Ahad, 12 Jun 2011

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Gempa Berkekuatan 6,0 Guncang Selandia Baru

Posted: 13 Jun 2011 03:28 AM PDT

WELLINGTON, KOMPAS.com - Gempa bermagnitud 6,0 mengguncang kota Christchurch, Selandia Baru, Senin (13/6/2011). Gempa yang diikuti sejumlah gempa berkekuatan lebih kecil itu menyebabkan sebuah gedung ambruk dan batu-batu besar berjatuhan dari perbukitan.

Sejumlah rumah di kawasan Port Hill rusak berat karena kejatuhan batu-baru besar. Sementara wilayah timur kota, yang mengalami kerusakan terparah akibat gempa Februari lalu, dilanda banjir.

Gedung-gedung pertokoan dan perkantoran mengevakuasi penghuninya. Laporan sementara menyebut enam orang dinyatakan terluka.

Christchurch, kota yang rentan gempa, masih dalam pemulihan dari gempa berkekuatan 6,3 yang melanda kota itu empat bulan lalu. Gempa itu menewaskan 181 orang dan menyebabkan kerusakan hebat di seluruh penjuru kota.

Menurut Survei Geologi Amerika Serikat, episentrum gempa berada di titik empat mil tenggara Christchurch dan  di kedalaman 5,6 mil.

Sebuah gedung di pusat kota ambruk dan gedung-gedung yang terkena gempa sebelumnya hanya mengalami sedikit kerusakan.

Juru bicara kepolisian Christchurch Steven Hill mengatakan tidak ada korban tertimbun reruntuhan gedung. "Gedung itu sudah diperiksa dan hasilnya nihil," ucap Hill.

Layanan ambulnas St John mengatakan pihaknya membawa enam orang ke rumah sakit. Luka yang mereka alami disebabkan kejatuhan material bangunan. Namun luka mereka tidak terlalu parah.

Sejumlah rumah di kawasan Port Hill rusak berat karena kejatuhan batu-baru besar. Sementara wilayah timur kota, yang mengalami kerusakan terparah akibat gempa Februari lalu, dilanda banjir yang dipicu gempa.

Christchurch mengalami sejumlah gempa sejak 4 September 2011. Sejumlah bangunan dinyatakan tidak aman setelah gempa 22 Februari lalu. Salah satu bangunan tertinggi di kota itu, Hotel Grand Chancellor, dinyatakan tidak stabil dan disiapkan untuk diruntuhkan.

Biaya untuk membangun kembali Christchurch pascagempa diperkirakan mencapai 15 miliar dollar Selandia Baru (Rp 104 triliun).

 

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Ditemukan Kuburan Massal Polisi

Posted: 13 Jun 2011 02:40 AM PDT

DAMASKUS, KOMPAS.com — Militer Suriah merebut kota Jisr al-Shughur, Minggu (12/6/2011), seperti dilaporkan televisi Pemerintah Suriah.

Sejumlah polisi dieksekusi aparat keamanan lain karena menolak menembaki demonstran di kota itu.

Sebelumnya aktivis melaporkan baku tembak dan ledakan terjadi di kota yang dekat dengan perbatasan Turki itu. Serbuan ke Jisr al-Shugur tersebut didukung helikopter tempur dan sekitar 200 tank.

Televisi pemerintah melaporkan, militer kini menguasai sepenuhnya Jisr al-Shughur dan tengah mengejar "elemen bersenjata" ke dalam hutan dan pegunungan di sekitarnya.

Sementara itu, media pemerintah tersebut melaporkan ditemukannya sebuah kuburan massal di kota itu. Di dalamnya ditemukan 10 mayat, diduga aparat keamanan, dalam keadaan dimutilasi. "Kelompok bersenjata memutilasi jenazah yang kini diangkat dari kuburan massal," ujar reporter televisi.

Pasukan pemerintah berhasil masuk kota "setelah menjinakkan dinamit yang ditempatkan di jembatan dan jalan oleh kelompok bersenjata. Dua anggota mereka tewas dan sejumlah orang ditangkap, juga beberapa senapan mesin disita."

Laporan berbeda disampaikan oleh para aktivis. Menurut mereka, seperti disampaikan ke AFP melalui sambungan telepon, tentara membombardir Jisr al-Shughur sebelum masuk kota yang relatif kosong setelah ribuan warganya mengungsi.

"Tentara mulai menyerang sekitar pukul 07.00 dengan menembaki kota dari tank dan senjata berat lain sebelum menyerang dari selatan dan timur," kata seorang aktivis.

"Ledakan terdengar dan helikopter berpatroli di atas kota," tukas aktivis lain.

Jisr al-Shughur yang berada di Provinsi Idlib selama ini terang-terangan menunjukkan ketidaksukaan terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad. Kota ini menjadi fokus operasi militer dalam sepekan terakhir setelah pemerintah mengumumkan terjadinya pembantaian 120 polisi oleh "kelompok bersenjata" di kota tersebut.

Para aktivis dan warga membantah adanya pembantaian itu. Mereka mengatakan, sejumlah polisi dieksekusi aparat keamanan lain karena menolak menembaki demonstran di kota tersebut.

"Cara rezim ini menangani demonstran itulah yang menyebabkan demonstrasi merebak ke seluruh negeri. Aparat menahan, menyiksa, dan membunuh warga sipil," kata seorang anggota komite koordinasi lokal.

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan