Rabu, 6 Mac 2013

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Pejuang Suriah Tangkap Pemantau PBB

Posted: 07 Mar 2013 01:47 AM PST

Pejuang Suriah Tangkap Pemantau PBB

Kamis, 7 Maret 2013 | 09:47 WIB

BBC

Pria dalam video ini mengaku sebagai pemberontak Suriah dan berfoto dengan kendaraan PBB

TERKAIT:

PBB memastikan sekitar 20 orang pemantau mereka telah ditangkap oleh pejuang bersenjata di Dataran Tinggi Golan di perbatasan Suriah-Israel. Para pemantau itu sedang memonitor gencatan senjata antara Suriah dan Israel.

Sebuah video di internet menunjukkan sekelompok pria yang mengaku sebagai pemberontak Suriah berdiri di samping kendaraan dengan inisial "UN".

Kelompok Syuhada Yarmouk mengatakan pada BBC mereka menangkap para pemantau itu untuk menghentikan pasukan Suriah menembaki mereka.

Misi PBB di Dataran Tinggi Golan mengirim tim untuk melihat situasi dan menegosiasikan pembebasan para pemantau.

Misi reguler

Wakil Juru Bicara PBB Eduardo del Buey mengatakan, para penjaga perdamaian dari Pasukan Pemantau Gencatan Senjata PBB (UNDOF) sedang melakukan "misi logistik reguler" ketika mereka dihentikan di dekat sebuah pos observasi oleh pria bersenjata.

Ia mengatakan, pos itu rusak parah dan telah dikosongkan akhir pekan lalu menyusul "pertempuran dahsyat dalam jarak dekat". Juru bicara itu tidak memberikan keterangan yang lebih rinci.

Sejumlah laporan mengatakan, para pemantau PBB tersebut berkebangsaan Filipina. Dalam video yang dipublikasikan di internet, para pria bersenjata itu menyebut diri mereka "Syuhada Yarmouk".

"Tamu" pejuang

Mereka terdengar mengatakan bahwa personel PBB tidak akan dibebaskan hingga pasukan pendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad mundur dari desa Jamla.

Para pemberontak kemudian mengaku menangkap para pemantau untuk menghentikan pasukan Suriah menembaki mereka dan warga sipil di kawasan itu. Mereka juga menambahkan bahwa tim PBB adalah tamu mereka.

Sementara itu, Tentara Pembebasan Suriah (FSA), pasukan pemberontak utama, mengecam penangkapan tersebut. Pemimpin FSA Jenderal Salim Idriss mengatakan dalam program Newshour BBC, ia akan berusaha semampunya untuk membebaskan mereka.

Sekjen PBB Ban Ki-moon dan Dewan Keamanan PBB juga mengecam penahanan para pemantau dan menuntut pembebasan segera.

Editor :

Egidius Patnistik

Sejumlah Polisi Malaysia Dimutilasi di Sabah

Posted: 07 Mar 2013 01:17 AM PST

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com — Kelompok bersenjata Filipina memutilasi sejumlah polisi Malaysia dan memenggal salah satu dari mereka dalam sebuah insiden di Sabah. Namun, pihak berwenang Malaysia, seperti dilaporkan Sydney Morning Herald, Kamis (7/3/2013), hanya mengungkapkan sedikit rincian tentang insiden tersebut.

Insiden mutilasi itu terjadi di sebuah desa di dekat kota pantai di Sabah timur, Semporna, pada 2 Maret, tiga hari sebelum pasukan keamanan Malaysia pada Selasa melancarkan serangan udara dan darat terhadap sekelompok militan yang bersembunyi di perkebunan kelapa sawit di dekat desa Lahad Datu, sekitar 150 kilometer dari Semporna.

Insiden Semporna, yang menewaskan enam polisi, membuat terkejut otoritas Malaysia dan merupakan katalisator bagi Perdana Menteri Malaysia Najib Razak untuk mengerahkan tujuh batalyon tentara ke Sabah dengan perintah untuk menggunakan kekuatan apa saja yang diperlukan guna melumpuhkan kaum militan itu. Demikian kata sejumlah sumber.

Lebih dari 200 orang bersenjata yang mengaku sebagai milisi Kesultanan Sulu dari Filipina selatan tiba di Sabah, sebuah negara bagian Malaysia yang terletak di utara pulau Kalimantan, tiga minggu lalu. Orang-orang bersenjata itu mengklaim sebagai ahli waris sah dari wilayah Sabah. Peristiwa itu memicu krisis keamanan yang paling serius di Malaysia dalam beberapa dekade terakhir.

Kesultanan Sulu merupakan kerajaan Islam yang selama berabad-abad memerintah Filipina selatan dan bagian dari apa yang sekarang merupakan wilayah negara bagian Sabah. Kesultanan itu telah lama runtuh walau turunan dan pengikutnya masih ada.

Rincian tentang insiden mutilasi di Semporna itu mulai muncul. Peristiwa itu terjadi ketika sekelompok polisi berjumlah 19 orang diserang selagi berpatroli di desa Simunul, dua kilometer dari Semporna, pada malam tanggal 2 Maret. Sejumlah polisi yang ditangkap lalu disiksa dan tubuh mereka dimutilasi. Satu orang di antaranya dipenggal. Demikian lapor Borneo Insider.

"Memenggal kepala orang bertentangan dengan agama kami. Ini mengerikan, kejam," kata Azmi, seorang nelayan yang tinggal di dekat desa itu.

Ketika sekitar 50 polisi kemudian dikirim ke daerah itu, enam gerilyawan tewas dalam baku tembak sengit sebelum orang-orang lainnya melarikan diri. Demikian lapor media lokal.

Kelompok-kelompok ekstremis, dalam pemberontakan yang melanda Filipina selatan, sering memenggal musuh-musuh mereka, termasuk tentara Filipina yang ditangkap dan sandera yang diculik yang keluarganya tidak membayarkan uang tebusan.

Kelompok bersenjata yang tiba di Sabah itu tampaknya merupakan petempur yang mahir menggunakan taktik perlawanan. Hal itu menimbulkan kecemasan tentang keterkaitan mereka dengan kelompok-kelompok perlawanan seperti Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF), sebuah kelompok yang tidak melakukan penandatangan kesepakatan damai dengan Pemerintah Filipna, yang ditandatangani kelompok lain, yaitu Front Pembebasan Islam Moro (MILF) tahun lalu. Kesepakatan tersebut diperantarai Malaysia.

Nur Misuari, pemimpin MNLF, mengatakan kepada wartawan pada Selasa bahwa kelompoknya tidak mendukung serangan tersebut, tetapi ia memperingatkan Pemerintah Malaysia untuk tidak melukai warga sipil Filipina di Sabah. "Jangan sentuh warga sipil kami," katanya. "Sekali Anda melakukannya, itu sama saja dengan mendeklarasi perang terhadap rakyat kami dan Front Nasional Pembebasan Moro."

Di kota Zamboanga di Filipina selatan, Habib Hasyim Madjahab, seorang pejabat MNLF, mengatakan kepada wartawan bahwa beberapa pendukung kelompoknya telah pergi ke Sabah untuk memperkuat warga Filipina di sana. "Kami terluka dan banyak dari orang-orang kami, bahkan yang bukan petempur, pergi Sabah untuk membantu kesultanan itu," kata Madjahab.

Belum ada laporan tentang adanya warga Filipina yang tiba lagi di Sabah, salah satu dari 13 negara bagian Malaysia yang terletak di utara Kalimantan dan hanya satu jam perjalanan dengan kapal motor dari Filipina selatan.

Editor :

Egidius Patnistik

Tiada ulasan:

Catat Ulasan