Isnin, 8 April 2013

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


Ketegangan Sudan Selatan-Sudan "tampak mulai reda"

Posted: 08 Apr 2013 08:50 PM PDT

PBB, New York (ANTARA News) - Utusan Khusus Sekretaris Jendral PBB untuk Sudan Selatan, Hilde Johnson mengatakan ketegangan antara Sudan dan Sudan Selatan "tampak mulai reda", sementara kerusuhan di wilayah Jonglei, Sudan Selatan, mulai meningkat.

"Utusan Khusus Sekretaris Jenderal untuk Sudan Selatan mengatakan hari ini ketegangan antara Sudan dan Sudan Selatan tampaknya mulai reda," kata Wakil Juru Bicara PBB Eduardo del Buey dalam satu taklimat di Markas PBB, New York, Senin.

Masih di dalam pernyataannya Hilde Johnson "mengucapkan selamat kepada kedua negara karena kesepakatan mereka mengenai pembukaan pos penyeberangan perbatasan yang direncanakan dilakukan akhir pekan ini untuk pengiriman minyak", demikian laporan Xinhua.

Johnson juga "menyampaikan harapan bahwa ini akan membuka babak baru bagi kedua negara", tambah del Buey.

Ketegangan kedua negara dimulai pada Januari 2012, ketika Sudan Selatan memutuskan untuk menghentikan pemompaan minyak dan ekspornya melalui pipa saluran Sudan. Hal tersebut merupakan reaksi setelah Khartoum dilaporkan mengurangi sebagian minyak mentah untuk apa yang dikatakannya sebagai masalah pembayaran.

Kemudian pada 8 Maret, Sudan dan Sudan Selatan melakukan kesepakatan di Addis Ababa, Ethiopia, untuk melaksanakan kerja sama dan pengaturan keamanan yang dicapai pada September lalu. Kerja sama itu meliputi dilanjutkannya ekspor minyak Sudan Selatan melalui pipa saluran Sudan dalam waktu dua pekan.

Sementara itu Negara Bagian Jonglei--Negara Bagian terbesar di Sudan yang berbatasan dengan Ethiopia di sebelah timur-- menghadapi "dua ancaman terbesar bagi kestabilan dan keamanan masyarakat sipil", yaitu kerusuhan antar masyarakat dan pemberontakan oleh kelompok bersenjata, jelas del Buey.

Berikutnya, utusan PBB itu "menyerukan penahanan diri dan mengatakan penting bahwa semua jajaran pemerintah melakukan tindakan guna menghentikan serangan yang terus berlangsung", katanya.

(C003)

Rusia kutuk pemboman maut di pusat kota Damaskus

Posted: 08 Apr 2013 06:13 PM PDT

Moskow (ANTARA News) - Moskow mengutuk pemboman bunuh diri di dekat Kedutaan Besar Rusia di Ibu Kota Suriah, Damaskus, sehingga menewaskan lebih dari 15 warga sipil pada Senin (8/4).

Moskow dengan keras mengutuk serangan lain yang mengakibatkan kematian dan penderitaan warga sipil, kata Juru Bicara Kenterian Luar Negeri Rusia Alexander Lukashevich di dalam pernyataan daring.

Diplomat tersebut mengatakan pemboman itu adalah yang kedua dalam enam pekan belakangan yang telah terjadi di dekat Kedutaan Besar Rusia, demikian laporan Xinhua Selasa pagi. "Ini menciptakan bahaya nyata bagi nyawa dan keamanan staf kedutaan besar," kata Lukashevich.

Ia menyatakan kelompok garis keras di Suriah, yang membom wilayah permukiman, harus menghadapi reaksi tanpa kompromi dari masyarakat internasonal.

Moskow mendesak semua pihak dalam konflik Suriah agar menghentikan kekerasan dan memulai perundingan sejalan dengan Komunike Jenewa --yang ditandatangani pada Juni 2012.

Sedikitnya 15 orang tewas dan 53 orang lagi cedera pada Senin, ketika satu kendaraan yang berisi bahan peledak dan diparkir di plaza Bank Sentral di pusat Kota Damaskus meledak.

Tak satu pihak pun menyatakan bertanggung-jawab atas serangan maut itu, tapi serangan serupa sebelumnya memiliki tanda khas Al Qaida.

Penerjemah: Chaidar Abdullah 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan