Khamis, 11 April 2013

Republika Online

Republika Online


Sandal Gunung Asal Bandung Sukses Mendunia

Posted: 11 Apr 2013 04:08 AM PDT

Kamis, 11 April 2013, 18:08 WIB

Republika/Lingga Permesti

Sendal gunung buatan Bandung, Sabertooth.

REPUBLIKA.CO.ID, Inovasi diperlukan untuk tetap menghidupkan bisnis. Inilah yang dilakukan oleh merek dagang peralatan petualangan asal Bandung, Sabertooth. Biasanya, sandal gunung sebagian besar berwarna hitam. Tapi tidak dengan Sabertooth yang berinovasi dengan beragam warna, sehingga terlihat lebih gaya dan cocok untuk segala suasana.

Berawal dari perajin dan pemasok sandal gunung, Sabertooth menjadi fenomena tersendiri di kalangan pecinta sandal outdoor atau sandal gunung. Menurut staf Sabertooth, Andi Thalib, hanya dalam satu tahun, Sabertooth memiliki desain sandal lebih dari 70 model. Sabertooth, katanya, menggunakan teknologi champer sole, yaitu lekukan pada sisi sandal yang ergonomis sehingga sandal terasa lebih nyaman. 

"Sabertooth dibuat dari material terbaik yang menjamin kekuatan serta kenyamanan dalam beraktivitas dalam segala situasi dan kondisi baik ekstrem atau hanya untuk santai," katanya. Sabertooth, katanya, juga berinovasi dengan mengeluarkan generasi kedua yakni X2 dengan desain dan bahan yang dua kali lebih kuat dari sebelumnya.

Dalam satu tahun pertama di 2010, kemunculan Sabertooth mampu menjual hingga lebih dari 8.000 pasang sandal ke seluruh Indonesia. Andi mengatakan, 50 persen di antaranya dilakukan tanpa adanya toko, hanya penjualan via online. Bahkan, Sabertooth dipesan oleh masyarakat asing.

Sementara di Indonesia, pemesanan melalui online bisa sampai 10 kodi. Sabertooth tak hanya menerapkan penjualan dalam bentuk online, tapi juga menyebarkan barang ke toko-toko peralatan outdor di Bandung, Jakarta, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.

Reporter : Lingga Permesti
Redaktur : Dewi Mardiani

Rasulullah saw. bersabda: Janganlah engkau berdusta mengatasnamakan aku, karena sesungguhnya orang yang berdusta atas namaku, maka ia akan masuk neraka.(HR. Muslim)

  Isi Komentar Anda

Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.

Museum Louvre di Prancis Rawan Copet?

Posted: 11 Apr 2013 12:10 AM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Para pekerja di Museum Louvre, Prancis berdemonstrasi dan mogok kerja menyusul maraknya aksi pencopetan. Alhasil, museum teramai di dunia itu terpaksa ditutup sementara. 

Pihak pengelola Musem Louvre belum tahu kapan museum yang terletak di Kota Paris itu akan kembali dibuka untuk umum. Guardian melaporkan aksi pencopetan adalah persoalan akut di situs wisata terkenal itu. 

Sayangnya, tidak ada langkah pengamanan dan tindakan signifikan bagi pelaku, termasuk tidak tersedianya jasa kepolisian. Padahal keluhan ini sudah tersebar kemana-mana. Bahkan tahun lalu, pekerja museum sudah mengajukan keluhannya ke kantor kejaksaan. 

Keluhan yang sama juga sudah dibicarakan dengan kepolisian kota untuk meminta pengamanan paling ketat. Tapi, tetap saja aksi pencopetan tetap marak. Seorang juru bicara serikat kerja mengatakan aksi pencopetan dilakukan oleh segerombolan dan orang-orang yang sama. 

Kepolisian, kata dia, semestinya mampu mengidentifikasi. Pun, kejaksaan dapat memberi hukuman larangan untuk memasuki museum.

Museum Louvre setidaknya dikunjungi oleh 30 ribu pengunjung saban hari. Tahun lalu, tercatat 10 juta pengunjung dari seluruh dunia berkunjung ke tempat ini. Museum Louvre menarik perhatian lantaran tersimpan lukisan misterius Monalisa, hasil kuas Leonardo da Vinci.

Namun, maraknya aksi pencopetan membuat pengunjung menurun. Banyak juga turis manca yang protes lantaran menjadi korban. Seorang turis dari Washington, AS, Mariam Kamel (16 tahun) mengatakan kekecewaannya. 

''Kami sudah dicurangi (dicopet),'' kata dia kepada AP dan dilansir Guardian, Rabu (10/4). Kamel yang berkunjung bersama guru seninya Rhonda Eastman menambahkan siapa pun pengunjung yang akan berkunjung ke museum, diwajibkan menjaga barang bawaannya. 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan