Rabu, 5 Oktober 2011

KOMPAS.com - Regional

KOMPAS.com - Regional


"Sungguh, Saya Bukan Geng Motor!"

Posted: 05 Oct 2011 07:58 AM PDT

Pengeroyokan

"Sungguh, Saya Bukan Geng Motor!"

Didit Putra Erlangga Rahardjo | Robert Adhi Ksp | Rabu, 5 Oktober 2011 | 14:58 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com - Ikit dan Ferry, warga Bandung yang ditangkap petugas kepolisian karena kasus pengeroyokan bersikeras mereka bukan anggota geng motor. Sebelum pengeroyokan terjadi, para tersangka memang datang menggunakan sepeda motor.

"Saya bukan anggota geng motor, yang lain barangkali iya," kata Ikit mengungkapkan rekannya yang belum tertangkap.

Rabu (5/10/2011), siang, Ikit, Ferry, dan Dono, tiga tersangka pengeroyokan Marianus dan Stepentius, digelandang di Mapolrestabes Bandung. Mereka dijerat pasal 170 KUHP karena pengeroyokan tersebut mengakibatkan Marianus meninggal dunia sementara Stepentius kritis.

Tiga tersangka itu mengeroyok dua pemuda asal Ende, Nusa Tenggara Timur, dengan bogem mentah serta pecahan botol. Bahkan Dono juga sempat menabrak Marianus dengan sepeda motor yang berupaya melarikan diri.

Dalam pernyataannya tanggal 30 September, Kapolrestabes Bandung, Komisaris Besar Widodo Eko Prihastopo, menengarai pengeroyokan ini sebagai embrio geng bermotor. Hanya saja, dia lebih memilih untuk memakai istilah "berandalan bermotor" dari pada geng motor.

Akibat Tawuran, Pendapatan Tukang Bentor Menurun

Posted: 05 Oct 2011 07:55 AM PDT

TAWURAN MAHASISWA

Akibat Tawuran, Pendapatan Tukang Bentor Menurun

Aris Prasetyo | Robert Adhi Ksp | Rabu, 5 Oktober 2011 | 14:55 WIB

GORONTALO, KOMPAS.com - Pendapatan tukang bentor yang biasa mangkal di depan kampus Universitas Negeri Gorontalo, Kota Gorontalo, menurun drastis pascatawuran yang melibatkan ratusan mahasiswa pada Senin (3/10/211) sore.

Pasalnya, pihak kampus meliburkan seluruh kegiatan hingga Sabtu (8/10). Tukang bentor pun kehilangan penumpangnya dari kalangan mahasiswa. Pada Rabu (5/10), hanya ada satu dua bentor yang mangkal di pintu gerbang kampus UNG. Padahal di hari biasa jumlahnya bisa mencapai ratusan dan memacetkan jalan sekitar kampus.

Kondisi ini membuat tukang bentor mengeluh karena pendapatannya berkurang. "Sampai siang ini baru dapat dua penumpang. Biasanya kalau mahasiswa masuk bisa sampai 10 kali antar jemput penumpang anak kuliah," kata Yahya (40), tukang bentor yang mangkal di depan kampus UNG.

Kondisi serupa dialami Zakaria (30) yang setiap harinya mangkal di sekitar kampus UNG. Karena mahasiswa diliburkan, Zakaria memilih berputar di dalam kota untuk mencari penumpang. Kadang mangkal di pasar-pasar.

"Pelanggan utama yang naik bentor saya adalah mahasiswa. Hari ini baru tiga penumpang yang saya angkut, itu pun bukan mahasiswa tapi warga umum," ucap Zakaria.

Dalam sehari ketika perkuliahan aktif, Zakaria bisa mengantongi keuntungan sampai Rp 40.000 hingga Rp 50.000. Karena kampus diliburkan, ia hanya bisa mengantongi Rp 20.000 saja dan itu belum dipotong uang bensin.

Kampus UNG diliburkan menyusul tawuran massal yang melibatkan ratusan mahasiswa pada Senin lalu. Dalam tawuran itu, satu gedung milik Fakultas Ilmu Pertanian hangus terbakar. Tawuran menyebabkan 11 mahasiswa terluka parah dan kini masih dirawat di rumah sakit.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan