Rabu, 22 Ogos 2012

ANTARA - Hiburan

ANTARA - Hiburan


Meneladani karya perupa Wahyoe Wijaya

Posted: 22 Aug 2012 04:24 AM PDT

Denpasar (ANTARA News) - Acara obituari bagi Wahyoe Wijaya, seniman kelahiran Yogyakarta, 3 Januari 1950 yang telah berpulang, 22 Juli 2012 bertujuan untuk mengenang dan mampu meneladani karya-karya yang dihasilkannya.

"Perupa Wahyoe Wijaya dengan segenap sumbangsihnya kepada dunia seni, kita menemukan perpaduan akhir sebuah proses berkesenian," kata staf Bentara Budaya Bali di Ketewel, Kabupaten Gianyar, Juwitta K. Lasut, Rabu.

Ia mengatakan dalam karya-karya kanvas yang dihasilkan itu sosok Wahyoe Wijaya menitiskan warisan, gagasan dan idealisme yang dianutnya.

Karya-karyanya boleh dikatakan berbanding lurus dengan gaya hidup bohemia kesehariannya.

Naluri penciptaan yang dimilikinya adalah perasaan lepas-bebas yang tidak didasarkan pada teori-teori kesenian.

Juwitta yang mempersiapkan sebuah acara obituari bagi Wahyoe Wijaya pada Rabu malam (22/8) yang akan dihadiri para seniman di Bali dan sahabat dekat untuk mengenang dan mendiskusikan karya-karyanya.

Perasaan lepas-bebas itu merupakan serabut yang paling halus dari intuisi seseorang.

Naluri adalah perpaduan dari disiplin dan kebijaksanaan yang lahir di antara ruang, konsentrasi, meditasi, dan kontemplasi. Kulkas yang bobrok, topeng-topeng, sepeda, becak, dan lainnya dalam karya hanya merupakan media obyektif belaka.

Dalam karya-karyanya itu Wahyoe Wijaya hanya menyimpul pesan, kenyataan hidup yang dilayaninya sehari-hari kekhawatiran akan punahnya masa depan dan ketidakmampuan memperbaiki kerusakan alam yang menjadi bayang-bayang mengerikan pada masa kini, tutur Juwitta.
(I006/Z003) 

Batik khas Pantura diminati pemudik balik

Posted: 22 Aug 2012 02:21 AM PDT

ilustrasi Batik Bola (FOTO ANTARA News/Nanien Yuniar)

Melintasi daerah Pantura Cirebon kurang jika tidak berkunjung ke kampung wisata batik, selain harganya terjangkau tersedia lengkap aneka batik, mulai dari batik tulis berbahan sutra, batik cap

Berita Terkait

Cirebon (ANTARA News) - Batik khas Pantura Cirebon, Jawa Barat yakni motif mega mendung cukup diminati sejumlah pemudik balik Lebaran Idul Fitri dari Jakarta.

Rahman seorang pemudik balik asal Jakarta kepada wartawan di Cirebon, Rabu, mengatakan, motif mega mendung khas Pantura Cirebon memiliki daya tarik sendiri, sehingga sangat diminati oleh pemudik yang melintasi Pantura.

"Melintasi daerah Pantura Cirebon kurang jika tidak berkunjung ke kampung wisata batik, selain harganya terjangkau tersedia lengkap aneka batik, mulai dari batik tulis berbahan sutra, batik cap yang harganya murah meriah,"katanya.

Kurniasih pemudik balik lain menuturkan, sengaja menyempatkan untuk belanja ke kampung batik di Desa Trusmi Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon, karena tersedia koleksi aneka batik, biasanya keluarga memilih batik mega mendung khas Pantura.Corak sederhana namum tetap menarik dikenakannya.

"Harga berbagai aneka busana batik di kampung wisata batik Trusmi lengkap mulai dari Rp 35 ribu hingga Rp 900 ribu setiap baju, selain itu banyak pilihan corak dan jenis kainnya,"katanya.

Sementara itu Kusmanto perajin batik setempat mengaku, memasuki H+3 lebaran Idul Fitri penjualan batik motif mega mendung meningkat dibandingkan sebelumnya, karena batik tersebut diminati pemudik balik tujuan Jakarta.
(KR-EJS/Y003)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Komentar Pembaca

Kirim Komentar

Tiada ulasan:

Catat Ulasan