Jumaat, 22 Jun 2012

KOMPAS.com - Regional

KOMPAS.com - Regional


Napi Nyabu di Sel, Rutan Kolaka Kecolongan

Posted: 22 Jun 2012 07:07 AM PDT

Napi 'Nyabu' di Sel, Rutan Kolaka Kecolongan

Suparman Sultan | Glori K. Wadrianto | Jumat, 22 Juni 2012 | 14:07 WIB

KOLAKA, KOMPAS.com - Lembaga Masyarakat Swadaya (LSM) Lingkar Demokrasi Rakyat (LIDER) Sulawesi Tenggara menilai, keamanan Rumah Tahanan Kelas II B Kolaka kecolongan. Hal ini terkait dengan ditemukannya narapidana yang sedang berpesta narkoba jenis sabu di dalam sel pada Rabu lalu.

Kordinator LSM LIDER Herman mengungkapkan, sangat banyak kesalahan yang dilakukan oleh aparat keamanan di Rutan Kolaka. Contohnya, para napi dengan gampangnya keluar dari rutan. "Pesta narkoba yang dilakukan oleh napi kasus narkoba itu adalah dampak dari lemahnya aturan keamanan di rutan. Itu kan rahasia umum para napi yang secara gampang keluar dari rutan padahal status mereka belum sampai ke tahapan asimilasi," ungkap Herman, Jumat (22/6/2012).

"Secara terang-terangan kan itu kasus korupsi atas nama Sirwan bebas keluar walaupun masih status napi, apalagi para napi narkoba itu yang juga secara bebas keluar," kata Herman.

Bahkan, informasi yang beredar, ada pembayaran yang dilakukan para napi untuk keluar dari areal rutan.  Dengan adanya temuan seperti itu, LSM tersebut berharap agar dilakukan inspeksi mendadak oleh tim dari Kementerian Hukum dan HAM.

Tudingan LIDER tersebut diperkuat Dengan pengakuan salah satu mantan napi yang identitasnya tidak ingin disebutkan. Dia, mengungkapkan semasa ditahan, pegawai rutan kerap mendatangi para tahanan untuk meminta uang jasa agar mereka bisa keluar.  "Selain meminta uang jasa, para pegawai itu juga kan sering mengajak kami minum alkohol dengan syarat kami lah yang membeli," terangnya.

Sementara itu, salah satu pegawai keamanan rutan Kolaka bernama Sudirman berdalih, sistem keamanan yang diterapkan oleh pagawai lapas sudah sangat ketat. "Saya rasa yang kami lakukan itu sangatlah ketat, seluruh pengunjung kita periksa dengan teliti. Bahkan sewaktu selesai membesuk pun kita periksa," katanya.

Namun dirinya berdalih, narapidana yang usai melaksanakan sidang lalu masuk kembali ke rutan, tidak diperiksa lagi. Sebab, yang melakukan pengawalan pada saat hendak disidang adalah pegawai Kejaksaan dan polisi sehingga dinilai steril.

Batik Motif Piala Eropa Tak Laku, Perajin Merugi

Posted: 22 Jun 2012 06:35 AM PDT

MALANG,KOMPAS.com - Batik motif Piala Eropa 2012 sepi peminat. Perajin batik tersebut di Kota Malang, Jawa Timur, mengaku merugi hingga puluhan juta rupiah. Perajin batik motif Piala Eropa tersebut adalah batik Celaket Kota Malang. Motif batik diproduksi sejak dimulainya Piala Eropa 2012 lalu.

Motif batik yang diproduksi berupa gambar dan bendera 14 Negara peserta piala Eropa. Batik diproses dengan metode batik tulis dan batik cap. Menurut Perajin Batik Celaket Malang, Hanan Jalil, yang ditemui Kompas.com, pada Jumat (22/6/2012) siang, batik tersebut diproduksi memang khusus untuk sambut Piala Eropa. Batik Celaket telah memproduki sebanyak 300 lembar kain batik.

"Karena tidak laku, jelas kami merugi," ujar Hanan ditemui di rumahnya.

Kain batik yang siap dijual berukuran panjang 200 centimeter, selebar 115 centimeter. Semuanya dipasarkan di wilayah Malang dan Surabaya, Bandung dan Jakarta. Tapi hingga kini hanya laku beberapa potong saja.

"Padahal temanya Piala Eropa. Ide saya, karena saat ini, perhatian masyarakat Indonesia tertuju terhadap olahraga sepak bola, yakni Piala Eropa. Kini, ada 250-an lembar kain batik yang ditarik kembali," akunya.

Lebih lanjut Hanan memprediksi, bahwa kain batik tak laku di pasaran, diakibatkan karena motif yang ditawarkan hanya berupa bendera dengara. Sementara, pecinta bola lebih tertarik membeli kaos dan bendera. Bukan baju batik. "Saat ini kami akan mendesain motif batik sesuai selera pasar saja. Lebih aman dan laku dipasaran," ujarnya.

Adapun motif populer yang pernah diproduksi Batik Celaket aku Hanan adalah batik bergambar KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Irfan Bachdim, pemain timnas, dan batik bermotif ulat bulu.

"Saat itu lagi gencar motif itu. Adapun harga batik perlembarnya untuk batik cap dijual seharga Rp 150 ribu, batik tulis Rp 300 ribu per lembar," katanya. Adapun batik motif Irfan Bachdim tambah Hanan cukup meledak, hingga terjual 10 ribu lembar.

"Yang jelas, batik motif Piala Eropa tak laku dipasaran. Saat ini kami sudah mau garap motif lain. Karena kami merugi cukup besar. Akhirnya, barang yang ada diberikan pada kolega saya," katanya.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan