Rabu, 5 Oktober 2011

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Putin Temukan Benda Kuno Hanya Rekayasa

Posted: 06 Oct 2011 03:48 AM PDT

MOSKWA, KOMPAS.com — Soal pencitraan, Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin memang tidak ada duanya. Dalam banyak kesempatan, Putin menampilkan citra sebagai sosok yang macho atau berjiwa muda.

Agustus lalu, Putin diberitakan sedang menyelam di Stelat Kerch. Saat menyelam itulah Putin menemukan dua benda purbakala berupa jambangan yang disebut-sebut berasal dari abad ke-6 Sebelum Masehi.

"Saya dan anak-anak menemukannya," kata Putin waktu itu, tentang dua benda yang dipungutnya di kedalaman dua meter dengan air yang bening.

Foto-foto serta tayangan televisi tentang "penemuan" itu menjadi bahan omongan di kalangan blogger dan media independen Rusia. Mereka menyebutnya 'satu lagi foto pencitraan Putin".

Belakangan baru terungkap bahwa kejadian itu sengaja direkayasa. Kepada Dozhd TV, juru bicara Putin, Dmitry Peskov, mengakuinya.

"Begini, Putin tidak menemukan jambangan yang sudah berada di sana selama ribuan tahun," kata Peskov.

"Tentu saja benda-benda itu ditemukan dalam sebuah ekspedisi beberapa pekan atau hari sebelumnya. Tentu saja mereka (tim ekspedisi) meninggalkan atau meletakkannya di sana. Sesuatu yang sangat wajar. Tidak ada alasan untuk membesar-besarkan hal ini atau yang lain," papar Peskov.

Putin mempunyai kebiasaan menampilkan sosok dirinya yang penuh petualangan, termasuk memancing dengan bertelanjang dada atau naik motor lengkap dengan pakaian khas bikers motor gede.

Sosok pria tangguh antara lain diperlihatkannya dengan berburu, bergulat, naik kuda, bahkan memasang kalung pada beruang yang sudah dibius.

Presiden Rusia 2000-2008 itu sudah mengumumkan pencalonan diri pada pemilihan presiden Rusia yang akan dilangsungkan pada Maret 2012.

Bulan lalu, Putin dan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengumumkan kesepakatan mereka bahwa Putin akan mencalonkan diri sebagai presiden dan Medvedev akan ditunjuk sebagai perdana menteri.

Didukung UNESCO, Kemenangan Pertama Palestina

Posted: 06 Oct 2011 02:46 AM PDT

PARIS, KOMPAS.com — Palestina telah meraih kemenangan diplomatik pertama dalam upaya memperoleh status kenegaraan penuh saat komite pelaksana UNESCO mendukung usahanya untuk menjadi anggota, Rabu (5/10/2011).

Sekutu Palestina di dunia Arab tak peduli dengan tekanan diplomatik Amerika Serikat serta Perancis dan mengajukan mosi tersebut ke negara anggota komite tersebut, yang mengesahkannya dengan 40 suara mendukung dan empat menentang, serta 14 abstain.

Upaya Palestina sekarang diajukan ke Sidang Majelis Umum badan kebudayaan PBB itu pada akhir Oktober untuk pengesahan akhir.

Amerika Serikat mendesak semua delegasi agar memberi suara "tidak" di Sidang Majelis Umum.

Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengatakan, keputusan UNESCO  "membingungkan" saat Dewan Keamanan PBB mempertimbangkan permintaan dari Palestina bagi keanggotaan PBB, yang ditentang oleh Amerika Serikat.

Ketika berbicara kepada wartawan selama perjalanan ke Republik Dominika, ia menjawab, "Saya menilainya sangat membingungkan dan agak tak bisa dipercaya bahwa ada organ PBB membuat keputusan mengenai negara atau status negara sementara masalah itu telah diajukan ke PBB."

Hillary berkeras "keputusan mengenai status harus dibuat di PBB dan bukan di kelompok pembantu".

Anggota parlemen dari partai Republik, Kay Granger, yang memimpin subkomite yang menyalurkan uang buat tujuan diplomatik mengatakan dalam satu pernyataan, ia "akan menyarankan agar semua dana dihentikan", kalau UNESCO menerima Palestina sebagai negara.

Dalam beberapa pekan, Dewan Keamanan PBB akan melakukan pemungutan suara mengenai permintaan sebagai anggota, yang diajukan Presiden Palestina Mahmoud Abbas  pada 23 September.

Amerika Serikat memiliki hak veto di Dewan Keamanan, dan telah menyatakan akan memveto setiap upaya menjadi negara sebelum Palestina mencapai kesepakatan dengan sekutu AS, Israel, mengenai sengketa wilayah yang telah berlangsung lama.

Tapi tak ada negara yang memilik hak veto di komite UNESCO, dan suara "tidak" Washington di Paris tak cukup untuk menghentikan mosi tersebut. Para pemimpin Palestina telah mengatakan, mereka menghadapi tekanan kuat diplomatik agar meninggalkan permohonan sebagai anggota.

Namun, Spanyol menyatakan negara itu tampaknya akan mendukung rekomendasi komite pelaksana.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan