Khamis, 23 Jun 2011

ANTARA - Berita Terkini

ANTARA - Berita Terkini


Rp3 Triliun untuk Investasi Jalan Pesisir Balikpapan

Posted: 23 Jun 2011 07:15 PM PDT

Ilustrasi Reklamasi Pantai (ANTARA/BASRUL HAQ)

Pada tahun 2006, kami telah menghitung nilai proyek ini, yaitu mencapai Rp2,5 triliun. Namun sekarang pada 2011, nilainya mencapai 3 triliun karena pengaruh inflasi.

Berita Terkait

Balikpapan (ANTARA News) - Rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan membangun jalan pesisir sepanjang 8 kilometer - dengan nilai proyek Rp3 triliun - dari Pelabuhan Semayang hingga Bandara Internasional Sepinggan, telah masuk dalam tata ruang kota tahun 2012 - 2031.

"Untuk membangun jalan pesisir itu, pantai akan direklamasi hingga 2.000 meter persegi," kata Kepala Badan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Balikpapan Suryanto, Kamis.

Menurut Suryanto, saat ini sudah ada tim yang membahas reklamasi pantai itu.

"Pantai yang direklamasi panjangnya 8 kilometer dan luasnya hingga 2.000 meter persegi. Pokoknya dapat tanahnya sekitar 450 hektar," jelasnya.

Menurut Suryanto, proyek ini akan menelan biaya sekitar Rp3 triliun.

"Pada tahun 2006, kami telah menghitung nilai proyek ini, yaitu mencapai Rp2,5 triliun. Namun sekarang pada 2011, nilainya mencapai 3 triliun karena pengaruh inflasi," ujar dia.

Namun untuk anggaran tersebut tidak akan menggunakan APBD Kota Balikpapan ataupun APBD Provinsi Kalimantan Timur. Pembangunan jalan pesisir ini akan murni menggunakan dana pihak ketiga atau investor.

"Bagaimana bentuk kerjasamanya, itu masih kami formulakan," kata Suryanto.

Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Pemerintah Harus Perjuangkan Stabilitas Harga Pangan Global

Posted: 23 Jun 2011 07:03 PM PDT

Barcelona (ANTARA News) - Pada  22 Juni 2011 lalu dimulai pertemuan tingkat  Menteri dari negara-negara  
yang tergabung dalam kelompok G 20 di Paris, dimana  Indonesia merupakan salah satu anggota G20. Topik utama yang dibahas adalah volatilitas harga pangan  yang sangat fluktuatif dengan pola tidak karuan.

Sejumlah organisasi  tani di Eropa telah siap melakukan demonstrasi untuk meminta pemimpin negara dari G20
mengambil langkah konkrit untuk stabilitas harga pangan.  Volatilitas harga pangan menjadi persoalan serius saat ini karena  dianggap sebagai salah satu faktor yang menyebabkan kerawanan pangan  global.

Fluktuasi harga beras misalnya bisa mencapai 100 persen dalam  satu tahun, hal yang sama terjadi pada komoditi lain seperti jagung,  gandum, daging dan komoditi pangan lainnya. Fluktuasi yang tidak karuan  ini sangat merugikan baik petani produsen maupun konsumen.

Volatilitas  harga menimbulkan ketidakpastian, ketidakpastian meningkatkan risiko,  dan risiko akan sangat menurunkan motivasi berproduksi, dampaknya tentu  saja akan sangat mengganggu ketahanan pangan tiap-tiap negara, dan  menimbulkan kerawanan  pangan secara global.

Ditambah lagi dengan persoalan perubahan iklim  yang sangat mengganggu sistem produksi. Bagi Indonesia volatilitas harga  selain sangat berpengaruh terhadap produksi dan ketahanan pangan juga  berdampak pada kehidupan sosial dan politik.

Kita meminta agar  pemerintah RI yang mungkin diwakili Menteri Pertanian  untuk  memperjuangkan dengan serius bahwa kepentingan petani dan kepentingan  nasional dalam Pertemuan Kelompok G20. Hendaknya pemerintah dapat  meyakinkan pimpinan negara dari negara lain khususnya yang tergabung  dalam kelompok G20 bahwa sektor pertanian memiliki ciri yang berbeda dari sektor industri, karena itu ketentuan  perdagangan bebas (free trade) yang biasa berlaku di sektor industri tidak  secara otomatis dapat diberlakukan di sektor pertanian.

Hendaknya  negara sedang berkembang seperti Indonesia diberikan kebebasan secara  mandiri urusan
domestik tanpa terlalu diikat sebagaimana ketentuan  dalam WTO.

Selain itu  beberapa isu penting lain yang harusnya dikemukakan sehubungan dengan fluktuasi harga pangan yang tajam antara lain meliputi: Pertama  harus dipahami bahwa perdagangan pangan dunia sangatlah terkonsentrasi  
di tangan sejumlah kecil negara. Untuk beras dikuasai oleh China, India,  Amerika, Jepang dan sejumlah kecil oleh Thailand dan Vietnam. Demikian juga untuk  gandum misalnya sekitar 75 persen ekspor gandum dunia ditangan 5 negara  yaitu Amerika Serikat, Canada, Australia, Ferderasi Rusia, dan Perancis. 

Karena itu sudah pasti negara negara inilah yang menentukan prilaku  pasar komoditi pangan di dunia. Sementara yang menjadi konsumen adalah  negara negara lain di luar itu yang jumlah sangat banyak, dan oleh karena  itu posisi tawar mereka sangat lemah.

Lebih jauh dari itu bahwa  perdangan pangan dunia di tangan segelintir Perusahaan Multinasional yang  sangat oligopolis. Bahkan secara terselubung mereka membentuk Kartel  untuk mengatur produksi, pemasaran dan  
harga. Lagi-lagi perusahaan ini ada di negara-negara besar tersebut. 

Struktur pasar global komoditi pangan yang sangat distortif ini sungguh  sungguh akan mendorong prilaku ekonomi dan bisnis yang tidak fair. Untuk  itu kepada juru runding pemerintah kita minta agar ada proses koreksi  terhadap kekuatan global negara dan perusahaan tersebut untuk berprilaku  fair dan tidak menyalah gunakan posisi dominan mereka (abuse of  dominant position) yang berdampak sangat negatif bagi petani kecil dan  konsumen terutama di negara-negara sedang berkembang.

Kedua  menyangkut tidak transparannya informasi mengenai produksi dan stok  pangan dunia. Masing-masing negara enggan membuka secara sungguh berapa  sebenarnya produksi dan persediaan  pangan mereka, apalagi stok yang  dikuasai perusahaan global. Sehingga menyebakan kesulitan untuk  memprediksi keseimbangan supply dan demand yang menentukan tingkat harga  pasar.

Transparansi data harulah dibahas secara, negara-negara  penguasa produksi dan perusahaan yang memegang stok pangan haruslah  bersedia membuka data sehingga dapat dilakukan perencanaan dan proses  stabilisasi harga.

Ketiga, bahwa tingkat produksi dan konsumsi kini  tidak secara otomatis menentukan perkembangan  harga pasar. Pangan sudah  masuk dalam pasar komoditi dan perdagangan berjangka. Dimana para  investor, fund manager dan spekulan kini menjadi penentu utama, padahal  mereka itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan pertanian. Bila mereka  kelebihan dana dan ingin masuk pasar, maka melonjaklah harga.

Ketika  harga sudah dirasa cukup tinggi dan mereka perlu profit taking maka  jatuhlah harga. Dengan demikian naik turunnya harga sama sekali tidak  ada hubungannya dengan petani atau konsumen, tetapi murni ditentukan  oleh fund manager. Ini juga merupakan isu yang sangat kritis untuk  dibahas yakni bagaimana membatasi pengaruh para investor, fund manager  dan spekulan di pasar komoditi.

Keempat adalah  tentang praktik yang sering dilakukan berbagai negara untuk mengurangi  ketersediaan pangan di pasar dunia dengan cara melarang, membatasi, dan  menghambat ekspor. Ini terjadi misalnya beberapa waktu lalu saat terjadi  krisis, sejumlah negara temasuk China, Thailand menghentikan ekspor  beras. Hal ini tentu saja memperparah situasi pasar komoditi pangan. 

Sejumlah negara lain yang tidak mampu memproduksi pangan sendiri menjadi  korban, bahkan memicu kegoncangan politik sebagaimana terjadi di  negara-negara Arab. Karena itu dalam Pertemuann G20 ini haruslah ada  kesepakatan agar masing-masing negara anggota tidak memberlakukan  kebijakan pembatasan ekspor.

Kelima, untuk menghindari bencana  kelaparan dunia yang kemungkinan akan dialami negara-negara  terbelakang yang tidak memiliki ketahanan pangan, dan untuk tujuan  kemanusiaan seyognyanya ada kesepakatan untuk membentuk stok pangan  global yang dicadangkan menghadapi terjadinya bencana kelaparan.

Minggu  lalu (16 sd 18 Juni 2011) saya menghadiri pertemuan ahli dan  masyarakat pertanian di Paris masalah kelaparan, malnutrisi, dan  ketahanan pangan global menjadi isu sentral yang diperdebatkan.

Kita  meminta agar Tim Negosiator Pemerintah nantinya sepulang dari Paris  dapat membawa oleh-oleh yang bermanfaat bagi petani, khususnya adanya  program konkrit agar petani tidak selalu menjadi korban kekacauan pasar  global. (*)

*) Ketua Harian HKTI, President Advocacy Center for Indonesian Farmers, Dewan Pengurus Asian Farmers Group for Cooperation

Editor: Bambang
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan