Jumaat, 4 Januari 2013

KOMPAS.com - Nasional

KOMPAS.com - Nasional


Dendy Siap Bongkar Keterlibatan Oknum Kemenag

Posted: 04 Jan 2013 12:25 PM PST

JAKARTA, KOMPAS.com — Tersangka kasus dugaan korupsi penganggaran proyek Al Quran dan laboratorium Kementerian Agama, Dendy Prasetya, siap membongkar keterlibatan oknum Kemenag dalam persidangan nanti.

Dendy dan ayahnya, Zulkarnaen Djabar, yang juga menjadi tersangka kasus ini, segera menjalani proses persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta. Jumat (4/1/2013), berkas pemeriksaan keduanya dinyatakan lengkap (P21) dan dilimpahkan ke tahap penuntutan.

"Kalau misalkan ada orang yang dia (Dendy) kenal, saya kira itu akan dibuka karena di fakta itu kan akan ada nanti," kata pengacara Dendy, Erman Umar, di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta, saat mendampingi kliennya menuju mobil tahanan KPK.

Terhitung sejak hari ini, KPK menahan Dendy di Rumah Tahanan Jakarta Timur Cabang KPK yang berlokasi di Kompleks Pomdam Jaya, Guntur, Jakarta Selatan, selama 20 hari pertama. Dia ditahan satu sel dengan Zulkarnaen.

Menurut Erman, kliennya memang pernah bertemu dengan pejabat Kemenag terkait proyek Al Quran dan laboratorium ini. Pertemuan itu, menurutnya, dijelaskan Dendy dalam berita acara (BAP) pemeriksaannya selama ini. "Ada, itu pasti, enggak mungkin bisa dihindari. Di BAP pun selama ini sudah disebutkan," ujarnya.

Saat ditanya siapa pejabat Kemenag yang ditemui Dendy, Erman mengaku tidak tahu persis. Dia hanya menyebut pejabat itu berasal dari Direktorat Pembinaan Masyarakat dan Bidang Pendidikan Kemenag. "Pokoknya ada-lah pejabat pembuat komitmen atau pengadaan, saya tidak hafal. Yang penting semua fakta itu sudah di BAP-kan, akan disidang dan dibuka," ucap Erman.

Sebelumnya Erman pernah mengatakan, kliennya bersama dengan rekan seorganisasinya, Fahd El Fouz atau Fahd A Rafiq, berupaya meyakinkan pihak Kemenag agar memberikan proyek tersebut kepada mereka. Dendy dan Fahd bersama-sama menemui pejabat di Kemenag, yakni Sesditjen Bimas Islam Abdul Karim (sekarang mantan) dan Sesditjen Pendidikan Islam, Afandi Mochtar.

Saat itu, Erman mengatakan kalau Dendy dan Fahd berupaya mendapatkan proyek tersebut untuk menghidupkan organisasi mereka, Generasi Muda Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (Gema MKGR). Uang yang diterima Dendy, menurutnya, dibagi-bagikan ke teman-temannya, dan sebagian lagi digunakan untuk membiayai kegiatan organisasi.

KPK menetapkan Dendy dan Zulkarnaen sebagai tersangka atas dugaan menerima suap senilai total Rp 10 miliar lebih terkait pembahasan anggaran proyek Al Quran dan laboratorium Kemenag. Zulkarnaen menjadi tersangka dalam kapasitasnya sebagai anggota Komisi VIII DPR sekaligus anggota Badan Anggaran DPR. Sementara itu, Dendy diduga berperan sebagai perantara pihak Kemenag dengan pihak swasta. Sejauh ini, KPK belum menetapkan pejabat dari Kemenag sebagai tersangka.

Saan Mustofa: Kepercayaan Publik terhadap Parpol Turun Drastis

Posted: 04 Jan 2013 10:20 AM PST

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Sekjen Partai Demokrat Saan Mustofa mengatakan, saat ini tingkat kepercayaan publik terhadap partai politk menurun drastis. Hal itu, lanjut Saan, karena partai hadir di masyarakat saat sedang membutuhkan sesuatu saja.

"Dari berbagai survei, tingkat kepercayaan publik terhadap parpol sangat rendah. Persoalan itu salah satunya karena parpol hanya sibuk di tengah masyarakat menjelang hajatan politik, apakah itu pilkada, pileg, bupati, wali kota, dan sebagainya," ujar Saan dalam diskusi Komunitas Jurnalis Peduli Pemilu (KJPP) "2013 Awal Tahun Politik, Bisakah Parpol Jadi Harapan 2014" di Media Center KPU, Jakarta, Jumat (4/1/2013).

Saan mengatakan, fungsi partai politik itu tidak hanya terkait dengan pemilu. Ada atau tidaknya pemilu, terangnya, fungsi partai politik tetap harus jalan di tengah masyarakat.

"Tapi ketika proses politik selesai, partai sepi. Partai hanya hadir ketika ada kepentingan politik, tidak menjalankan fungsi kepartaiannya, apakah itu kaderisasi dan sebagainya," ujarnya.

Ia menekankan, ada hal yang perlu diperbaiki dalam mengembalikan kepercayaan publik terhadap partai politik. Sebab, hal itu adalah fokus kerja partai agar tidak kehilangan rekruitmen kader. Hal itu ditujukan agar tidak muncul kader instan yang tercela.

"Menjelang pemilu ada politisi musiman. Itu karena parpol kekurangan kader, lalu main ambil. Mereka tidak memahami fungsi dan tujuan partai. Padahal soal loyalitas, kesabaran, dan ketelatenan dibutuhkan," bebernya.

Menurut Saan, virus budaya kader negatif memengaruhi kader yang positif. Oleh sebab itu, kinerja perekrutan kader penting dan harus menjadi prioritas parpol. Menurutnya, perekrutan kader harus punya mekanisme ketat.

"Begitu mulai terindikasi hal yang negatif, kader langsung diberhentikan supaya tidak menular ke kader lain," ujarnya.

Lebih jauh, Saan berharap, pemilu harus jauh lebih baik, terutama pada lembaga penyelenggara pemilu. Saan meminta agar lembaga pemilu ke depan dapat bersinergi sehingga menghasilkan pemilu berkualitas.

"Harapan ke depannya supaya kualitas pemilu kita baik, ada sinergi KPU dan Bawaslu. Sinergi itu penting karena merupakan salah satu kunci keberhasilan pemilu," pungkasnya.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan