Ahad, 16 Januari 2011

KOMPAS.com - Regional

KOMPAS.com - Regional


Tujuh Warga Sarolangun Dibebaskan

Posted: 16 Jan 2011 06:27 AM PST

SAROLANGUN, KOMPAS.com — Tujuh warga Desa Karang Mendapo, Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun, Jambi, yang sempat ditahan dan diperiksa di Kepolisian Resor Sarolangun, akhirnya dibebaskan. Para petani diminta untuk sementara tidak melakukan panen sawit di perkebunan plasma untuk menghindari eskalasi konflik.

Kepala Kepolisian Resor Sarolangun Ajun Komisaris Besar Rosidi mengatakan, tujuh petani sawit yang dimintai keterangan telah dibebaskan pada Sabtu malam sekitar pukul 23.00. Mereka adalah Afrizal (28), Lia Jayanti (24), Bahrur (30), Thamrin (50), Hasan (30), Mawit (45), dan Sopiati (35). Menurut Rosidi, pihaknya sejauh ini tidak mendapati adanya bukti para petani ini pelaku pencurian buah sawit.  

"Setelah kami periksa, diketahui mereka hanya mengawasi kegiatan pemanenan, dan tidak terbukti mencuri sawit. Namun, mereka tetap kami minta menandatangani surat pernyataan siap untuk dimintai keterangan kembali apabila dibutuhkan," tutur Rosidi.

Terkait bentrok antara aparat dan petani pada Sabtu lalu, ujar Rosidi, pihaknya mulai memeriksa 10 personel polisi. Sementara dari pihak petani belum satu pun dimintai keterangan untuk menghindari peningkatan konflik.

Rosidi mengimbau para petani untuk menahan diri agar konflik tidak semakin panjang. Kegiatan pemanenan sawit dalam perkebunan plasma untuk sementara waktu dihentikan. Pihaknya menyiapkan dialog antara petani dan PT Kresna Duta Agroindo (KDA) di Kantor Bupati Sarolangun yang dijadwalkan Senin (17/1/2011) pagi.

Sementara itu, dalam keterangan persnya, Ketua Koperasi Tiga Serumpun yang bekerja sama dengan masyarakat di delapan desa, termasuk Karang Mendapo, yang bermitra dengan PT KDA, menyatakan bahwa selama dua tahun terakhir terjadi pendudukan kebun oleh salah satu kelompok. Hal itu berakibat cicilan kredit pembangunan kebun ke bank tersendat. Atas desakan pemilik lahan, pihak koperasi akhirnya mengambil alih pengelolaan kebun tersebut, dan meminta kepolisian menjaga pengamanan operasi pengelolaan kebun dari pihak tertentu.

Sebagaimana diketahui, bentrok antara petani dan aparat di perkebunan plasma PT KDA terjadi Sabtu kemarin. Puluhan petani yang tengah memanen sawit dihadang aparat Brigade Mobil (Brimob) Polda Jambi.

Aparat hendak menahan sawit yang dipanen petani, tetapi petani menolak. Sempat terjadi negosiasi antara sejumlah perwakilan petani dan aparat. Belum lagi proses nego selesai, sekitar seratus petani di sekitar kebun bentrok dengan sekitar 30 personel polisi yang berjaga.

Sejumlah petani melukai dua anggota polisi hingga mengalami luka pada bagian lengan dan punggung. Melihat itu, polisi langsung melepaskan tembakan, dan mengenai enam petani. Para korban tersebut, Nurdin (35), Fahmi (32), Saiful (46), Munawir (30), Suhen (35), dan Agus (27), langsung dilarikan ke Rumah Sakit Umum Sarolangun. Sekitar satu jam kemudian, para korban dibawa ke Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Kota Jambi.

Minggu kemarin, para korban penembakan dipindah ke Rumah Sakit Umum Kota Jambi karena RSU Raden Mattaher telah penuh. Sejauh ini, seluruh pasien masih dalam perawatan medis.

Adapun konflik antara petani plasma dan PT KDA bermula ketika terjadi hubungan kemitraan pada tahun 2003. Petani dijanjikan memperoleh kembali lahan mereka lima tahun setelah tanaman sawit tumbuh. Namun, hingga tahun 2009 lalu, konversi lahan tidak juga diberikan perusahaan kepada petani. Hal itu mengakibatkan munculnya aksi protes petani hingga berulang kali. Petani yang memanen sawit di lahan plasma juga kerap ditahan aparat, lalu sawitnya disita.

 

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

Duh, Premium Langka di Jambi

Posted: 16 Jan 2011 05:50 AM PST

Bahan Bakar

Duh, Premium Langka di Jambi

Laporan wartawan KOMPAS Irma Tambunan

Minggu, 16 Januari 2011 | 13:50 WIB

KOMPAS/AUFRIDA WISMI

Ilustrasi SPBU tutup karena kekurangan premium

BANGKO, KOMPAS.com — Hampir sepanjang hari premium dinyatakan habis di stasiun pengisian bahan bakar umum atau SPBU pada tiga kabupaten di Jambi. Antrean panjang memenuhi SPBU hingga memakan badan jalan.

Kompas menelusuri Jalur Lintas Tengah Sumatera di Kabupaten Sarolangun, Bungo, dan Merangin, Provinsi Jambi, Sabtu-Minggu (15-16/1/2011). Hampir setiap SPBU di sepanjang jalur tersebut memasang tanda solar habis dan premium habis.

Kendaraan yang Kompas tumpangi harus membeli solar di pengecer dengan harga Rp 6.000 per liter. Solar dan premium baru tiba Minggu paginya. Melihat datangnya angkutan BBM, para pemilik kendaraan bermotor langsung menuju SPBU. Antrean semakin panjang.

Salah seorang pemilik kendaraan, Ahmad Subkhi, mengaku telah mengantre di SPBU di Kota Bangko selama lebih dari dua jam. "Setiap hari kami harus mengantre panjang untuk bisa membeli premium," tutur sopir angkutan umum jurusan Kota Bangko-Sungai Manau ini.

Hal senada dikemukakan Akhmad, pemilik kendaraan lain. Setelah menunggu satu setengah jam di SPBU Kota Bangko, Akhmad keluar dari mobilnya, lalu terlihat kesal menunggu lama dan langsung keluar dari mobilnya, lalu sibuk mengatur para pemilik kendaraan untuk merapatkan antrean.

Menurut Munari, manajer SPBU, pasokan premium dan solar ke tempatnya tidak stabil. Pada masa Natal dan Tahun Baru lalu, pasokan dari Pertamina Jambi meningkat dari biasanya 50.000 liter per hari menjadi 60.000 liter. Namun, setelah itu, pasokan terus menurun. "Kebutuhan premium di SPBU ini 50.000 liter per hari, tapi hanya dipasok 40.000 liter. Kebutuhan akan solar 30.000 liter, hanya dipasok 20.000 liter," ujar Munari.

Selain berkurangnya pasokan, distribusi premium dan solar juga sering terlambat. Seperti pada Sabtu lalu, premium semestinya tiba di SPBU pukul 16.00, tetapi baru tiba pukul 21.00.

Manajer Pemasaran BBM Pertamina Jambi Syarif mengatakan, saat ini beredar isu bahwa harga solar dan premium akan naik pada Januari ini. Hal itu mengakibatkan banyak warga panik, lalu membeli premium di SPBU dengan jumlah yang melebihi kebutuhan normalnya.

Ia melanjutkan, persoalan lain yang tengah dihadapi pihaknya adalah kerusakan jembatan di dekat Muara Tembesi. Kondisi itu mengakibatkan distribusi BBM menuju Kota Bangko dialihkan dari Pauh ke Tebo. Pengalihan jalur distribusi tersebut membuat jarak lebih jauh dan waktu tempuh lebih lama. Pihaknya pun  memastikan tidak ada pengurangan pasokan BBM ke SPBU di wilayah Jambi.

Editor: Glori K. Wadrianto Loading...

Kirim Komentar Anda

Kirim Komentar Anda

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan