Sabtu, 10 Mac 2012

Republika Online

Republika Online


Kiat Sederhana Mengendalikan Amarah

Posted: 10 Mar 2012 10:00 AM PST

REPUBLIKA.CO.ID, WALES -- Bagi Anda yang gampang naik darah, ada latihan sederhana untuk bisa mengendalikan diri. Yakni sering menggunakan tangan keliru atau yang tidak dominan biasa Anda gunakan.

Artinya, bila Anda biasa menggunakan tangan kanan di keseharian, coba sering-sering melatih tangan kiri. Bagi Anda yang mengandalkan tangan kanan, coba gunakan tangan kidal Anda saat menggunakan mouse komputer, mengaduk gula teh atau kopi, membuka pintu dan ha-hal lain yang tidak membahayakan. Bagi yang kidal, gunakan tangan kanan.

Setelah dua pekan latihan, anda sudah mampu mengendalikan emosi agar tidak 'meledak'.

Menurut Dr. Thomas Denson dari University of New South Wales, melatih pengendalian diri sama seperti melatih keterampilan main piano atau golf.

Dalam studi yang dimuat di jurnal Current Directions in Psychological Science itu, orang yang mulai menggunakan tangan yang 'keliru' atau non-dominan, dalam dua pekan akan lebih mampu mengendalikan emosi.

Dr. Denson mengatakan, "Menggunakan tangan non-dominan untuk mengendalikan mouse, mengaduk kopi, membuka pintu, membuat orang melatih pengendalian diri karena nalurinya selalu ingin menggunakan tangan dominan," kata dia.

Dr. Denson dan para koleganya mengutip kesimpulan para kriminolog dan sosiolog yang menyebut, kasus kekerasan terjadi ketika ada kesempatan dan kurangnya kemampuan mengendalikan diri.

"Orang yang agresif pastinya ingin mengendalikan diri, tapi mereka kurang mampu. Coba saja pasang monitor untuk melihat aktivitas otaknya lalu hina mereka, maka yang bagian otak mereka yang mengatur pengendalian diri justru lebih aktif dibandingkan orang yang tidak agresif."

Selain itu, ia juga memberi nasihat, pada awalnya latihan menggunakan tangan non-dominan justru akan memancing emosi.

"Tapi jika berlatih terus dalam jangka waktu lama, anda akan punya kemampuan untuk mengendalikan diri. Ini sama seperti latihan untuk semua hal, awalnya selalu sulit, namun selanjutnya akan semakin mudah."

Inilah Penyebab Seseorang Berpeluang Terkena Osteoporosis

Posted: 10 Mar 2012 07:50 AM PST

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pengurus Pusat Ahli Bedah Pinggul dan Lutut Indonesia, Bambang Kisworo mengungkapkan, ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan seseorang berpeluang lebih besar menderita osteoporosis. Salah satunya adalah menopause.

Selain itu, banyak faktor lain yang membuat seseorang berpeluang terkena penyakit yang dikenal karena rapuhnya tulang tersebut. Di antaranya perempuan yang mengalami menopause alami maupun karena operasi pengangkatan indung telur, khususnya sebelum berusia 45 tahun, berusia di atas 65 tahun. Selain itu seseorang yang bertubuh kurus, karena cadangan lemak sebagai penyimpan hormon estrogen lebih sedikit, dan orang memiliki pola makan dengan kandungan kalsium rendah juga memiliki peluang lebih besar kena osteoporosis.

Tak hanya itu, kebiasaan merokok atau minum alkohol serta minum kopi terlalu banyak ternyata juga bisa mengundang osteoporosis. Selain itu, ada anggota keluarga yang menderita osteoporosis, menderita kencing manis, gagal ginjal dan penakit hiperparatiroid, serta pengonsumsi obat kortikosteroid (obat anti alergi, rematik dan obat anti epilepsi dalam waktu yang lama) juga bisa membuat seseorang terkena osteoporosis.

Bambang memperkirakan sekitar 28,8 persen atau 3,6 juta perempuan Indonesia berusia di atas 50 tahun menderita osteoporosis. Bahkan, Kepala Bagian Bedah Orthopaedi dan Traumatologi, RS Panti Rapih Yogyakarta mengungkapkan, separuh dari penderita patah tulang akibat osteoporosis tidak dapat berjalan normal kembali dan sepertiga diantaranya membutuhkan perawatan khusus seumur hidup.

"Sehingga kualitas hidupnya menurun. Yang lebih menakutkan, dia menambahkan, sekitar 20 persen penderita patah tulang  pada orangtua yang harus berbaring dalam waktu lama  meninggal akibat komplikasi (infeksi baru dan saluran kencing)," kata dia dalam seminar Osteoporosis di Restoran Pasific diselenggarakan RS Panti Rapih bekerjasama dengan PT Roche Indonesia, Sabtu (10/3).

Satu-satunya cara untuk mengetahui seseorang menderita osteoporosis adalah dengan pemeriksaan kepadatan tulang yang disebut densitometri dan ang diakui oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) menggunakan teknologi DEXA (Duel Energy Xray Absorptiometry).

"Jika nilai T yang diperoleh kurang dari -1 maka kepadatan massa tulang normal, nilai T -1 sampai -2,5 disebut osteopenia (hampir osteoporosis) dan apabila nilai T lebih besar dari -2,5 berarti osteoporosis," jelas Bambang.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan