Rabu, 21 November 2012

ANTARA - Berita Terkini

ANTARA - Berita Terkini


Kesadaran kelola sampah dibangun dari sekolah

Posted: 21 Nov 2012 07:20 PM PST

Para siswa sejumlah SMP dan SMU di Jakarta menuangkan gagasan dalam bagaimana seharusnya sampah dikelola lewat Workshop Kreativitas Mading GEMAS (ANTARA/Imam Santoso)

Berita Terkait

Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan air minum dalam kemasan, AQUA Group, berharap program Gerakan Mengelola Sampah (GEMAS) meningkatkan kesadaran siswa sekolah dasar dan menengah mengenai bagaimana seharusnya sampah dikelola, sekaligus bagaimana lingkungan dilestarikan.

Perseroan sadar bahwa salah satu cara terbaik membangun budaya sadar lingkungan dan memandang sampah dalam cara berbeda serta jauh lebih konstruktif adalah dengan mengenalkan budaya itu sejak dini ketika orang tengah berada di sekolah dasar.

Pesan ini pula yang disampaikan Ditto Santoso, Sustainable Development Manager AQUA Group. "GEMAS bertujuan meningkatkan kesadaran generasi muda, terutama para pelajar agar menjadi aktor-aktor lingkungan di wilayah masing-masing," kata Ditto Santoso dalam program Workshop Kreativitas Mading GEMAS di Jakarta, Selasa.

Ditto lalu berungkap, dalam mengedukasi para pelajar, GEMAS melakukan beberapa pendekatan, yaitu dongeng boneka bertema lingkungan dasar dan pembuatan majalah dinding (mading) bertema lingkungan untuk para siswa sekolah menengah.

Workshop Kreativitas Mading sendiri bisa menjadi media bagi terbentuknya pribadi siswa yang dapat menjadi aktor lingkungan yang mengangkat arti penting pengelolaan sampah di sekolah mereka melalui majalah dinding. Workshop ini diselenggarakan oleh AQUA Group bekerja sama dengan Indonesia

Business Links, LKBN Antara, dan STBA LIA.

Pihak sekolah dan para guru sendiri menilai Workshop Mading GEMAS menguntungkan karena dapat saling berbagi informasi dari sekolah lain. Ini salah satunya dirasakan Sri Winani, Guru SMA Negeri 107 Jakarta.  Sri, dan juga guru-guru lain, juga berharap semakin banyak perusahaan seperti AQUA Group yang bisa ikut terjun bekerjasama dengan pihak sekolah dalam kegiatan-kegiatan edukasi mengenai pengelolaan sampah. 

(I026)

Editor: Jafar M Sidik

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

98 perjalanan dibatalkan, Stasiun Bogor merugi

Posted: 21 Nov 2012 07:04 PM PST

Ilustrasi--Suasana sepi di stasiun (FOTO ANTARA/Andika Wahyu)

Berita Terkait

Bogor (ANTARA News) - Dampak dari longsor di antara Stasiun Cilebut dan Bojong Gede selain menyebabkan rel tidak dapat dilalui, aliran listrik atas terputus karena empat tiangnya roboh, juga menyebabkan Stasiun Besar Bogor merugi karena dibatalkannya 98 perjalanan.

"Dampaknya ya kita (stasiun) tidak ada pendapatan, kerugian material karena tidak adanya perjalanan," kata Wakil Kepala Stasiun Besar Bogor, Enjang Syarif Budiman, saat ditemui di Bogor, Kamis.

Enjang mengatakan dalam satu hari pendapatan Stasiun Besar Bogor Rp128 juta dari 35.000 tiket penumpang yang berangkat.

Diprediksikan perjalanan kereta dari Stasiun Besar Bogor dan Cilebut baru dapat beroperasi berkisar antara tiga hingga tujuh hari ke depan.

"Itu belum optimal, baru mengupayakan satu sepur (rel) saja," katanya.

Longsor yang terjadi di antara Stasiun Cilebut dan Bojong Gede tersebut tergolong cukup parah. Karena longsor menyebabkan rel sepanjang 200 meter "menggantung" dan tidak dapat dilalui.

Selain itu, empat tiang listrik yang menyalurkan listrik aliran atas kereta api roboh hingga tidak bisa dioperasionalkan.

"Perbaikan cukup lama selain membenahi kondisi tanahnya, juga harus mengganti material tiang listrik dan rel yang rubuh," katanya.

Longsor terjadi Rabu (21/11) saat hujan deras mengguyur wilayah Bogor. Longsor terjadi diantara Stasiun Cilebut dan Bojong tepatnya di KM 45+4/5 (piket 400-500).

Lokasi sebelumnya juga pernah mengalami longsor tepatnya saat kereta anjlok di Cilebut 5 Oktober 2012 lalu. Namun, longsoran tidak terlalu parah kereta hanya mengalami gangguan sehari saja.

Longsor dilokasi yang sama kembali terjadi dengan kondisi lebih parah. Longsor tebingan menyebabkan 200 meter rel menggantung dan tidak bisa dilalui oleh kereta.

Akibatnya, KRL Jabodetabek-Bogor hanya bisa melayani penumpang dari Stasiun Bojong Gede.

Menurut Enjang, longsor terjadi akibat luapan air kali yang ada di lokasi tersebut. Air yang meluap ke jalan raya dan menggenang di sekitar rel. Akibatnya tanah di sekitar rel terkikis hingga rel tidak bisa dilewati.

Sementara itu, situasi di Stasiun Bogor hari ini sepi dari penumpang. Aktivitas di stasiun hanya terlihat petugas dan Polisi yang berjaga-jaga.

Beberapa penumpang yang belum mengetahui adanya pembatalan perjalanan masih terlihat berdatangan ke Stasiun Bogor. Setelah mengetahuinya, penumpang mencari moda transportasi alternatif.

Di depan Stasiun Bogor, sejumlah angkutan kota dan ojek menyediakan layanan mengantar penumpang ke Stasiun Bogor. Kesempatan tersebut diambil sopir dan tukang ojek untuk menarik penumpang sebanyaknya dengan menggunakan tarif Rp10.000 untuk angkot dan Rp70.000 untuk ojek.
(LR/Y006)

Editor: Desy Saputra

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan