Sabtu, 18 Jun 2011

Republika Online

Republika Online


Tes Keperawanan Penghinaan Terhadap Perempuan

Posted: 18 Jun 2011 07:43 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID,AMSTERDAM - Keperawanan perempuan dan kemampuan membuktikan seorang perempuan yang belum menikah sebagai seorang perawan merupakan hal sangat vital dalam 'kehormatan keluarga' di banyak negara. Tapi, anggota yayasan Mythe Ontkracht (Mendobrak Mitos) Belanda berpendapat bahwa tidak mungkin membuktikan seorang perempuan masih perawan atau tidak.

Mereka juga mengatakan uji keperawanan, yang kembali muncul ke permukaan akibat sejumlah kasus kontroversial di Mesir dan India, adalah cara yang sangat manjur untuk menekan dan melanggar hak asasi perempuan.

Isu tentang keperawanan kembali marak dengan berita tentang tes keperawanan atas sejumlah korban perkosaan di India dan 17 perempuan Mesir yang ambil bagian dalam demonstrasi di Lapangan Tahrir. Tes keperawanan dilaksanakan untuk 'melindungi' tentara Mesir atas kemungkinan tuduhan perkosaan.

Sumir
Ineke van Seumeren, seorang ginekolog di rumah sakit UMC Utrecht, dan Ines Balkema, ketua Mythe Ontkracht, mengatakan tes keperawanan itu tak ada gunanya:

"Di banyak negara masih banyak yang tidak tahu bahwa keperawanan perempuan tidak bisa dibuktikan secara medis. Bahkan di Belanda yang modern sekalipun, orang yakin bisa melihat atau merasa apa seorang perempuan masih perawan atau tidak. Sementara fakta medis bicara lain," kata Ineke kepada surat kabar Belanda NRC Handelsblad.

Uji keperawanan seringkali dilaksanakan dengan cara yang sangat primitif. Salah satu cara paling umum adalah memasukkan dua jari ke dalam vagina. Dua jari dikatakan sama lebarnya sebuah penis. Jika dua jari masuk dengan mudah, perempuan tersebut diasumsikan sudah pernah berhubungan seks sebelumnya.

Yayasan Mythe Ontkracht menjelaskan bahwa ketat atau longgarnya vagina dan kondisi selaput dara (membran yang 'menutupi' jalan masuk ke leher rahim) tidak ada hubungannya dengan aktivitas seksual seorang perempuan.

Ilusi
Dalam opini mereka, kedua perempuan tersebut menulis,"Selaput dara bukan membran tertutup. Seringkali selaput dara merupakan bibir kecil yang fleksibel, terkadang keras dan tidak fleksibel. Bentuknya berbeda untuk setiap perempuan. Vagina diciptakan sebagai jalan keluar bayi. Ini merupakan ilusi jika berpikir vagina jadi longgar karena suatu hal yang kecil seperti penis."

Mereka berargumen uji keperawanan sebenarnya adalah cara jitu untuk menekan perempuan. Mereka menceritakan apa yang terjadi di Kairo, "Ketika para demonstran perempuan di Mesir menjalani tes keperawanan tersebut, mereka bertelanjang bulat dan dipotret sejumlah personel militer. Hasilnya, para perempuan bakal berpikir dua kali sebelum ikut berdemonstrasi atau mengadukan kasus perkosaan. Ini adalah kasus serius pelanggaran hak asasi manusia."

Sisi positifnya, menurut Van Seumeren dan Balkema, maraknya kasus berhasil memancing debat tentang penghapusan tes ala abad pertengahan tersebut baik di India maupun Mesir. Mereka menambahkan bahwa hal terpenting adalah mengawasi apakah hal ini benar-benar terjadi dan menekankan bahwa keperawanan bukan suatu hal yang bisa dibuktikan secara medis.

Di Indonesia, masalah tes keperawanan juga beberapa kali jadi berita. Yang terbaru adalah di Jambi di bulan September 2010, ketika Bambang Bayu Suseno, anggota Komisi IV DPRD Jambi melempar wacana agar penerimaan siswa baru mulai dari tingkat SMP, SMA dan Perguruan Tinggi, harus melalui tes keperawanan bagi siswi perempuan. Tes tersebut dilakukan dengan tujuan menangkal banyaknya hubungan seks bebas di kalangan pelajar.

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Boyke: Wanita Mesti Hindari Aborsi

Posted: 18 Jun 2011 08:44 AM PDT

REPUBLIKA.CO.ID,MAMUJU - Seksolog dr Boyke Dian Nugraha mengingatkan agar para wanita mestinya menghindari menggugurkan kandungan (aborsi) karena sangat berdampak buruk bagi kesehatan diri sendiri. "Kegiatan aborsi harus dihindari karena sangat beresiko tinggi bagi kesehatan, khususnya rusaknya rahim kandungan bagi wanita," kata Boyke Dian Nugraha saat menjadi narasumber pada kegiatan seminar kesehatan reproduksi di Mamuju, Sabtu (18/6).

Menurutnya, kegiatan aborsi biasanya dilakukan oleh seorang wanita hamil, baik yang sudah menikah maupun wanita hamil di luar nikah, dengan beragam alasan. Data yang ada menunjukkan rata-rata wanita melakukan kegiatan aborsi karena tidak ingin memiliki anak. Mereka khawatir kehadiran anak mengganggu karier.

"Alasan seperti ini sekitar 75 persen dari total yang melakukan aborsi di Indonesia, baik yang sudah menikah maupun hamil di luar nikah," katanya.

Alasan lain melakukan aborsi karena faktor ekonomi akibat terbentur biaya untuk merawat anak. Jumlah tersebut sekitar 66 persen. Jumlah aborsi tanpa ayah sekitar 50 persen.

Dari sekian kegiatan aborsi selama ini, ungkap Boyke, rata-rata adalah wanita yang hamil di luar nikah. Ssedangkan, selebihnya aib keluarga dan wanita yang telah banyak anak.

"Berdasarkan hasil penelitian terungkap rata-rata praktek aborsi karena tidak memahami apa resiko dari kegiatan melakukan pengguguran itu sendiri," terangnya.

Karena itu, kata dia, para wanita harus mampu memahami apa dampak atau resiko yang ditimbulkan apabila melakukan aborsi. "Aborsi yang paling berbahaya apabila dilakukan secara tradisional atau melalui jalur dukun. Itu paling banyak menimbulkan kematian bagi remaja hamil," tuturnya.

Dia mengatakan, ada dua cara yang ditempuh oleh remaja hamil melakukan aborsi yakni dengan cara sendiri dengan memakan obat-obatan yang membahayakan janin. Cara lain aborsi, kata dia, melalui bantuan orang lain, baik dokter, bidan, dukun untuk mengeluarkan janin yang sudah terlanjur membesar.

Kegiatan aborsi dilarang dalam agama Islam karena melakukan pembunuhan kepada manusia yang ada dalam rahim. "Praktek aborsi melalui bidan atau dokter dilakukan dengan cara sadis karena harus membunuh bayi dalam kandungan, lalu dibuang," katanya. "Kegiatan sadis dengan cara membunuh bayi itu dilarang. Makanya, jangan melakukan aborsi karena mendapat dosa yang besar karena telah melakukan pembunuhan dan merusak kesehatan diri bagi pelaku aborsi."

Aborsi yang dilakukan oleh dukun sangat berbahaya karena wanita hamil akan diberikan ramuan obat tradisional lalu kemudian mengurut perut untuk mengeleuarkan secara paksa janin dalam kandungan.
"Cara seperti ini sangat berbahaya karena belum tentu membuahkan hasil maksimal dan bahkan resiko buruk karena akan membuat cacat pada janin dan membuat trauma hebat bagi ibu yang melakukan aborsi," ujarnya.

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan