Khamis, 12 Julai 2012

Republika Online

Republika Online


Keluarga Kerajaan Qatar Akuisisi Rumah Mode Valentino

Posted: 12 Jul 2012 08:07 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA-- Rumah mode iconic Italia Valentino dikejutkan oleh akuisisi yang dilakukan oleh keluarga kerajaan Qatar terhadap rumah mode tersebut. Pembelian ini menandai salah satu pembelian paling menonjol dari merek desainer top Eropa oleh investor dari pasar berkembang.

Valentino mengatakan, Mayhoola Investasi SPC yang didukung oleh investor Qatar, telah mengakuisisi kepemilikan penuh Valentino Fahsion Gruop SpA. Valentino tak mengungkapkan rincian mengenai berapa jumlah dana yang dikeluarkan untuk mengakuisisi rumah mode tersebut. Ia juga tak merinci nama investor yang ada dibalik pembelian.

Namun menurut sumber terdekat, Valentino mendapat 700 juta euro dari kesepakatan tersebut. Serta sumber mengatakan, keluarga kerajaan Qatar berada di balik pembelian rumah mode tersebut.

Kepala Eksekutif Valentino Stefano Sassi mengatakan kegembiraannya atas akuisisi ini. Ia berharap upaya ini dapat mendorong kenaikan pendapatan Valentino Fashion Group.

"Upaya ini harus mendorong kenaikan pendapatan sebesar 60 persen dalam kurun waktu 2009-2012. Pemegang saham baru kami akan membantu mencapai potensi penuh kami," ujar Sassi.

Didirikan oleh desainer Valentino Garavani (80 tahun), merek high-end Italia ini tenar berkat gaun merah sifonnya. Gaun tersebut banyak dicintai oleh para putri dan juga bintang Hollywood.

Pembelian merek mewah Italia oleh investor asing sekaligus menandai melemahnya ketahanan sektor ini di Italia. Bahkan diduga Italia tenggelam ke dalam resesi mendalam beberapa waktu terakhir

Maluku Barat Daya Operasikan RS Bergerak

Posted: 12 Jul 2012 06:56 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Dinas Kesehatan Maluku Barat Daya segera mengoperasikan rumah sakit bergerak bantuan Kementerian Kesehatan guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, kata Kepala Dinas Kesehatan MBD, Hans Aipassa, di Ambon, Jumat.

"Rumah sakit bergerak bantuan Kementerian Kesehatan tersebut telah dibangun di Tiakur, Pulau Moa, dan akan dioperasikan pertengahan Juli 2012," katanya.

Dia mengakui, rumah sakit bergerak tersebut sebelumnya akan diserahkan Pemerintah Kabupaten Morotai, namun setelah dilakukan koordinasi akhirnya diserahkan ke Kabupaten Maluku Barat Daya.

"Rumah sakit bergerak ini sudah dipasang label 'Morotai' tetapi dialihkan mengingat kebutuhan mendesak untuk peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat di Maluku Barat daya yang berbatasan dengan negara tetangga Timor Leste dan Australia," katanya.

Menurutnya, rumah sakit dengan sistem bongkar-pasang itu saat ini telah didirikan di Tiakur yang ditetapkan sebagai Ibu Kota Kabupaten Maluku Barat Daya berdasarkan undang-undang No. 31 tahun 2008, tentang pemekaran kabupaten Maluku Barat Daya dari Maluku Tenggara Barat.

Rumah sakit tersebut terdiri dari sembilan ruangan termasuk ruang perawatan dan operasi serta dilengkapi sejumlah peralatan medis diantaranya rontgen, operasi, kebidanan, anestesi dan pemeriksaan gigi.

"Jika sewaktu-waktu perlu dipindahkan ke daerah yang dianggap rawan, maka bangunan rumah sakitnya mudah dibongkar dan dipindahkan bersama dengan peralatannya, karena sistem knock down," katanya.

Dia mengakui, keberadaan rumah sakit bergerak itu sangat membantu peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat di Maluku Barat Daya, mengingat jumlah fasilitas maupun sarana kesehatan di daerah tersebut masih sangat minim.

Apalagi, tambahnya di Dataran Tiakur yang menjadi ibu kota kabupaten saat ini hanya terdapat satu rumah sakit tipe D yang dijadikan sebagai pusat rujukan serta melayani masyarakat di kecamatan Leti, Moa, dan Lakor (Lemola).

"Rentang kendali pelayanan dari Tiakur ke kecamatan ini sangat luas serta terhambat minimnya sarana prasarana traspostasi, sehingga keberadaan rumah sakit bergerak ini sangat membantu optimalisasi penanganan kesehatan masyarakat," katanya.

Dia menambahkan, saat ini sejumlah tenaga medis sedang dilatih untuk menangani operasional rumah sakit bergerak itu, termasuk pemanfaatan seluruh peralatan kesehatan sesuai dengan standar, sehingga dapat bertindak cepat jika sewaktu-waktu diperlukan untuk penanganan penderita.

"Kami juga berharap pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan dapat mengalokasikan anggaran yang cukup untuk membangun sarana dan fasilitas kesehatan lainnya di Maluku Barat Daya , sehingga masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan dengan Timor Leste dan Australia tidak merasa diabaikan," tandas Hans Aipassa.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan