Khamis, 9 Jun 2011

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


Menyetir Mobil, Enam Wanita Saudi pun Ditangkap

Posted: 09 Jun 2011 08:13 PM PDT

Arab Saudi (ANTARA/MAHA EKA SWASTA)

Berita Terkait

Video

Riyadh (ANTARA News/Reuters) - Pemerintah Arab Saudi telah menahan enam wanita, Kamis (9/6), karena kedapatan menyetir mobil di ibukota Riyadh. Berdasarkan undang-undang yang berlaku di negeri kerajaan itu, kendaraan hanya boleh dikendarai oleh pengemudi laki-laki.

Arab Saudi sebenarnya tidak memiliki larangan resmi pada wanita untuk menyetir. Tapi sebagai warga, harus menggunakan SIM yang dikeluarkan Saudi di negara itu, dan SIM itu hanya dikeluarkan untuk laki-laki.

Rasha al-Duwaisi, adalah salah satu wanita yang ditangkap, namun uniknya ia bukan wanita pertama yang ditangkap karena menyetir mobil di Saudi.

Para wanita itu pun dengan cepat dibawa ke pos polisi dan diperintahkan untuk mengajukan "pengawal laki-laki" guna mengeluarkan mereka dari tahanan.

Menurut al-Duwaiwi, sejumlah wanita telah bertemu di sebuah distrik di Riyadh pada siang hari untuk saling mengajari bagaimana menyetir mobil dengan menggunakan tiga mobil.

"Bukan pertama kali kami melakukan ini," kata Duwaiwi pada Reuters melalui telpon dari pos polisi itu.

"Hak saya untuk menyetir mobil dan hak saya untuk tahu bagaimana menyetir. Saya menderita karena saya tidak dapat mengemudikan mobil, karena saya harus mengandalkan seorang supir yang saya bagi dengan empat orang lainnya," ujarnya

Banyak keluarga di Arab Saudi memiliki sedikitnya satu supir dengan rata-rata gaji 533 riyal per bulan. Keluarga yang tidak dapat mampu membayar supir, menugaskan seorang anggota keluarga laki-laki untuk mengemudikan mobil bagi wanitanya, dan hal ini sering memakan waktu.

Polisi lalu-lintas kementerian dalam negeri tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar mengenai penangkapan terhadap para perempuan tersebut.

Dua tahanan lainnya adalah saudara perempuan Duwaiwi. Perempuan lain yang juga ditangkap ternyata berkenalan lewat Facebook dan Twitter.

Pemerintah Saudi bulan lalu menahan Manal Alsharif, yang menyiarkan videonya sedang menyetir mobil di YouTube di provinsi Timur di kerajaan itu dan ia meminta wanita lain untuk melakukan hal yang sama.

Alsharif dibebaskan, tapi menghadapi tuduhan "menodai reputasi kerajaan itu di luar negeri dan menghasut pendapat umum".

Wanita lainnya, Shaima Osama, juga ditangkap karena mengemudikan mobil bulan lalu di Jeddah. Ia juga kemudian dibebaskan.

Ribuan laki-laki dan wanita Saudi telah bergabung dengan kelompok Facebook yang meminta hak menyetir di Saudi juga diberikan pada wanita.

Wanita di negara itu juga diminta untuk mendapatkan persetujuan tertulis dari pengawal yang ditunjuk -- ayah, suami, saudara laki-laki atau anak laki-laki -- untuk berimigrasi, bekerja atau melakukan perjalanan ke luar negeri.

Kampanye yang Alsharif lancarkan dimaksudkan untuk mengajari wanita menyetir mobil dan mendorong mereka turun ke jalan dari 17 Juni, dengan menggunakan SIM yang dikeluarkan negara asing.

(Uu.SYS/B/S008/C/A011) (*)

Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Majelis Tinggi Kazakh Tolak Kirim Tentara ke Afghanistan

Posted: 09 Jun 2011 07:59 PM PDT

Astana (ANTARA News/RIA Novosti) - Majelis tinggi parlemen Kazakhstan, Kamis (9/6), menolak rancangan undang-undang (RUU) mengirim pasukan untuk bertempur dalam misi NATO di Afghanistan.

Majelis rendah parlemen Kazkhstan, Majilis, menyetujui pada 18 Mei lalu RUU untuk mengirim pasukan Kazakhstan ke negara yang dilanda perang di Asia Tengah selatan itu untuk jangka waktu minimal enam bulan.

"Namun Komite Urusan Internasional, Pertahanan, dan Keamanan telah menolak RUU yang diusulkan dan dikembalikan kepada Majilis," kata anggota parlemen Mukhtar Altynbayev.

Beberapa hari setelah disetujui Majilis, Taliban mengeluarkan pernyataan peringatan kepada Kazakhstan bahwa keputusan untuk mengirim tentara ke Afghanistan akan memiliki "implikasi yang kuat."

Kementerian Luar Negeri Kazakh bereaksi dengan mengatakan bahwa ia berencana untuk mengirim hanya empat petugas staf Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF).

Kementerian itu juga mencatat bahwa enam negara yang berpartisipasi dalam misi internasional adalah 57 negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI).

Sejalan dengan konstitusi Kazakh, kedua majelis parlemen harus setuju untuk mengirim pasukan untuk operasi militer asing.

Koalisi pimpinan Amerika itu telah memerangi gerilyawan Taliban di Afghanistan sejak 2001, namun serangan terhadap pasukan asing dan Afganistan, polisi, dan warga sipil masih sering terjadi, sebagian besar terjadi di wilayah selatan yang bergolak.

Pasukan AS dijadwalkan untuk mulai menarik diri dari Afghanistan pada Juli 2011, diikuti oleh kontingen lain yang terlibat dalam ISAF.

Tanggung jawab untuk keamanan secara bertahap akan diserahkan kepada militer dan pasukan keamanan Afghanistan.

(T.H-AK/C/H-AK/A023) (*)

Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan