Khamis, 2 Jun 2011

KOMPAS.com - Regional

KOMPAS.com - Regional


Sumpit Dayak Lebih Ditakuti Dari Peluru

Posted: 02 Jun 2011 07:43 AM PDT

PADA zaman penjajahan di Kalimantan dahulu kala, serdadu Belanda bersenjatakan senapan dengan teknologi mutakhir pada masanya, sementara prajurit Dayak umumnya hanya mengandalkan sumpit. Akan tetapi, serdadu Belanda ternyata jauh lebih takut terkena anak sumpit ketimbang prajurit Dayak diterjang peluru.

Penyebab yang membuat pihak penjajah gentar itu adalah anak sumpit yang beracun. Sebelum berangkat ke medan laga, prajurit Dayak mengolesi mata anak sumpit dengan getah pohon ipuh atau pohon iren. Dalam kesenyapan, mereka beraksi melepaskan anak sumpit yang disebut damek.

"Makanya, tak heran penjajah Belanda bilang, menghadapi prajurit Dayak itu seperti melawan hantu," tutur Pembina Komunitas Tarantang Petak Belanga, Chendana Putra, di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Kamis (2/6/2011).

Tanpa tahu keberadaan lawannya, tiba-tiba saja satu per satu serdadu Belanda terkapar, membuat sisa rekannya yang masih hidup lari terbirit-birit. Kalaupun sempat membalas dengan tembakan, dampak timah panas ternyata jauh tak seimbang dengan dahsyatnya anak sumpit beracun.

Tak sampai lima menit setelah tertancap anak sumpit pada bagian tubuh mana pun, para serdadu Belanda yang awalnya kejang-kajang akan tewas. Bahkan, bisa jadi dalam hitungan detik mereka sudah tak bernyawa. Sementara, jika prajurit Dayak tertembak dan bukan pada bagian yang penting, peluru tinggal dikeluarkan. Setelah dirawat beberapa minggu, mereka pun siap berperang kembali.

Penguasaan medan yang dimiliki prajurit Dayak sebagai warga setempat tentu amat mendukung pergerakan mereka di hutan rimba.

"Karena itu, pengaruh penjajahan Belanda di Kalimantan umumnya umumnya hanya terkonsentrasi di kota-kota besar tapi tak menyentuh hingga pedalaman," Chendana.

Tak hanya di medan pertempuran, sumpit tak kalah ampuhnya ketika digunakan untuk berburu. Hewan-hewan besar akan ambruk dalam waktu singkat. Rusa, biawak, atau babi hutan tak akan bisa lari jauh. "Apalagi, tupai, ayam hutan, atau monyet, lebih cepat lagi," katanya.

Bagian tubuh yang terkena anak sumpit hanya perlu dibuang sedikit karena rasanya pahit. Uniknya, hewan tersebut aman jika dimakan. "Mereka yang mengonsumsi daging buruan tak akan sakit atau keracunan," kata Chendana.

Baik hewan maupun manusia, setelah tertancap anak sumpit hanya bisa berlari sambil terkencing-kencing.

"Bukan sekadar istilah, dampak itu memang nyata secara harfiah. Orang atau binatang yang kena anak sumpit, biasanya kejang-kejang sambil mengeluarkan kotoran atau air seni sebelum tewas," tambah Chendana.

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Penjualan Telur Penyu Bakal Ditertibkan

Posted: 02 Jun 2011 07:17 AM PDT

Satwa Langka

Penjualan Telur Penyu Bakal Ditertibkan

Ingki Rinaldi | Agus Mulyadi | Kamis, 2 Juni 2011 | 14:17 WIB

KOMPAS/A HANDOKO

Ilustrasi

TERKAIT:

PADANG, KOMPAS.Com - Penjualan Telur penyu secara bebas di kawasan wisata Pantai Padang, Sumatera Barat, segera ditertibkan.

Ini terkait dengan status penyu yang sudah dilindungi. Berdasarkan apendiks I Konvensi Internasional untuk Perdagangan Spesies Langka (CITES), penyu termasuk kategori hewan terancam.

Erlinda Cahya Kartika, yang mewakili bagian Konservasi dan Keanekaragaman Hayati di Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat, Kamis (2/6/2011), menyatakan, forum koordinasi khusus untuk tugas tersebut telah dibentuk. Para pedagang nantinya akan diarahkan untuk memiliki sejumlah mata pencaharian, selain berdagang telur penyu.

"Kami akan tanyakan dulu kepada para pedagang. Polanya tidak top down," kata Erlinda.

Namun ia memastikan, jika perdagangan telur penyu diteruskan sekalipun sosialisasi sudah dilakukan, maka penegakan hukum akan dijalankan.

Kota Padang tercatat sebagai daerah dengan jumlah transaksi terbesar perdagangan telur penyu di Indonesia.

Sebelumnya, Koordinator Pusat Data dan Informasi Penyu Sumatera Barat, Universitas Bung Hatta Padang, Harfiandri Damanhuri, menyebutkan tak kurang 22.000 telur penyu bisa diperjualbelikan dalam waktu 11 pekan.     

 

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Kirim Komentar Anda

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan