Jumaat, 11 Februari 2011

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Gembira dan Sedih Dengar Mubarak Mundur

Posted: 12 Feb 2011 03:57 AM PST

KAIRO, KOMPAS.com -  Ketika wakil Presiden Mesir membacakan pernyataan pengunduran diri Presiden Hosni Mubarak, Jumat (11/2/2011), semua televisi di Tavelino Cafe, Amman, Jordania disetel. "Kafe itu tiba-tiba jadi hening," kata Johnny Colt, seorang jurnalis warga yang sering keliling dunia dan menjadi iReporter untuk CNN.

Dua saluran televisi utama Israel menyiarkan hal itu secara langsung, dengan gambar dari Tahrir Square, Kairo, serta para komentator politik dan persoalan Arab. Mereka berdebat, apa artinya perkembangan terbaru itu bagi Israel. Judul berita utama di situs harian terbesar Israel, Yedioth Aronoth, berbunyi, "Mubarak Mundur, Rakyat Bergembira"

Puluhan orang melambai-lambaikan bendera Mesir dan Palestina di sebuah jalan di Kota Haifa, Israel, satu jam setelah pengumuman itu. Klakson mobil dan nyanyian menggema di udara. "Kami generasi internet," teriak para demonstran. "Otoritas Palestina, sekarang waktunya bagimu."

Warga Palestina di Gaza yang dikuasai Hamas tumpah ke jalan-jalan dengan membunyikan terompet dan menembakkan senjata ke udara untuk merayakan peristiwa itu. Perayaan oleh warga Palestina juga dilakukan di pusat kota Ramallah di Tepi Barat. "Orang-orang yang berada di Tahrir Square adalah pahlawan," kata seorang Palestina. "Selamat dan hormat untuk semua rakyat Mesir. Kami berharap itu juga akan terjadi di semua negara Arab," kata yang lain. "Semua pemimpin (di kawasan ini) berkuasa selama 30 tahun atau 40 tahun."

Jurubicara Hamas, Sami Abu Zuhri, mengatakan, "Hamas menilai mundurnya Mubarak sebagai kemenangan rakyat Palestina dan menyerukan kepada pemimpin baru Mesir untuk mencabut blokade Gaza dan membuka perbatasan Rafah serta menjamin pergerakan bebas antara Mesir dan Palestina dan memulai proses konstruksi pembangunan di Gaza."

Kantor berita setengah resmi Iran, Fars, menyebut mundurnya Mubarak sebagai sebuah "kesenangan yang kebetulan" karena revolusi Mesir mencapai klimaksnya tepat pada ulang tahun ke-32 kemenangan revolusi Islam Iran. Sementara itu, Juru bicara Departemen Luar Negeri Iran, Ramin Mehmanparast, mengatakan kepada kantor berita itu bahwa gerakan dan pemberontakan yang telah melanda kawasan itu pasti akan mengganggu keseimbangan dunia saat ini. "Sebuah Timur Tengah baru sedang terbentuk, bukan Timur Tengah yang telah direncakan Barat tapi yang telah dibuat berdasarkan kebangkitan Islam," kata Mehmanparast.

Menteri Luar Negeri Iran, Ali Akbar Salehi, dalam sebuah pernyataan yang ditayangkan PressTV, menyatakan dukungan bagi "gerakan yang berani dari para pembuat sejarah di Mesir". "Kami mengucapkan selamat kepada bangsa besar Mesir atas kemenangan ini dan kami ikut bergembira," kata Salehi.

Di Lebanon, di mana warga berkutat dengan masalah mereka sendiri, hanya ada sedikit reaksi publik. Pengunjung di kafe-kafe kecil yang menonton berita itu tampak bahagia, terutama para pendukung Hezbollah. Ada pembicaraan tentang nostalgia dan kebanggaan di antara mereka yang mengorganisir pemberontakan tahun 2005 yang menendang Suriah keluar dari Lebanon. Beberapa ratus orang turun ke jalan-jalan di benteng milisi Hezbollah di Beirut selatan dan Lebonan selatan. Mereka menyalakan kembang api dan menembak senjata ke udara untuk merayakan berita itu.

Juru bicara koalisi oposisi terbesar Yaman, Mohammed Al-Qubati, mengatakan "Peta bangsa Arab akan berubah sebagai akibat dari revolusi Mesir itu. "Kejatuhan Mubarak membuktikan bahwa penindasan dan penggunaan kekerasan tidak dapat menambahkan pajang umur rejim-rejim yang ada saat ini, dan waktu untuk perubahan sudah datang."

Presiden Perancis Nicolas Sarkozy memuji "saat bersejarah" Mesir dan menghargai keputusan Hosni Mubarak untuk mengundurkan diri. Perancis, yang menyerukan langkah-langkah menuju pemilu yang bebas dan reformasi, mendesak Mesir "untuk melanjutkan langkah tanpa kekerasan menuju kebebasan".

Kanselir Jerman, Angela Merkel, mengatakan, "Jerman akan mendukung sebanyak yang kami bisa bagi tuntutan sah rakyat Mesir. Kami percaya bahwa perkembangan ini tidak dapat dielakan, yang menghantar Mesir ke kondisi yang lebih bebas. Pada akhir proses ini, harus ada pemilihan umum yang bebas."

Perdana Menteri Inggris, David Cameron, menyebut akhir dari protes rakyat Mesir itu sebagai "hari yang luar biasa, terutama bagi orang-orang di Tahrir Square dan tempat lain, yang telah berbicara dengan begitu berani dan begitu damai bagi perubahan di negara mereka. Mesir sekarang memiliki momen yang benar-benar berharga terkait peluang untuk memiliki pemerintah yang bisa membangun negara itu bersama-sama, dan sebagai teman Mesir dan orang-orang Mesir, kami siap untuk membantu dengan cara apapun yang kami bisa."

Menteri Luar Negeri Italia Franco Frattini juga berkomentar. "Saya berharap bahwa kehidupan ekonomi Mesir dapat kembali secepat mungkin ke kondisi normal demi kepentingan dan kemakmuran negara itu," katanya.

Kembali di kafe di Amman, Colt mengatakan, manajer Mesir di cafe itu "jelas tidak senang tentang berita tersebut". "Baru semalam, pria itu berbicara panjang lebar kepada saya tentang Mesir dan mengapa Mubarak perlu bertahan hingga September," kata Colt. "Ketika saya bertanya kepadanya bagaimana perasaannya tentang berita mundurnya Mubarak, teman baru saya tiba-tiba mengatakan, dia tidak bisa berbahasa Inggris dan saya pun harus menggunakan komputer saya untuk mencari berita-berita berbahasa Inggris."

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Sharm el-Sheikh, Tempat Pelarian Mubarak

Posted: 12 Feb 2011 02:04 AM PST

KAIRO, KOMPAS.com — Resor Sharm el-Sheikh di dekat Laut Merah, tempat pelarian bagi Presiden Hosni Mubarak yang mundur dari jabatannya pada Jumat (11/2/2011), merupakan tujuan wisata terkenal dan tempat kesayangan untuk memamerkan peran Mesir sebagai perantara perdamaian Timur Tengah.

Mubarak dikenal suka memamerkan pembangunan di Sharm el-Sheikh, tempat ia memiliki sebuah rumah untuk berlibur, kepada tamu-tamu asing yang ia undang ke sana untuk pertemuan politik dan konferensi. Terselip di antara gunung-gunung di Gurun Sinai dan Laut Merah, jalur itu merupakan pantai emas. Di sana terdapat hotel dan kasino, tempat penyelaman dan lapangan golf yang menarik sekitar seperempat dari 12,5 juta wisatawan ke Mesir pada tahun 2009.

Sharm el-Sheikh, yang diiklankan dengan berlebihan sebagai bagian dari pusat wisata Laut Merah di ujung selatan Sinai, tempat Suez dan teluk Aqaba bertemu, juga penting bagi Mesir sebagai simbol kedaulatan yang diperoleh kembali di Sinai. Direbut oleh Israel dalam perang tahun 1967 bersama dengan Sinai, Sharm el-Sheikh dikembalikan ke Mesir berdasarkan perjanjian perdamaian tahun 1979 yang ditandatangani oleh, ketika itu, Presiden Anwar Sadat dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin.

Mesir mulai mengembangkan Sharm el-Sheikh sebagai tempat peristirahatan dan pariwisata dengan membangun beberapa hotel di wilayah itu pada akhir 1980-an. Sejak itu, tempat tersebut tumbuh menjadi kawasan wisata besar yang menarik investor Barat dan Arab serta ribuan wisatawan—sebagian besar para penyelam yang tertarik pada perairan hangat yang jernih dan kawanan ikan eksotis.

Pada tahun-tahun itu, Desa Sharm el-Sheikh yang kering telah berkembang menjadi sebuah kota. Warganya merupakan campuran dari wisatawan, anggota staf hotel, pekerja bangunan, pemandu wisata, sopir taksi, dan instruktur selam serta olahraga air.

Sharm el-Sheikh dijuluki sebagai Las Vegas Mesir, berada di antara desa-desa Badui di Sinai dan menjadi pilihan Mubarak untuk pertemuan puncak Timur Tengah. Pada tahun 2002, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) memberikan penghormatan pada Sharm el-Sheikh sebagai "Kota Perdamaian".

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan