Ahad, 19 Februari 2012

ANTARA - Hiburan

ANTARA - Hiburan


Puluhan umat kerasukan saat ikuti tradisi "Ngerebong"

Posted: 19 Feb 2012 05:30 AM PST

Denpasar (ANTARA News) - Sekitar 30 umat Hindu kerasukan saat mengikuti rangkaian ritual tradisi "Ngerebong" di Pura Pangrebongan, Desa Pakraman Kesiman, Denpasar, Minggu.

Tradisi unik itu dilaksanakan setiap delapan hari setelah Hari Raya Kuningan atau berdasarkan penanggalan kalender Bali yakni pada Redite Pon Wuku Medangsia.

"Tradisi ini berlangsung setiap enam bulan sekali. Kata ngerebong artinya berkumpul. Saat ini dipercaya hari di mana berkumpulnya para dewa," kata Nyoman Artha salah seorang umat yang mengikuti tradisi tersebut.

Dia menjelaskan, sebelum tradisi dilaksanakan umat melakukan persembahyangan yang dilaksanakan dari siang hari sampai menjelang ritual tersebut digelar.

Biasanya, lanjut Artha, umat membeludak sampai ribuan orang yang datang dari seluruh Desa Kesiman dan daerah sekitarnya bahkan sampai luar Denpasar.

Puncak acara dari tradisi Ngerebong ini ditandai dengan penyisiran jalan oleh pecalang atau polisi adat setempat. Kemudian umat keluar dari pura untuk melanjutkan ritualnya dengan mengelilingi wantilan yang ramai oleh adu ayam sebanyak tiga kali putaran.

Pada saat mengitari tempat itu puluhan umat yang disebut pemedak mengalami kesurupan dengan berteriak, menggeram, menangis sambil menari diiringi alunan musik tradisional.

Selama kerasukan mereka melakukan tindakan berbahaya yakni menghujamkan keris di dada, leher bahkan ubun-ubun, amun anehnya tidak satupun yang terluka.

Aksi yang dilakukan oleh umat yang kesurupan itu dinamakan "ngurek". Konon mengapa pemedek tadi tidak berdarah meskipun telah dihujamkan keris berkali-kali karena adanya kekuatan magis dari roh yang menguasai mereka.

Menurut Artha, makna dari ritual tersebut adalah sebagai cara dalam menyeimbangkan dan menjaga keharmonisan antara dunia nyata dengan yang tidak nyata.(ANT)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Steven Jam akan tampil di Ambon

Posted: 19 Feb 2012 04:01 AM PST

Ambon (ANTARA News) - Penyanyi Reggae Steven Jam akan tampil dalam konser bertajuk "One Love and One World" di Pattimura Park, Ambon, pada 25 Februari 2012.

Penyanyi yang meluncurkan album perdananya "Feel The Vibration" pada 2010 itu, dijadwalkan tampil pada pertunjukan musik yang akan diisi dengan peresmian komunitas reggae di Ambon, yakni Molucca Reggae Community (MoRCy).

Steven Jam adalah proyek musik solo dari Steven Nugraha Kaligis, yang dikenal sebagai vokalis dari band reggae Steven And Coconut Treez.

One Love and One World sendiri merupakan konser reggae pertama kota di Ambon, yang diselenggarakan oleh GLAProd dengan menghadirkan sejumlah band lokal lainnya, yakni d`Embalz, Last Pretence, The Belgica, dan Zhadouw.

Selain kelompok musik, sejumlah grup modern dance juga akan tampil, antara lain Original Benteng, Bagada, dan Kabaresi (Paparisa).

"Steven merupakan salah satu ikon reggae muda di Indonesia, kehadirannya di sini akan semakin memeriahkan pertunjukan itu nantinya," kata Elen Kurmasela dari GLAProd.

Ia mengatakan, konser One World and One Love tidak sekedar pertunjukan musik saja, tetapi juga upaya menyebarkan pesan damai, sesuai dengan ciri khas reggae yang cinta damai.

Selain itu juga untuk mendukung Ambon sebagai Kota Musik, seperti yang pernah dicanangkan oleh pemerintah kota setempat pada Februari 2012.

"Musik reggae identik dengan cinta damai, konser ini adalah bagian dari upaya kami untuk terus menyebarkan damai di kota Ambon," katanya.

Ia menambahkan, pembentukan MoRCy yang akan menaungi musisi lokal, bertujuan untuk pengembangan kreativitas dan bakat pemusik lokal, khususnya di bidang musik reggae.

"MoRCy akan menjadi wadah bagi generasi muda yang ingin menekuni musik reggae, mereka bisa saling belajar, maupun bertukar informasi tentang aliran ini," ujarnya.
(T.KR-IVA/N001)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan