Isnin, 5 September 2011

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


Inggris selidiki tuduhan keterlibatan M16

Posted: 05 Sep 2011 08:21 PM PDT

Perdana Menteri Inggris David Cameron membentuk tim penyelidik Gibson pada Juli 2010 untuk menyelidiki tuduhan bahwa agen-agen intelijen Inggris terlibat penyiksaan ekstrimis di negara asing (REUTERS/Dan Kitwood/Pool/)

Berita Terkait

London (ANTARA News) - Inggris melalui tim yang dibentuknya akan menyelidiki tuduhan-tuduhan bahwa mata-mata negara itu mengirim pulang para teroris ke Libya, kata seorang juru bicara.

Perdana Menteri David Cameron membentuk tim penyelidik Gibson pada Juli 2010 untuk menyelidiki tuduhan bahwa agen-agen intelijen Inggris terlibat dalam penyiksaan ekstrimis di negara asing setelah serangan-serangan 11 September 2001 atas Amerika Serikat.

Penyedilikan berfokus pada para tahanan Teluk Guantanamo tetapi tim itu akan memeriksa hubungan Inggris dengan rezim Libya yang digulingkan setelah penemuan dokumen akhir pekan lalu di Tripoli yang menyebutkan keterlibatan M16 dalam pengiriman ektrimis ke Libya.

Abdelhakim Belhaj, sekarang panglima militer pejuang Libya di Tripoli, telah menuntut permohonan maaf setelah arsip-arsip itu menunjukkan Inggris dan Amerika Serikat terlibat dalam satu rencana yang mengarah pada penyerahannya secara ilegal ke Libya dan kemudian mengalami penyiksaan.

Belhaj disebutkan sebagai anggota senior Kelompok Perjuangan Islam Libya (LIFG), yang berjuang mengguilingkan Gaddafi. Kelompok itu memiliki hubungan sejarah dengan Al Qaida.

"Penyelidikan ini melihat tingkat keterlibatan pemerintah Inggris di dalamnya atau kesadaran perlakuan tak layak terhadap tahanan termasuk penyerahan mereka," kata seorang juru bicara tim, yang dipimpin pensiunan hakim Peter Gibson, dalam satu pernyataan.

"Kami tentu saja akan mempertimbangkan tuduhan keterlibatan Inggris dalam kegiatan itu ke Libya sebagai bagian dari tugas kami," katanya.

CIA menggunakan pesawat carteran untuk menerbangkan para tersangka teror setelah serangan-serangan 9/11 ke negara ketiga untuk diinterogasi. Banyak tersangka kemudian mengakui mereka disiksa.

Cameron mndukung keputusan untuk memeriksa tuduhan itu tapi memperingatkan jangan-jangan terburu-buru mengambil keputusan.

"Pada 2003... ada kelompok teroris Libya yang bersekutu dengan Al Qaida dan sepanjang waktu dinas keamanan dan dinas intelejen kita berusaha bekerja untuk kebaikan negeri ini," katanya kepada anggota parlemen.

Malcolm Rifkind, ketua Komite Keamanan dan Intelijen (ISC) mengatakan dia meminta "klarifikasi" tentang "sifat dan tingkat pertukaran infomasi intelejen dengan dinas keamanan Libya dan pengiriman warga Libya".

Keputusan penyidikan itu muncul setelah rincian dokumen kasus Belhaj diterima Human Rights Watch dari arsip-arsip intelejen Gaddafi.

Arsip itu mendokumentasikan penangkapan Belhaj oleh CIA di Bangkok pada 2004 dan pemulangan paksa ke Libya, tempat dia memerangi rezim lama. Dia ditahan di penjara Abu Salim yang terkenal karena kekejamannya sampai dia dibebaskan tahun lalu.

Selain arsip tentang penangkapan dan pemindahan Belhaj itu, dokumen-dokumen lainnya menunjukkan rincian hubungan antara M16 dan bekas rezim Libya itu, yang runtuh bulan lalu setelah pergolakan enam bulan.

Dalam sepucuk surat seorang anggota senior badan intelejen Inggris mengucapkana selamat kepada rekan sejawatnya dari Libya atas kedatangan Belhaj dari Thailand.

Surat bernada bersahabat itu yang ditujukan ke orang kepercayaan Gaddafi, Mussa Kussa, menyebutkan pengiriman Belhaj "adalah hal paling kecil yang dapat kami lakukan untuk Anda."

Kussa adalah menteri luar negeri di era Gaddafi sampai dia membelot ke Inggris pada Maret, tetapi walau dituding melakukan pelanggaran hak-hak asasi manusia diizinkan terbang ke Qatar bulan berikutnya.

Inggris selalu membantah memprakarsai atau terlibat dalam operasi pengiriman para tersangka ke negara ketiga.
(*)

Editor: AA Ariwibowo

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Pengadilan Mubarak digelar Rabu

Posted: 05 Sep 2011 07:34 PM PDT

Mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak mengangkat tangannya di ruang sidang di akademi polisi, Kairo, dalam gambar yang diambil dari rekaman video. Mubarak menghadapi tuntutan pembunuhan pengunjuk rasa (REUTERS/Egypt TV via Reuters TV/ox/11.)

Berita Terkait

Kairo (ANTARA News) - Satu pengadilan di Kairo, Senin, menunda pengadilan mantan presiden Mesir Hosni Mubarak sampai Rabu, setelah mendengar keterangan tiga saksi, demikian laporan stasiun televisi negara.

Tak lama setelah babak ketiga pengadilan dimulai Senin siang (5/9), bentrokan terjadi antara pengacara Mubarak dengan para penggugat perdata, saat seorang pengacara pembela mengangkat gambar Mubarak.

Hakim Ketua Ahmed Rafaat memerintahkan dia meninggalkan ruang pengadilan. Bentrokan itu membuat sidang diskor selama lebih dari satu jam.

Pengadilan tersebut dimulai lagi pada pukul 11.30 waktu setempat (16.30 WIB) dan ditunda lagi sampai empat kali. "Pengadilan ini tak diselenggarakan dengan baik dan pengacara tergugat memiliki kesempatan bicara lebih lama dibandingkan dengan penggugat," kata Amir Salem, salah seorang penggugat perdata yang berdebat dengan hakim dan meninggalkan ruang pengadilan.

Tiga petugas dari paramiliter Pasukan Keamanan Pusat bersaksi di ruang pengadilan khusus. Saksi pertama Mayor Jenderal Hussien Saed Mohamed Mursi, direktur komunikasi bagi pasukan dengan kekuatan sebanyak 350.000 personel, mengatakan pasukan itu diperintahkan untuk menggunakan gas air mata dan semprotan air untuk membubarkan pengunjuk rasa pada 25 Januari tengah malam.

Iaa gagal menyebutkan nama orang yang memberi perintah.

Kejutan besar terjadi di ruang pengadilan ketika Saed diungkapkan telah melenyapkan rekaman itu di kalangan pejabat Kementerian Dalam Negeri sebelum revolusi. Dan ia dijatuhi hukuman dua tahun penjara oleh pengadilan.
(*)

Editor: AA Ariwibowo

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan