Selasa, 13 Mac 2012

Sindikasi international.okezone.com

Sindikasi international.okezone.com


Senjata Pembunuh Digabung Menjadi Singgasana

Posted: 13 Mar 2012 06:04 AM PDT

LONDON - Goncola Mabunda pasti merasakan panasnya duduk di singgasana ciptaannya sendiri. Betapa tidak, singgasananya itu dibuat dari berbagai senjata yang digabung menjadi satu.


Dia menggabungkan berbagai senjata seperti AK47, roket peluncur, pistol dan senjata lainnya dalam kreasi kursi yang luar biasa ini.


Seniman ceria yang berasal dari Mozambik itu, membuat pernyataan ironis tentang perang saudara selama 16 tahun yang melanda negaranya saat dirinya masih kecil. Perang tersebut memang sudah berakhir pada tahun 1992, tetapi senjatanya masih sering ditemukan oleh pihak berwenang.


Mabunda diperbolehkan menonaktifkan senjata tersebut untuk digunakan sebagai karyanya. Hasilnya, singgasana ini pun dipamerkan di Jack Bell Gallery di London, Inggris. 


Karyanya merupakan perpaduan dari seni tradisional dan gaya modernis yang lebih dipengaruhi oleh Picasso dan Braque. Menurutnya, sebuah singgasana menandakan sebagai atribut kekuasaan, simbol seni dan suku tradisional etnis Afrika.


Melalui karyanya, dia mengomentari pengalaman masa kecilnya yang penuh dengan kekerasan dan absurditas dalam perang saudara di Mozambik. Singgasana yang dibuatnya terbuat dari amunisi dan persenjataan lain yang digunakan untuk efek mematikan selama perang.


"Konflik di Mozambik berakhir pada tahun 1992 dan mereka masih belum menemukan seluruh senjata yang pernah dipakai saat perang tersebut. Saya ingin mengubahnya menjadi sesuatu yang positif melalui seni, yang kini telah diterima dengan baik oleh masyarakat luas," ujarnya seperti dikutip Daily Mail, Selasa (13/3/2012).


Mabunda menambahkan, selain menjadi alat politik yang menggelisahkan rakyat, senjata tersebut bisa menjadi potongan-potongan fantastis dari seni kontemporer.

(faj)

Iran Kecam Pembunuhan Warga Afghanistan

Posted: 13 Mar 2012 05:05 AM PDT

TEHERAN - Iran mengkritik keras kekerasan yang terjadi di Afghanistan. Kecaman ini khususnya diarahkan kepada pasukan Amerika Serikat (AS) dan North Atlantic Treaty Organization (NATO), usai pembantaian yang dilakukan oleh seorang prajurit AS.


Pembantaian yang dilakukan oleh prajurit AS itu memang dianggap sebagai peristiwa memalukan, karena dilakukan oleh seorang prajurit dan menewaskan 16 warga sipil Afghanistan.


"Kejahatan yang dilakukan pasukan AS, Inggris dan NATO yang kita saksikan dalam beberapa hari terakhir terhadap perempuan dan anak-anak di Afghanistan, memburuk citra dari negara-negara tersebut di wilayah tersebut (Afghanistan dan Pakistan)," ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ramin Mehmanparast seperti dikutip Associated Press, Selasa (13/3/2012).


"AS dan sekutunya harus menarik pasukan mereka dari Afghanistan dan Pakistan secepat mungkin, agar kebencian dari rakyat kedua negara tersebut tidak makin bertambah," lanjutnya.


Komentar Mehmanparast memang makin menyudutkan pihak AS saat ini. Terlebih dengan aksi brutal seorang prajurit AS berusia 38 tahun, yang membantai warga sipil tidak berdosa saat malam 11 Maret lalu.


Insiden ini mendapat kecaman dari dalam negeri Afghanistan sendiri. Pihak Parlemen Afghanistan pun mendesak agar pelaku pembantaian dihukum di depan publik.


Hal serupa juga diminta sekira mahasiswa yang turun ke jalan Jalalabad, Afghanistan hari ini. Mereka memprotes peristiwa kejam yang menimpa korban pembantaian.


Sementara pihak militer AS bersikeras bahwa pihaknya yang berhak mengadili prajurit pembunuh tersebut. Lewat hukum AS, Menteri Pertahanan AS Leon Panetta mengutarakan, prajurit itu kemungkinan besar dihadapkan pada hukuman mati.

(faj)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan