Jumaat, 9 September 2011

Sindikasi international.okezone.com

Sindikasi international.okezone.com


Rekaman Radio, Tunjukan AS Tak Siap Hadapi Teror

Posted: 09 Sep 2011 06:15 AM PDT

WASHINGTON - Sebuah rekaman radio terbaru dari perbincangan operator bandara di Amerika Serikat (AS), menunjukan ketegangan menjelang serangan teror 11 September 2001 lalu. Rekaman itu menunjukan AS tidak siap menghadapi teror.


Rekaman radio ini jelas sekali memaparkan keheranan yang terjadi antara pilot, petugas menara bandara, dan kalangan militer Negeri Paman Sam tersebut.


Saat awal serangan dimulai, dalam rekaman radio tersebut menunjukan rasa ketidakpercayaan pihak berwenang AS ketika empat pesawat yang digunakan untuk menabrak target serangan, sudah dibajak pihak teroris.


Awalnya ada laporan bahwa dua pesawat hilang dari jalur radar pihak pengawas lalu lintas bandara New York. "Apa anda mengatakan bahwa sesuatu telah menabrak (gedung) World Trade Center," tanya pejabat militer AS setelah berlangsungnya serangan 11 September 2001.


Beberapa menit kemudian, pihak pengawas lalu lintas bandara Washington memperingatkan adanya pesawat komersial turut hilang dari pengawasan radar.

Namun seorang petugas tersebut mengatakan, "semua itu mungkin saja hanya rumor belaka". Beberapa saat kemudian, sebuah pesawat menghantam Pentagon.

Dari penguakan rekaman ini, menunjukan pihak pengawas bandara putus asa mencari tahu apa yang tengah dialami oleh keempat pesawat yang dibajak para teroris. Mereka tidak tahu di mana dan apa yang dihadapi dalam serangan yang menewaskan sekira 3.000 orang tersebut.


Dalam sebuah perbincangan dalam rekaman itu diungkapkan, pihak pengawas bandara New York (New York Center) mengatakan, ada api yang terlihat dari menara kembar WTC.


"Disitu (wilayah udara WTC), kita kehilangan pesawat (yang dibajak)," ucap pengawas bandara seperti dikutip AFP, Jumat (9/9/2011). Namun disaat bersamaan, seorang pilot melakukan pertanyaan lewat jalur radio,"Apa ada yang tahu asap apa yang terjadi di Manhattan (New York)".


Sementara di Pusat Pengendali Boston, seorang pengawas mengatakan, "Ada laporan sebuah pesawat yang dibajak tengah menuju New York. Kami butuh anda (militer AS) untuk menyebar F-16s atau pesawat yang sedang terbang di sana untuk membantu kami".


Namun yang terjadi hanyalah keterkejutan dari pihak militer, yang mempertanyakan apakah serangan yang terjadi adalah bagian dari latihan. Bahkan setelah 19 menit setelah pesawat American Airlines dengan nomor penerbangan 11 yang dibajak oleh Mohamed Atta mengakui pihaknya membajak beberapa pesawat. Pihak militer AS masih tidak mempercayainya.


"Saya tidak pernah melihat kejadian yang begitu nyata di saat latihan," ucap pimpinan wilayah udara AS bagian utara Mayor James Fox dalam rekaman radio saat itu.


Disaat jutaan rakyat Amerika memperhatikan berita mengenai pesawat yang menabrak gedung WTC, pihak pengawas bandara New York (New York Center) terdengar seperti tidak memiliki kekuataan apapun mengenai serangan yang terjadi.


"Satu pesawat lain baru saja menabrak gedung (WTC)," tutur seorang petugas pengawas berdasarkan rekaman percakapan.


New York Center, "wow."

New York Terminal Radar Approach Control (TRACON), "ya Tuhan."

New York Center,"sebuah pesawat lain baru saja menabrak gedung World Trade."

New York TRACON, "seluruh gedung habis terbakar."

New York TRACON, "ya Tuhan."

New York Center,"Astaga. Baiklah, sepertinya kalian akan sibuk dengan masalah ini," ungkap seorang petugas New York Center kepada pihak New York Tracon.

Hingga 35 menit setelah pesawat kedua menabrak gedung WTC, pihak pengawas bandara Washington masih belum mempercayai tentang kabar pembajakan pesawat dengan nomor penerbangan 77 yang hendak bergerak menuju Ibu Kota AS itu.


"Kami tidak mengetahui tentang (pembajakan) itu, mungkin saja itu hanya sebuah rumor. Tetapi mungkin beberapa orang di (pangkalan udara militer) Andrew dapat memberitahu mengenai kabar ini," jelas pengawas bandara Washington, saat ditanya mengenai pembajakan pesawat.


Seluruh rekaman ini termasuk dalam laporan hukum Rutgers yang memang ditugaskan untuk mencari fakta mengenai serangan 11 September 2001 lalu. Laporan ini dikabarkan tidak bisa didapatkan dengan mudah. 

(faj)

Kunjungi Kamboja, Yingluck Perkuat Hubungan

Posted: 09 Sep 2011 05:12 AM PDT

PHNOM PENH - Kunjungan Perdana Menteri Thailand yang baru saja terpilih Yingluck Shinawatra ke Kamboja, dinilai sebagai sinyal positif. Kunjungan ini dilakukan untuk meningkatkan hubungan kedua negara.


"Kunjungan ini akan berguna untuk membangun hubungan bilateral yang baik antara kedua negara," ungkap Deputi Perdana Menteri Kamboja Sok An seperti dikutip Xinhua, Jumat (9/9/2011).


Memang hubungan Thailand dan Kamboja sempat memanas menyusul sengketa perbatasan. Keduanya saling memerebutkan lahan empat hektar yang berada di sekitar Kuil Preah Vihear. Kuil itu sendiri sudah dinyatakan sebagai milik Kamboja oleh PBB.


Selama memanasnya hubungan kedua negara, militer Thailand dan Kamboja sempat terlibat pertempuran. Pasukan dari kedua negara ini pun sempat bersikeras untuk bertahan di wilayah perbatasan itu.


Kini pasukan dari kedua negara sudah ditarik dari wilayah perbatasan. Penarikan dilakukan  setelah pihak pengadilan internasional (ICJ) memerintahkan kedua pasukan untuk mundur, dan mendesak dilakukannya pengiriman tim observasi ke dua wilayah perbatasan itu.


Selain masalah perbatasan, kunjungan perdana menteri perempuan pertama Thailand ini juga ditujukan untuk membuka peluang kerja sama energi. 


Deputi PM Sok An yang juga menjabat sebagai ketua Otoritas Perminyakan Nasional Kamboja, mendorong agar kedua negara untuk melakukan negosiasi kerja sama pengembangan minyak maritim di wilayah Teluk Thailand secepat mungkin. 


Kamboja dan Thailand sempat melakukan negosiasi mengenai nota kesepahaman mengenai pemberdayaan wilayah tersebut pada Juni 2001. Namun pembicaraan ini terhenti sejak Pemerintahan mantan Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva. 

(faj)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan