang sudah dilakukan pelestarian dengan pemagaran keliling, penunjukan juru pelihara dan pembebasan lahan.

"Kita akan lalukan pendataan semua penemuan sejumlah benda bersejarah yang baru ditemukan, termasuk pembuatan museum terbuka tempat menyimpan berbagai peninggalan sejarah tersebut," ujar dia.
(L.KR-SUS*B014/Z002)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Sultan: budaya etnik lokal dipertahankan

Posted: 04 Mar 2012 05:45 AM PST

Ilustrasi (FOTO ANTARA News/ferly)

Berita Terkait

Medan (ANTARA News) - Sri Sultan Hamengkubuwono X mengatakan, seluruh daerah di tanah air harus dapat mempertahankan budaya etnik lokal yang dapat memperkaya kebudayaan Indonesia.

Dalam silaturahim dengan jajaran Pemprov Sumut di Medan, Sabtu (3/3) malam, Sri Sultan mengatakan, budaya etnik lokal perlu dipertahankan karena merupakan aset yang telah ada sejak ratusan tahun.

Keberadaan budaya etnik lokal itu juga perlu dipertahankan karena dapat menjadi identitas masyarakat tertentu.

Setidaknya, ada tiga unsur budaya etnik lokal yang dapat menggambarkan identitas seseorang yakni bahasa, pakaian, makanan, dan kesenian daerah.

"Jadi, kalau ada yang berbicara atau menggunakan busana tertentu, orang lain sudah bisa mengetahui asalnya dari mana," katanya.

Upaya mempertahankan budaya etnik lokal tersebut tidak akan bertentangan dengan Bhineka Tunggal Ika yang menjadi konsep berbangsa dan bernegara.

Malah, Bhineka Tunggal Ika akan menjadi perekat dan pemersatu berbagai budaya etnik lokal tersebut.

"Yang penting, Bhineka Tunggal Ika tidak sekadar menjadi simbol melainkan strategi pemersatu bangsa," kata Gubernur Yogyakarta itu.

Untuk menjadikan berbagai budaya etnik lokal dan perbedaan sebagai kekuatan, bangsa Indonesia harus membiasakan dialog antargolongan.

"Proses dialog budaya antaretnik adalah keniscayaan yang harus dibangun," katanya.

(T.I023/B/M009)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan