Isnin, 3 Januari 2011

Republika Online

Republika Online


Nano Biology Bisa Jinakkan Asap Rokok Kretek

Posted: 03 Jan 2011 02:13 AM PST

REPUBLIKA.CO.ID,MALANG-Hasil penelitian disertasi dosen Universitas Brawijaya (UB) tentang Nano Biology pada asap, telah membuka peluang untuk memodifikasi sekaligus menjinakkan asap rokok kretek. Pendekatan Nano Biology juga sangat mungkin bisa memanfaatkan asap kretek untuk menyuburkan dan meningkatkan kualitas tanaman pangan.

Guru Besar Biologi Sel UB Prof Dr Sutiman B Sumitro mengemukakan dalam keterangan tertulisnya, Divine Cigarette sebagai salah satu prototipe perlakuan terhadap rokok kretek menggunakan pendekatan nano biology, sudah mulai dirintis dan dikembangkan di UB dan Lembaga Penelitian Peluruhan Radikal Bebas di Malang. Hasilnya, menurut dia, ternyata asap Divine Cigarette tidak menimbulkan efek sama sekali pada kelompok tikus percobaan, bahkan tikusnya menjadi lebih lincah dengan ransum makanan lebih sedikit dibandingkan tikus kontrol (tanpa divine cigarette).

Asap divine juga terbukti memacu pertumbuhan akar kecambah kedelai dan mendorong pertumbuhan lebih cepat, dan mampu menjadi penyedia elektron pada sistem transfer listrik dalam proses fisiologi normal. Asap kretek menjadi tidak berbau dan menjadikan udara bersih sehingga sangat ramah lingkungan karena perlakuan nano biologi.

Sayang sekali, kata Sutiman, fakta ilmiah semacam ini tidak pernah diperhatikan pemerintah. Sedangkan industri rokok kretek, seringkali tidak punya unit riset dan pengembangan produk memadai.  "Program penelitian skala nasional harus dilakukan dengan perencanaan dan koordinasi yang baik melibatkan industri rokok dan mendayagunakan berbagai sentra sumberdaya peneliti. Penelitian harus menggunakan pendekatan baru yang berbeda yaitu pendekatan Nano Biology," kata Sutiman.

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

Studi Psikologi: Memaki Tuhan Saat Susah Bahayakan Mental

Posted: 03 Jan 2011 01:57 AM PST

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Begitu misteriusnya cara kerja Tuhan dalam kehidupan manusia membuat Dia acapkali menjadi sasaran kemarahan manusia. Coba saja tengok ekspresi sebagian individu saat mendapati dirinya didiagnosa penyakit serius atau mendapati sosok yang dikasihinya meninggal.

Studi yang dipublikasikan Jurnal Kepribadian dan Psikologi Sosial membenarkan hal itu. Dalam studi disebutkan dua dari tiga individu "memaki-maki"  Tuhannya ketika mereka menghadapi sesuatu yang buruk dalam hidupnya. Hal yang sama juga berlaku pada individu yang taat beragama.

"Individu beragama mungkin tidak secara frontal menyalahkan Tuhan akan tetapi mereka punya ekspresi tersendiri seperti "Ah Tuhan lagi memberikan cobaan pada ku untuk membuatku lebih kuat dan sabar," papar Julie Exline, Psikolog asal Case Western Reserve University, Cleveland seperti dikutip dari Healthday, Senin (3/1).

Temuan lain juga menyebutkan individu yang memeluk agama Protestan secara personal mengungkapkan kemarahan mereka kepada Tuhan. Hal yang sama juga dilakukan individu yang tidak percaya atau mempertanyakan eksistensi Tuhan. Bedanya,  emosi mereka jauh lebih besar ketimbang individu yang percaya terhadap tuhan.

Hal yang menarik, kemarahan terhadap Tuhan banyak dilakukan kaum muda dan kulit putih. Exline menjelaskan kemarahan individu terhadap Tuhan disebabkan adanya hubungan sosial mereka. Sebagai contoh, individu berasumsi Tuhan bertanggung jawab atas hal buruk yang menimpa mereka. "Mereka benci tapi cinta," katanya. "Kehadiran perasaan positif tidak mengesampingkan kemungkinan kemarahan dan sebaliknya."

Meski boleh dibilang tidak lumrah, kemarahan terhadap Tuhan merupakan bentuk ekpresi kejiwan atas masalah yang penyelesaiannya memang tak terjangkau oleh manusia. Exline menjelaskan ketidakmampuan manusia yang diluapkan dalam makian terhadap Tuhan itu dapat berbahaya bagi kesehatan mental dan fisik.

Pendapat itu juga diamini oleh psikolog Simon Rego, Direktur Program Terapi Perilaku Kognitif dari, Montefiore Medical Center, New York City. "Kemarahan pada Tuhan hanya menjadi lingkaran setan bagi sebagian orang," komentarnya. Menurut Rego, seseorang mungkin berpikir Tuhan telah berpaling. Karena itu, dalam diri individu segera mengalami tekanan psikologis yang pada akhirnya memicu kemarahan.

Rego mengatakan gejala itu tidak sehat. "Setiap emosi memiliki alasan. Jika kemarahan mulai mengganggu kehidupan normal, mungkin sudah saatnya anda mendapatkan bantuan," ujarnya. "Jika anda marah pada Tuhan dan anda berhenti berdoa, anda membiarkan kemarahan menghentikan sesuatu yang sangat bernilai."

Sangat penting, ujarnya untuk belajar untuk keluar dari situasi sulit. Ia mengatakan terapi perilaku kognitif dapat membantu orang membingkai pemikiran mereka dengan cara yang lebih produktif.

Sementara Exline mengatakan bahwa sangat penting untuk melihat seorang psikolog yang membahas masalah kenyamanan spiritual. Namun, dia mengatakan, sering kali pemuka agama atau pembimbing rohani mungkin lebih nyaman mendiskusikan hal-hal iman.

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan