Khamis, 2 Mei 2013

KOMPAS.com - Regional

KOMPAS.com - Regional


Paksa Kibarkan Bendera Setengah Tiang, Mahasiswa Ricuh dengan Polisi

Posted: 02 May 2013 08:27 AM PDT

HARDIKNAS

Paksa Kibarkan Bendera Setengah Tiang, Mahasiswa Ricuh dengan Polisi

Penulis : Kontributor Kolaka, Suparman Sultan | Kamis, 2 Mei 2013 | 15:27 WIB

KOLAKA, KOMPAS.com - Mahasiswa Universitas 19 November Kolaka yang berunjuk rasa memperingati Hari Pendidikan Nasional sempat terlibat keributan dengan aparat kepolisian di depan Kantor DPRD Kolaka, Kamis (2/5/2013). Keributan terjadi saat mereka mencoba menurunkan kibaran bendera Merah Putih menjadi setengah tiang. Pengibaran bendera setengah tiang merupakan simbol duka atas gagalnya penerapan sistem pendidikan di Indonesia.

Sebelum digagalkan, massa mahasiswa dan polisi sempat terlibat aksi saling dorong. Namun, insiden tersebut tak melebar lebih jauh. Selain berupaya menurunkan bendera merah putih, mahasiswa juga mengikut sertakan seorang bocah perempuan yang telah putus sekolah, dan bekerja sebagai penjual makanan.

Bocah itu lantas dipertemukan dengan Ketua DPRD Kolaka dan Kepala Dinas Pendidikan. Di depan kedua pejabat Pemerintah Kolaka itu, mahasiswa meminta agar bocah itu mendapat perhatian Pemerintah untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

Siswanto, koordinator aksi,  mengungkapkan, bocah putus sekolah itu diajak berunjuk rasa sebagai simbol dari sulitnya mendapatkan pendidikan yang layak bagi warga negara yang miskin. "Pasal 11 ayat (1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional dengan tegas dinyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan pelayanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi," kata Siswanto.

Menangggapi demo ini, Kepala Dinas Dikmudora Kolaka, Sofian Rindi menegaskan, Pemerintah Daerah Kolaka sejak lama sangat memperhatikan nasib anak bangsa yang putus sekolah karena kekurangan biaya pendidikan. "Kami berterima kasih kepada adik-adik mahasiswa yang turut memperhatikan nasib pendidikan di Kabupaten Kolaka. Dan, kepada adik perempuan yang dibawa oleh mahasiswa dalam demo hari ini, kami dengan senang hati akan memfasilitasi kepada salah satu pihak sekolah untuk kembali mengenyam pendidikan yang lebih layak," tegasnya.

Sebelum membubarkan diri, mahasiswa, Kadis Dikmudora, Ketua dan Anggota DPRD Kolaka serta pihak Kepolisian menyantap jajanan kue yang dijual oleh bocah perempuan putus sekolah yang ikut dalam aksi tersebut. 

Editor :

Glori K. Wadrianto

Aktivis: Lingkungan Pendidikan Belum Nyaman bagi Pelajar

Posted: 02 May 2013 08:25 AM PDT

Aktivis: Lingkungan Pendidikan Belum Nyaman bagi Pelajar

Penulis : Kontributor Surabaya, Achmad Faizal | Kamis, 2 Mei 2013 | 15:25 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com - Puluhan massa dari kalangan LSM pemerhati pendidikan menggelar aksi teatrikal menyambut Hari Pendidikan di depan Gedung Negara Grhadi Surabaya, Kamis (2/5/2013).

Mereka mendesak semua steakholder di bidang pendidikan untuk mengubah citra pendidikan di semua jenjang, menjadi suasana yang nyaman dan menyenangkan. Dalam aksinya, para aktivis yang tergabung dalam Jaringan Aksi Pendidikan itu mengurung pelajar dalam sebuah kurungan ayam.

"Itu adalah gambaran dunia pendidikan saat ini, siswa terkesan dikurung paksa, dan tidak nyaman," kata salah satu orator aksi, Edy Setiatmoko.

Saat ini, kata dia, lingkungan pendidikan justru menjadi lingkungan yang menakutkan bagi siswanya, dari aspek guru yang kerap melakukan kekerasan dan tindakan cabul kepada anak didiknya, hingga aspek kurikulum, dengan Ujian Nasional yang menjadi proses pendidikan yang sangat menakutkan bagi semua siswa.

"Karena itu, kami mengimbau kepada pemerintah yang memiliki kekuasaan agar mengubah citra pendidikan sebagai tempat yang menyenangkan bagi anak didiknya," jelas Edy.

Dalam aksi itu, sejumlah aktivis perempuan juga terlihat membagi-bagikan buah jeruk kepada para pengguna jalan. Buah jeruk itu ditusuk dengan bendera kecil bertuliskan: "Sekolah Bukan Penjara. Segarkan..".

Selain dari kalangan aktivis LSM, unjuk rasa memperingati hari pendidikan juga digelar sejumlah elemen mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan Aliansi Perjuangan Rakyat yang terdiri dari FMN, FKPS, serta BEM Arrosyd. Isu utama yang mereka usung antara lain mendesak direalisasikannya pendidikan murah, coret Ujian Nasional, hingga desakan agar presiden SBY mencopot Kemendikbud M Nuh.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan