Khamis, 2 Jun 2011

ANTARA - Hiburan

ANTARA - Hiburan


15 Penulis Indonesia Terpilih Ikuti Ajang UWRF

Posted: 02 Jun 2011 04:32 AM PDT

Denpasar (ANTARA News) - "Ubud Writers and Readers Festival" (UWRF) mengumumkan 15 penulis Indonesia terpilih untuk mengikuti ajang UWRF 2011 di Ubud, Gianyar, Bali pada Oktober.

"Ke-15 penulis muda ini rata-rata berasal dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan NTB. Semuanya terwakili dalam jajaran para penulis terpilih," ujar Manajer Pengembangan Komunitas UWRF Kadek Purnami di Denpasar, Kamis.

Para penulis terpilih adalah Alan Malingi asal Bima, NTB, Arafat Nur asal Aceh, Aulia Nurul Adzkia dari Ciamis, Budy Utamy asal Riau, Fitri Yani dari Bandar Lampung, dan Ida Ahdiah dari Tangerang.

Selain itu juga ada penulis asal Kendari, yakni Irianto Ibrahim, Pinto Anugrah dan Ragdi F Daye asal Padang, Rida Fitria dari Lumajang, Sandy Firly asal Banjarmasin, Sanie B Kuncoro asal Solo, Saut Poltak Tambunan dari Jakarta, Satmoko Budi Santoso asal Yogyakarta, serta Wahyudin asal Banten.

Kadek Purnami menjelaskan, para penulis terpilih itu diseleksi dari sekitar 235 penulis, dan dari 60 kota yang telah mengajukan karya-karyanya ke panitia UWRF 2011.

"Tahun ini jumlah penulis yang mengikuti seleksi memang meningkat luar biasa. Tahun lalu, ada 105 penulis yang mengikuti proses seleksi. Ini menunjukkan bahwa memasuki tahun ke delapan UWRF telah berhasil menjadi salah satu ajang kesusastraan yang paling dikenal di Indonesia," ujarnya.

Tak hanya itu, para penulis terpilih ini akan diterbangkan ke Ubud untuk menghadiri dan berbicara dalam UWRF 2011 dan juga karya-karya terpilih mereka akan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan dalam antologi bersama dalam festival.

"Sejak 2008, kami telah menerbitkan tiga antologi bilingual yang menghimpun karya-karya para penulis terpilih Indonesia, antologi pertama berjudul Reasons for Harmony, Compassion and Solidarity dan yang ketiga berjudul Harmony in Diversity. Buku-buku ini telah dikirim ke berbagai universitas dan pusat penulis di luar negeri untuk lebih memperkenalkan sastra Indonesia ke tataran global," paparnya.

Para penulis tersebut dipilih dalam sidang Dewan Kurator UWRF 2011 yang berlangsung di Sanur akhir Mei lalu. Dewan Kurator beranggotakan empat penulis senior, yaitu Kurnia Effendi dari Jakarta, Iyut Fitra dari Payakumbuh, Dorothea Rosa Herliany dari Magelang, dan Made Adnyana dari Bali.

"Para penulis ini dianggap mencerminkan prinsip ke-Nusantara-an karena mereka berasal dari daerah serta latar budaya yang beragam. Karya-karyanya pun beragam bentuknya, ada yang menulis puisi, ada yang menulis novel, esai, cerpen, dan juga naskah drama," ujar Kurnia Effendi.

Ia mengatakan ada juga yang karyanya terinspirasi oleh kekayaan cerita daerah dari tanah kelahirannya. "Ada juga yang mengeksplorasi kehidupan dan tantangan yang dialami para buruh migrant Indonesia di luar negeri," ungkapnya.

Menurut Iyut Fitra, bentuk dan keragaman tulisan para penulis tersebut memungkinkan akan terjadi sebuah diskusi dan tukar pikiran saat berkumpul di Ubud pada 5 hingga 9 Oktober mendatang.

"Semoga pertukaran ide dan dialog yang terjadi selama UWRF 2011 akan saling menginspirasi para penulis dan tentunya makin meneguhkan jalinan kebangsaan kita," ujarnya.

Sementara itu, Dorothea Rosa Herliany berharap agar UWRF pada tahun yang akan datang, panitia dapat lebih memperhatikan wilayah timur Indonesia, seperti Maluku dan Papua.

"Ke depan perlu dipikirkan langkah-langkah tambahan untuk memperkenalkan UWRF ke wilayah timur serta untuk mendorong partisipasi para penulis di wilayah tersebut," katanya.

Seluruh proses seleksi dan partisipasi penulis Indonesia terpilih serta penerbitan antologi tersebut akan dibiayai oleh UWRF dan Hivos, sebuah lembaga nirlaba asal Belanda yang memajukan upaya-upaya demokratisasi dan pembangunan masyarakat sipil di negara-negara berkembang.

UWRF diselenggarakan pertama kali pada 2004 dan kini telah berkembang menjadi salah satu festival sastra terbesar di dunia. Dan tahun ini UWRF akan mengangkat tema Nandurin Karang Awak atau Cultivate the Land Within yang diinspirasi oleh puisi tradisional karya mendiang Ida Pedanda Made Sidemen, pendeta-pujangga terbesar Bali di abad ke-20.(*)

(T.KR-PWD/E011)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Laskar Pelangi Disambut Meriah di Maroko

Posted: 02 Jun 2011 01:55 AM PDT

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Rabat, ibukota Maroko, bersama Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Maroko, menayangkan film karya adaptasi dari buku Laskar Pelangi yang ditulis Andrea Hirata di berbagai universitas di Maroko yang mendapat sambutan meriah (istimewa)

Berita Terkait

Video

London (ANTARA News) - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Rabat, ibukota Maroko, bersama Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Maroko, menayangkan film karya adaptasi dari buku Laskar Pelangi yang ditulis Andrea Hirata di berbagai universitas di Maroko yang mendapat sambutan meriah.

Pemutaran film yang menceritakan kisah persahabatan anak anak murid dan guru disaksikan sekitar 250 orang yang memenuhi aula auditorium kampus Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Soultane Moulay Slimane, Beni Mellal, terletak sekitar 300 km arah selatan ibu kota Rabat.

Sekretaris III / Pelaksana Fungsi Pensosbud KBRI Rabat, Rahmat Azhari, Kamis, dalam keterangan melalui surat elektroniknya kepada ANTARA News London menyebutkan bahwa sebelumnya film tersebut juga diputar di berbagai kota besar Maroko lainnya, seperti Tangier, Meknes dan Mohamedia.

Rahmat Azhari menyebutkan film besutan sutradara Riri Reza dapat menjadi promosi Indonesia selain bertema pendidikan, film ini juga merepresentasikan keindahan alam dan keanekaragaman budaya Indonesia.

Pemutaran film ini mendapat tanggapan yang sangat positif terbukti dengan hadirnya wakil rektor, para dekan, dosen dan mahasiswa Maroko maupun asing seperti dari Afrika dan Asia.

Para hadirin sangat memperhatikan jalanya film yang ber-subtitle Prancis ini dengan seksama dan terkadang menanyakan beberapa hal mengenai film kepada mahasiswa Indonesia yang sengaja disebar ditengah penonton.

Selain keanekaragaman budaya, pada umumnya hal yang disukai para penonton adalah mengenai akhlak dan keislaman yang ditunjukkan film tersebut.

Usai pemutaran film, para penonton sangat terkesan dan terharu dengan bagian akhir film dan menanyakan mengenai kelanjutan film tersebut. Banyak penonton yang minta copy film agar dapat ditonton oleh keluarga di rumah.

Kegiatan pemutaran film Indonesia untuk publik Maroko, khususnya kalangan kampus, merupakan program rutin KBRI Rabat bekerja sama dengan PPI Maroko yang diadakan untuk kedua kalinya.

Khalayak Maroko sangat antusias dan sangat menyukai kegiatan pemutaran film di kampus, yang selama ini belum dilakukan kedutaan maupun pihak asing lainnya di Maroko yang dapat menghibur dan juga menambah wawasan dan pengetahuan.

Untuk lebih mempromosikan Indonesia, juga disiapkan hidangan ringan seperti mie goreng, risol dan lumpia yang disajikan setelah pertunjukan film.
(Uu.ZG/A011)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan