Sabtu, 5 Februari 2011

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Obama Diskusikan Krisis Mesir

Posted: 06 Feb 2011 01:52 AM PST

Dengan Pemimpin Dunia

Obama Diskusikan Krisis Mesir

Penulis: | Editor: Erlangga Djumena

Minggu, 6 Februari 2011 | 09:52 WIB

AFP

Presiden AS Barack Obama.

TERKAIT:

WASHINGTON, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat Barack Obama hari Sabtu (5/2/2011) waktu setempat telah membicarakan dengan beberapa pemimpin asing mengenai pergolakan di Mesir, menekankan perlunya akan "transisi yang tertib dan damai, mulai sekarang".

"Pemimpin AS itu telah berbicara dengan Putera Mahkota Mohammed bin Zayed dari Uni Amirat Arab (UAE), Perdana Menteri David Cameron dari Inggris dan Kanselir Angela Merkel dari Jerman," sebut pernyataan Gedung Putih.

Obama "mendiskusikan keprihatinannya yang serius atas serangan terhadap wartawan dan kelompok hak asasi manusia, serta menegaskan kembali bahwa pemerintah Mesir memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak-hak rakyatnya dan untuk membebaskan dengan segera orang-orang yang telah ditahan secara tidak sah", penyataan itu menambahkan.

Ia juga "menekankan pentingnya transisi yang tertib, damai mulai sekarang; pemerintah yang responsif pada aspirasi rakyat Mesir, yang mencakup pembicaaraan yang dapat dipercaya, inklusif antara pemerintah dan oposisi".

Para pemimpin itu sepakat untuk terus berhubungan dekat, kata Gedung Putih.

Pernyataan itu dikeluarkan ketika Washington menyambut baik pengunduran diri secara beramai-ramai para pemimpin partai Mubarak sebagai "langkah positif", ketika mereka berusaha untuk mendorong pemimpin tersebut untuk mundur.

Para pejabat AS memuji tindakan itu tapi mendesakkan perubahan lagi. "Kami menganggap itu sebagai langkah positif menuju perubahan politik yang akan dibutuhkan, dan menanti-nanti langkah tambahan," kata seorang pejabat pemerintah Obama, yang berbicara tanpa menyebut nama.

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Kirim Komentar Anda

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Revolusi di Mesir Bukan Revolusi Islam

Posted: 06 Feb 2011 12:24 AM PST

KAIRO, KOMPAS.com - Revolusi yang sedang terjadi di Mesir saat ini tidak diprakarsai oleh kelompok Islam Ikhwanul Muslimin ataupun bertujuan membuat revolusi Islam, seperti yang ditakutkan oleh pihak Barat.

Demikian ditegaskan para demonstran, yang hingga Sabtu (5/2/2011) masih menduduki Alun-alun Tahrir di pusat kota Kairo, Mesir, untuk menuntut lengsernya Presiden Hosni Mubarak.

Usama (20), mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Kairo, mengatakan, perkiraan para pengamat di media bahwa kelompok Ikhwanul Muslimin dipastikan akan memegang kekuasaan pasca-Mubarak adalah omong kosong belaka.

"Ikhwanul Muslimin belum tentu memenangi pemilu nanti. Tetapi, mereka mungkin memang akan ikut berperan dalam pentas politik Mesir nanti," tutur Usama kepada wartawan Kompas, Musthafa Abd Rahman, di Kairo, Sabtu.

Usama juga membantah sinyalemen bahwa Ikhwanul Muslimin memprakarsai dan berperan besar dalam aksi unjuk rasa terbesar menentang Mubarak ini. Menurut dia, generasi muda Mesir bergerak secara spontan melalui jejaring sosial di internet, seperti Twitter dan Facebook, jauh sebelum aksi meletus 25 Januari lalu.

Pernyataan Usama tersebut dibenarkan oleh pemimpin Ikhwanul Muslimin. Juru bicara Ikhwanul Muslimin, Rashad al-Bayoumi, dalam wawancara dengan mingguan Der Spiegel dari Jerman mengatakan, pihaknya sengaja tak ingin menonjol dalam aksi saat ini agar tidak muncul kesan bahwa ini adalah revolusi Islam. "Ini adalah perlawanan rakyat Mesir," ujar Bayoumi dalam wawancara yang baru akan diterbitkan utuh hari Senin nanti.

Menurut dia, rezim Mubarak sengaja mendistorsi citra gerakan rakyat Mesir saat ini untuk mendapat dukungan dari dunia internasional. "(Pihak) Barat tidak mau mendengarkan kami, tetapi kami ini bukan setan. Kami ingin perdamaian, bukan kekerasan. Agama kami bukan agama kejam, Kami menghormati penganut agama-agama lain. Itu prinsip dasar kami," tutur Bayoumi.

Ikhwanul Muslimin dinyatakan sebagai organisasi terlarang di Mesir dan dianggap sebagai organisasi ekstremis Islam oleh sebagian besar orang Barat. Dalam wawancara terpisah dengan majalah yang sama, Senator John McCain dari AS mengatakan, Ikhwanul Muslimin adalah "kelompok ekstremis yang tujuan utamanya adalah penerapan hukum syariah" di Mesir.

McCain juga menegaskan, melibatkan Ikhwanul Muslimin dalam pemerintahan transisi yang akan dibentuk di Mesir adalah "sebuah kesalahan besar". "Itu adalah kelompok yang antidemokrasi dari atas sampai bawah, terutama menyangkut hak-hak perempuan," tutur senator dari Partai Republik ini. Tuntutan sama

Pemimpin Ikhwanul Muslimin, Mohammed Badie, menegaskan, pihaknya memiliki tuntutan yang sama dengan seluruh demonstran di Mesir saat ini, yakni mundurnya Mubarak. "Kami berdiri bersama seluruh kekuatan politik, yang mendukung dialog dengan siapa pun yang ingin melakukan reformasi di negara ini setelah kepergian tiran yang korup dan tak adil ini," ujar Badie dalam wawancara dengan Al-Jazeera.

Untuk menunjukkan bahwa aksi protes saat ini tidak hanya dilakukan oleh warga Mesir yang beragama Islam, warga minoritas penganut agama Kristen Koptik bergabung dengan puluhan ribu demonstran di Alun-alun Tahrir, Sabtu. "Terlalu banyak orang Kristen mati di era Mubarak. Pergi dari Mesir sekarang!" demikian bunyi poster yang dibawa oleh Nader (23), seorang penganut Kristen Koptik.

Menurut Nader, kekerasan terhadap warga Kristen, yang jumlahnya mencapai 10 persen dari total penduduk Mesir, makin meningkat dalam 10 tahun terakhir.

Insiden terakhir adalah serangan bom bunuh diri di depan sebuah gereja di Alexandria pada malam Tahun Baru lalu, yang menewaskan 21 orang. "Apa yang dilakukan Mubarak hanya berusaha menyembunyikan (kejadian-kejadian) itu, dan itu bukan solusi," kata Nader. Mulai stabil

Akan tetapi, di tengah desakan berbagai pihak dan aksi massa yang terus bertahan, Mubarak belum menunjukkan tanda-tanda akan turun. Hari Sabtu ia bahkan memimpin rapat kabinetnya yang baru untuk pertama kali dengan agenda pemulihan ekonomi.

Perdana Menteri Ahmed Shafiq bahkan mengatakan, kondisi di Mesir mulai stabil setelah 12 hari aksi protes massa. Ia juga yakin krisis politik di Mesir ini bisa diselesaikan tanpa pengunduran diri Mubarak dalam waktu dekat.

Deputi Gubernur Bank Sentral Mesir Hisham Ramez mengatakan, bank-bank akan mulai beroperasi hari Minggu ini pukul 10.00. Sementara bursa saham kemungkinan akan mulai buka minggu depan. (AFP/Reuters/AP/DHF)

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan