Sabtu, 11 Mei 2013

Republika Online

Republika Online


'Awas Daging Haram'

Posted: 11 May 2013 11:11 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terungkapnya kasus 500 kilogram daging celeng yang rencananya akan dioplos bersama daging sapi di Pelabuhan Merak akhir pekan kemarin, kembali menyita perhatian publik. 

Daging celeng setengah ton ini rencananya akan dioplos dan diperjual belikan di wilayah Jabodetabek dan sekitarnya. Konsumen pun diminta semakin kritis mewaspadai peluang penjualan daging sapi yang dioplos dengan daging celeng. 

Wakil Direktur Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Osmena Gunawan mengatakan, masyarakat memiliki andil besar melaporkan berbagai indikasi penyimpangan penjualan daging non halal meski secara administratif aturan daging haram sangat ketat.

Dia tidak menampik kalau masih banyak daging ilegal dan non halal tersebut beredar di pasaran.  "Secara data masih besar daging yang legal dan halal, namun kembali ditemukannya daging celeng itu, menunjukkan cara bisnis ini masih berjalan," ujar Osmena kepada Republika, Ahad (12/5). 

Pelaku pengoplosan dinilai masih tetap ada selama stok daging langka dan harga daging yang masih mahal. Selain alasan tersebut, ia mengindikasi pengoplosan disebabkan budaya di beberapa wilayah yang memburu babi hutan sebagai hama tanaman.

Perilaku ini, tuturnya, lalu dimanfaatkan oleh beberapa oknum dengan mengoplos daging celeng dan sapi untuk kemudian dijual ke konsumen.

LPPOM MUI, kata dia, sebenarnya telah melakukan syarat penghalalan  ketat untuk produk daging. Salah satunya dengan pencantuman label halal. 

Namun ini pun membutuhkan pengawasan dari masyarakat terkait label tersebut. Karena masih agak susah mengawasi label yang sebelumnya sudah lulus tes uji fisik. Apalagi pengawasan itu untuk produk daging. 

Bank Syariah Efektif Bagi Perekonomian Non Muslim

Posted: 11 May 2013 11:00 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI -- Perbankan syariah tidak hanya diperuntukkan bagi umat Islam. Transaksi bebas bunga ini juga menguntungkan untuk non Muslim dalam hal ekonomi.

Wakil Presiden Eksekutif Bank Meezan, Muhammad Raza mengatakan perbankan syariah utamanya memang diluncurkan bagi umat Islam. Namun umumnya, perbankan syariah juga bermanfaat bahkan untuk non Muslim.

Raza mengatakan wakil beberapa negara non Muslim pernah mendekatinya dan meminta dia menguraikan model keuangan perbankan syariah pada akhir Konferensi Internasional Dana Perumahan di India.

Dalam konferensi itu, Raza menyajikan model pembiayaan perumahan syariah yang dikembangkan Bank Meezan. Setelah konferensi berakhir, peserta dari Nigeria, Jepang dan Afghanistan mendekatinya dan berminat terhadap model perbankan syariah.

"Kami ingin berbagi apa yang telah dikembangkan," ujarnya seperti dikutip dari Pakistan Daily Times, Ahad (12/5).

Raza mengatakan Inggris memiliki populasi Muslim 32 persen dan mempromosikan London sebagai pusat keuangan syariah. "Satu-satunya alasan di balik itu adalah mereka menyadari manfaatnya bagi perekonomian," ucapnya.

Namun dalam negara non Muslim mereka tidak bisa menerapkannya dengan nama perbankan syariah. Mereka mengubah nama itu dan mempromosikannya sebagai perbankan etika.

Berdasarkan proyeksi terbaru Standard & Poor, potensi pasar perbank syariah global diperkirakan sebesar 4 triliun dolar AS.

Negara-negara seperti Oman, Nigeria, Tanzania, Uganda dan Maladewa telah membuka pintu mereka untuk mendorong keuangan syariah dan institusi keuangan baru dan yang sudah ada untuk menawarkan jasa keuangan syariah pada nasabah mereka.

Di Pakistan, Raza mengatakan, market share perbankan syariah diperkirakan mencapai 15 persen  dari total industri perbankan pada 2015. Saat ini market share baru 10 persen. Tingkat pertumbuhan perbankan syariah di Pakistan mencapai 25 hingga 30 persen.

Untuk meningkatkan pangsa pasar lebih cepat, Bank Meezan mengembangkan beberapa produk baru dalam pembiayaan konsumen diantaranya pembiayaan sepeda motor dan pembiayaan dana tua. Branchless banking juga sedang mereka siapkan agar dapat memperluas kebutuhan konsumen.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan