Khamis, 23 Jun 2011

ANTARA - Peristiwa

ANTARA - Peristiwa


Hidayat: PKS Tetap Minta PT Moderat

Posted: 23 Jun 2011 06:25 AM PDT

Hidayat Nur Wahid (ANTARA/Ismar Patrizki)

Berita Terkait

Video

Jakarta (ANTARA News) - Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Hidayat Nurwahid mengatakan pihaknya tetap mengharapkan "parliamentary threshold" (PT) atau ambang batas minimal perolehan kursi di DPR moderat sebesar 3-4 persen.

"Kita juga menyadari bahwa Indonesia tidak mungkin meninggalkan sistem asas keterwakilan. Oleh karenanya pilihan kita moderat, antara 3-4 persen, mana yang nanti bisa kita terima, saya rasa pada tingkat itulah PT itu wajarnya dihadirkan," katanya di Jakarta, Kamis.

Anggota DPR dari FPKS itu mengatakan penyederhanaan partai memang diperlukan seiring dengan perkembangan demokrasi yang dibutuhkan, namun jangan sampai juga menghilangkan asas keterwakilan.

Ambang batas minimal kursi di DPR sampai saat ini masih terus dibahas dalam revisi Undang Undang Pemilu dan menjadi salah satu isu panas di DPR. Partai-partai koalisi juga tidak memiliki satu suara terkait dengan PT.

Partai-partai besar menginginkan PT 2,5 persen yang diberlakukan pada Pemilu 2009 dinaikkan untuk 2014. Partai Golkar mengharapkan PT dinaikkan menjadi lima persen, sedangkan Partai Demokrat meminta agar PT dinaikan menjadi empat persen.

Kondisi ini berseberangan dengan beberapa partai politik menengah seperti PPP, PKS, PKB dan PAN. PPP mengharapkan agar PT tetap berada di 2,5 persen namun diberlakukan secara nasional, baik di DPR maupun DPRD. Begitupula dengan PKB dan PAN.

Namun partai-partai menengah tampaknya memberikan toleransi apabila PT hanya naik menjadi tiga persen.

Sementara partai-partai kecil yang tidak memiliki perwakilan di DPR menolak kenaikan PT. Menurut mereka kenaikan PT hanya untuk melanggengkan kekuasaan partai-partai besar. Pemberlakuan PT telah menghilangkan banyak suara.

Mereka menilai, pada 2009, dengan PT sebesar 2,5 persen telah menghilangkan 15 persen suara pemilih, atau hanya 85 persen suara yang terwakili.(*)

(T.M041/S024)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

BNPB: Gali Kearifan Lokal Untuk Peringatkan Bencana

Posted: 23 Jun 2011 05:49 AM PDT

Setiap daerah jelas punya kearifan lokal masing-masing, tentu lebih mengatahui masyarakat di daerahnya mana yang tepat satu kata untuk dijadikan peringatan dini dalam penyelamatan warga dari gelombang tsunami.

Berita Terkait

Video

Padang  (ANTARA News) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Syamsul Maarif mengingatan masyarakat di daerah rawan bencana alam agar menggali kearifan lokal untuk dapat dijadikan sebagai peringatan dini saat ancaman bencana gelombang tsunami.

"Penggalian kembali kearifan lokal sangat penting dalam upaya penyelamatan terhadap banyak masyarakat dari hantaman gelombang tsunami. Kebijaksanaan lokal yang dipahami dan diterapkan sejumlah daerah sudah terbukti dalam mengurangi korban jiwa," kata Syamsul Maarif, di Padang, Kamis.

Melihat dari pengalaman, kata Syamsul, di Kabupaten Simeulue, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang memahami dan mempunyai kearifan lokal (Smong), hanya dengan satu kata itu saja masyarakatnya sudah berlarikan menuju daerah aman.

Jadi, sekitar 400 ribu penduduk di kepulauan itu hanya sedikit yang meninggal akibat bencana gelombang tsunami yang terjadi pada 2004 lalu.

Selain itu, kearifan lokal ini dipahami dan diterapkan juga masyarakat Gorontalo, Smolati sama juga. Demikian juga, di Jawa Tengan punya kearifan lokalnya dengan satu kata (Wangon, red).

Jadi, ketika masyarakatnya sudah mendengarkan kata Wangon (warga yang daerahnya berada kawasan pantai sudah berlari ke perkampungan Wangon, red).

Menurut Syamsul, setiap daerah jelas punya kearifan lokal masing-masing, tentu lebih mengatahui masyarakat di daerahnya mana yang tepat satu kata untuk dijadikan peringatan dini dalam penyelamatan warga dari gelombang tsunami.

Justru itu, diingatkan daerah-daerah rawan ancaman bencana untuk menggalinya kembali dan bagi yang belum ada bisa saja dibuat.

Namun, yang terpenting apapun satu kata yang ditetapkan bukan persoalan, asalkan mudah dipahami masyarakat, artinya satu kata tetapi semua masyarakat bisa paham bahwa adalah peringatan untuk lari.

Kepala BNPB meminta kepada berbagai pihak pemanglu kepentingan, agar dalam menginformasikan tentang bencana alam kepada masyarakat di nagari-nagari harus punya seni.

Tujuannya, agar penjelasan yang diberikan pada masyarakat bisa dipahami dan jangan pula berbicara tentang hitungan-hitungan kegempaan yang tak bisa dipahami masyarakat.

"Saya juga menyampaikan kepada generasi muda jangan sampai menunggu bencana dulu baru kita siap. Makanya kesiapsiagan harus terus dikembangkan," katanya.

Menurut dia, bencana akan timbul apabila lemah dalam menghadapinya, sebenarnya bisa dilakukan antisipasi, setidaknya memperkecil jatuhnya korban jiwa.

Makanya, tambah Syamsul, semua pihak dan pemangku kepentingan di daerah harus bersama-sama untuk membangun kesadaran bersama akan ancaman bencana alam.

Kepala BNPB menyampaikan ini dalam Lokakarya dan Gladi Pos Komando menghadapi Ancaman Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di Sumbar, pada 22-24 Juni 2011 di Pangeran Beach Hotel Padang.

Lokakarya itu dihadiri oleh berbagai elemen dari pusat dan sejumlah provinsi, serta pemangku kepentingan di wilayah Sumbar.

(KR-SA)

Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan