Sabtu, 29 Oktober 2011

ANTARA - Berita Terkini

ANTARA - Berita Terkini


Tentara Kanada tewas dalam serangan bom di Afghanistan

Posted: 29 Oct 2011 07:03 PM PDT

Ottawa (ANTARA News) - Seorang tentara Kanada tewas dalam serangan bom mobil Taliban pada konvoi militer NATO di ibu kota Afghanistan, Kabul, yang menyebabkan 17 orang tewas, Sabtu, kata militer Kanada.

"Kami dapat memastikan bahwa kami telah kehilangan seorang tentara Kanada dalam ledakan di Kabul itu," kata Kapten Adam Thmpson, lapor AFP.

Juru bicara militer Letnan Kolonel Christian Lemay menambahkan: "Tentara Kanada itu tewas di atas sebuah bus yang sedang melakukan perjalanan antara kamp-kamp NATO di Kabul. Itu bukan misi militer atau pelatihan. Ia benar-benar baru kembali dari tempat kerjanya".

Tentara yang tewas itu adalah Kopral Kepala Byron Greff dari pasukan Infantri Ringan Kanada Batalion Puteri Patricia ke-3, yang bermarkas di Edmonton, Alberta.

Ia termasuk di antara 900 tentara Kanada yang mengambil bagian dalam upaya NATO untuk melatih tentara dan polisi nasional Afghanistan, yang pada akhirnya akan mengambil alih keamanan di negara yang dicabik perang itu.

Beberapa pejabat Amerika Serikat sebelumnya mengatakan 13 tentara Amerika yang beroperasi di bawah NATO telah tewas dan sedikitnya seorang tentara lainnya terluka akibat ledakan sangat besar itu. Mereka juga memperingatkan bahwa korban tewas mungkin akan bertambah.

Tapi para pejabat AS itu tidak mau mengkonfirmasi kematian tentara Kanada tersebut.

Tiga warga sipil dan seorang polisi juga tewas dalam serangan yang diklaim oleh Taliban itu, yang telah melakukan perlawanan selama 10 tahun terhadap pasukan asing dan pemerintah Presiden Hamid Karzai yang didukung Barat. (S008/AK)

Editor: B Kunto Wibisono

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Bashar peringatkan mengenai "gempa bumi" jika Barat campur-tangan

Posted: 29 Oct 2011 06:56 PM PDT

London (ANTARA News) - Negara Barat menghadapi resiko menciptakan "gempa Bumi" yang akan membakar Timur Tengah jika mereka ikut-campur di Suriah, kata Presiden Suriah Bashar Al-Assad dalam satu wawancara dengan harian Inggris, Sunday Telegraph.

Bashar telah berulang-kali menerima kutukan dari PBB, Liga Arab dan pemerintah Barat karena caranya yang keras untuk menindas aksi perlawanan tujuh-bulan terhadap kekuasaannya.

Dalam wawancara terakhir, ia mengatakan negara Barat tentu saja akan meningkatkan tekanan. Ia menambahkan "tapi Suriah berbeda dalam segala aspek dengan Mesir, Tunisia, Yaman. Sejarahnya berbeda. Politiknya berbeda", demikian laporan Reuters --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Ahad.

"Suriah sekarang adalah pusat di wilayah ini. Ini adalah batas lempengan, dan jika kalian bermain dengan tanah ini, kalian akan mengakibatkan gempa Bumi," katanya.

"Apakah kalian mau melihat Afghanistan lain, atau puluhan Afghanistan? Setiap masalah di Suriah akan membakar seluruh wilayah ini," kata Bashar.

"Jika rencananya untuk memecah Suriah, itu akan memecah seluruh wilayah ini," tambahnya.

PBB memperkirakan 3.000 orang, termasuk hampir 200 anak kecil, telah tewas dalam kerusuhan tersebut. Sejak awal protes pada Maret, pemerintah Suriah telah menuduh kelompok pria bersenjata sebagai pelaku kerusuhan yang mereka katakan telah menewaskan 1.100 prajurit dan polisi.

Suriah telah melarang sebagian besar media internasional, sehingga membuat sulit untuk mengabsahkan perhitungan dari pegiat dan pemerintah.

Bashar mengatakan pemerintah Suriah telah membuat "banyak kesalahan" pada awal aksi perlawanan, tapi situasinya sekarang telah meningkat.

Bashar menyatakan ia telah menanggapi Arab Spring dengan cara berbeda dibandingkan dengan orang lain, para pemimpin terguling Arab. "Kami tak menyusuri jalan pemerintah yang keras kepala," katanya.

"enam hari setelah itu (protes dimulai), saya memulai pembaruan. Rakyat ragu dan menganggap pembaruan tersebut adalah candu buat rakyat, tapi ketika kami mulai mengumumkan pembaruan, masalah mulai berkurang. Ini lah saat ombak mulai berubah. Ini lah ketika orang mulai mendukung pemerintah," kata Bashar kepada Sunday Telegraph.

(Uu.C003)

(T.C003/B/C003/C003) 30-10-2011 07:31:28

Editor: B Kunto Wibisono

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan