Rabu, 17 Oktober 2012

Sindikasi lifestyle.okezone.com

Sindikasi lifestyle.okezone.com


Punya Anak Lagi, Siap atau Tidak?

Posted: 17 Oct 2012 10:37 AM PDT

KEINGINAN pasangan yang telah menikah biasanya segera memiliki anak. Begitu si buah hati lahir dan sudah pantas diberi adik, tak sedikit pasangan yang menunda untuk menambah momongan. Bahkan, pada beberapa kasus, sang ibu yang enggan menambah momongan lagi. Mengapa?

 
Berikut ini penjelasan Woro Kurnianingrum, M. Psi, Psikolog Anak & Remaja RSIA St. Carolus Summarecon Serpong, sebagaimana dilansir Mom & Kiddie.
 
Fisik dan psikis
 
Banyak hal yang menjadi penyebabnya. Namun, hal umum yang biasa terjadi adalah karena si ibu memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan pada kehamilan atau proses persalinan sebelumnya.  Misalnya, secara fisik, si ibu kesulitan untuk makan, mengalami muntah-muntah yang berkepanjangan, sakit punggung atau pinggang yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
 
Selain fisik, masalah psikis juga berpengaruh, seperti kehilangan orang terdekat ketika masa kehamilan, suami kehilangan pekerjaan, dan sebagainya. Masalah lainnya adalah faktor keuangan keluarga, faktor usia ibu, kesehatan (risiko untuk kehamilan berikutnya), masalah pembagian peran dan pengasuhan pada anak pertama yang telah menyita waktu, perjuangan panjang untuk memeroleh anak pertama setelah perkawinan bertahun-tahun (mengikuti program hormon, bayi tabung, dan sebagainya), serta prinsip atau pandangan suami-istri yang menganggap mempunyai satu anak sudah cukup.
 
Jangan hamil bila masih trauma
 
Perasaan trauma pada tiap orang berbeda jangka waktunya. Ada yang sebentar lalu hilang. Ada yang bertahan dalam jangka lama, atau dialami berulang-ulang kali oleh orang tersebut.
 
Hal tersebut dipengaruhi beberapa faktor, antara lain faktor internal (kematangan emosi, daya tahan stres, pola pikir, daya juang pribadi), ataupun faktor eksternal (dukungan keluarga atau lingkungan).
Besar kemungkinan bagi ibu yang masih dilingkupi trauma hamil atau melahirkan, akan bertahan pada zona aman, yakni dengan memiliki satu anak saja.
 
Sebaliknya, bila kehamilan terjadi saat kondisi si ibu masih trauma, bisa jadi kehamilan tersebut dijalani dengan berbagai perasaan negatif, misalnya, Moms selalu merasa kesulitan, sering diliputi kekhawatiran dan perasaan tidak nyaman. Dalam kondisi tersebut, ada kemungkinan ibu jadi kurang memerhatikan janin dalam kandungannya sehingga tidak tercipta kontak batin yang seharusnya ada  antara ibu dan anak.
 
Ungkapkan secara terbuka
 
Jangan takut mengungkapkan perasaan yang mengganggu mengenai rencana untuk memiliki anak kedua kepada keluarga. Setelah memeroleh dukungan keluarga, moms dapat membekali diri dengan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang permasalahan yang terjadi pada kehamilan atau persalinan terdahulu. Informasi dapat diperoleh melalui buku, internet, pengalaman orang-orang terdekat, ataupun langsung berkonsultasi ke dokter yang terkait.
 
Dalam berkonsultasi, moms and dads dapat menanyakan kemungkinan untuk hamil kembali, serta hal-hal apa saja yang perlu dipersiapkan atau dapat menjadi faktor risiko. Hal tersebut kiranya dapat meminimalkan terulangnya masalah yang sama pada kehamilan kedua.
 
Moms, berusahalah untuk keluar dari masa lalu. Tenangkan diri dan tanamkan pikiran positif, misalnya "Kehamilan saya akan baik-baik saja, kejadian dulu tidak akan terulang" dan sebagainya.
 
Kapan menemui psikolog?
 
Apabila permasalahan psikis - ketidaksiapan secara mental – di atas belum dapat teratasi, maka Moms dapat berkonsultasi dengan profesional yang terkait, seperti psikolog. Kapan itu dilakukan?
 
Jika moms tidak dapat mengatasi emosi atau perasaan negatif (khawatir, sedih, takut, dan sebagainya) yang berlebihan terhadap kehamilan yang akan atau telah dijalani.
 
Moms masih sulit mengatasi ingatan akan peristiwa traumatik yang dialami ketika proses menjelang atau semasa kehamilan terdahulu.
 
Moms masih menghadapi konflik internal (dalam diri sendiri), yakni, ada keinginan untuk mempunyai anak lagi namun masih sulit menghilangkan trauma yang terkait dengan pengalaman terdahulu.
 
Kabar baiknya, jika Moms sudah memiliki keinginan dan perasaan positif akan kehadiran anak (lagi), ini merupakan tanda bahwa Anda siap untuk menambah momongan.
(tty)

Hobi Olahraga, Pria Miliki Libido Tinggi?

Posted: 17 Oct 2012 10:03 AM PDT

INGIN menebak bagaimana libido pria di ranjang? Intip saja dari kegemarannya.  
Memilih pasangan tentu susah-susah gampang. Terlebih lagi, saat Anda ingin mengetahui bagaimana performanya di ranjang nanti.
 
Bila Anda penasaran, cobalah untuk menebaknya lewat hobi yang sering ia lakukan.
Berikut ini bocorannya, seperti dikutip Idiva.
 
Hobi olahraga
 
Hobi olahraga pada pasangan ternyata dapat memberitahu seperti apa dorongan seksualnya. Meski setiap orang memiliki aspek seksualitas yang berbeda, namun faktor psikologi seperti kepribadian dapat memengaruhi dorongan seksualnya. Sangat mudah untuk mencari tahu seperti apa dia di ranjang, bila Anda tahu cara untuk membaca naluri duniawinya dengan karakter pribadinya.
 
Kreatif jenius
 
Pria kreatif kadang juga naïf pada waktu yang bersamaan. Dia dapat membuat Anda menebak-nebak seperti apa ketertarikannya di ranjang. Mereka memiliki energi fisik namun memilih untuk bersikap tenang. Penelitian menunjukkan bahwa energi kreatif berpengaruh pada seksualitas, sehingga mereka cenderung memiliki libido tinggi.
Mereka hebat dalam urusan ini, namun yang terpenting mereka juga baik hati. Mereka ingin dihargai, sekaligus membuat Anda terpuaskan.
 
Hobi memasak
 
Menurut Fanny Fern, penulis Amerika, cara terbaik untuk menuju hati pria ialah lewat perutnya. Namun uniknya, hal ini juga terjadi pada wanita. Menurut Urban Dictionary, istilah gastrosexual berarti pria yang gemar memasak sebagai hobi dan bukan kewajiban.
Mereka cukup pintar dan menyadari bahwa pamer keahlian memasak ialah cara terbaik untuk menunjukkan mereka juga andal di ranjang. Pria ini begitu perfeksionis dan menyukai hal-hal detail. (ina)
(tty)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan