Jumaat, 23 September 2011

KOMPASentertainment

KOMPASentertainment


"Fenomena", Album Baru Fariz RM

Posted: 24 Sep 2011 03:44 AM PDT

SOLO, KOMPAS.com - Penampilan Fariz RM dalam Solo City Jazz 2011, Jumat (23/9/2011) malam, memukau masyarakat Solo yang memadati plasa Taman Sriwedari.

Sejumlah lagu hitsnya, seperti Sakura, Barcelona, Nada Kasih, dan Selangkah ke Seberang menghangatkan area terbuka dengan panggung yang didirikan di antara dua pohon beringin di depan gerbang utama Taman Sriwedari. Penonton tidak beranjak hingga pertunjukan benar-benar selesai saat hari mulai berganti.

Di luar itu, musisi yang kini berusia 52 tahun itu dalam waktu dekat akan menelurkan album terbarunya. Album yang dikemas dalam bentuk compact disc (CD) dan DVD ini akan berisi sembilan lagu dengan dua lagu di antaranya merupakan lagu daur ulang, yakni Belenggu Perjalanan dan Selangkah ke Seberang.

Belenggu Perjalanan merupakan tribute untuk mendiang Jimmy Pais yang pernah bersama Fariz dalam band Symphony dan berkolaborasi dalam pembuatan album Sakura.

Album ini diproduseri oleh Erwin Gutawa dan melibatkan musisi-musisi muda. "Fenomena" menampilkan musik multigenre, seperti pop balada, pop rock, hingga yang bernuansa orkestra. Proses rekaman dilakukan hingga ke Praha, Ceko. Nama-nama seperti Pongki Barata dan Glen Fredly turut menyumbang lagu bagi Fariz.

"Erwin ingin menampilkan Fariz seperti yang selama ini dikenal," kata Fariz sebelum pergelaran Solo City Jazz 2011.

Fariz RM mendukung Solo City Jazz yang bukan sekadar ingin menampilkan musik jazz tetapi juga mengusung kampanye pelestarian heritage (pusaka budaya) sehingga mengambil tempat penyelenggaraan pelataran gerbang Taman Sriwedari yang merupakan kawasan cagar budaya. Taman ini didirikan awal 1900-an oleh Paku Buwono X, raja Surakarta saat itu.

"Saya menaruh hormat pada kota-kota yang melestarikan budaya dan peninggalan bersejarahnya," kata Fariz.   

Apresiasi Yama Carlos untuk TNI

Posted: 24 Sep 2011 02:58 AM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com -- Menjadi seorang tentara ternyata lebih susah daripada yang dipikirkan selama ini oleh aktor laga Yama Carlos. Lewat film terbarunya, Badai di Ujung Negeri, Yama yang sempat mencicipi rasanya menjadi tentara di perbatasan itu kemudian tergugah untuk menyemangati TNI dengan segala tanggung jawabnya.

"Apa yang ada di film memang begitu apa adanya. Ya kelengkapan senjatanya lah, bagaimana operasionalisasi TNI juga. Jadi tentara, menurut aku keren banget ya. Mereka menjaga kedaulatan negara jiwa dan raga yang dikorbankannya," kata  Yama usai penayangan film tebarunya di Blitzmegaplex, Grand Indonesia, Tanah Abang, Jakarta, Jumat (23/9/2011) malam.

Memang, Yama sempat mencicipi latihan militer dari pengurusan fisik sampai urusan bela diri. Menurutnya, menjadi serdadu seperti yang dialaminya sebagai sosok tentara yang mendapat tugas di perbatasan, ternyata sangat sulit. "Jadi, saat setelah shooting sebulan, kondisi badan drop. Hari itu juga saat kondisi drop, divonis positif typus," ujarnya.

Demi bisa melanjutkan pekerjaan, Yama memutuskan untuk  istirahat total selama tujuh hari.  "Setelah itu, saya memilih untuk tetap shooting karena saya berpikir, bahkan dengan berada di camp, dan ketika sakit, saya merasa tambah semangat untuk menyelesaikan film sampai tuntas," paparnya menceritakan.

"Apa yang saya lakukan tidak sebanding misalnya dengan mereka para tentara yang di hutan-hutan, saat perang, nggak pernah ngerasa sakit. Saya yang baru saja merasakan sakit typus masak sudah loyo?" lanjut Yama bersemangat.

Karenanya, bagi Yama, salut dan acungan jempol bagi TNI, terlebih bagi mereka yang bertugas di perbatasan dan wilayah terluar demi menjaga kedaulatan negeri. "Maju terus TNI. Jagalah kedaulatan sekuat mungkin. Jangan sampai terebut. Salut buat TNI," tutup Yama. 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan