Selasa, 12 Mac 2013

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Anak-anak Suriah Direkrut untuk Berperang

Posted: 13 Mar 2013 04:50 AM PDT

LONDON, KOMPAS.com - Semakin banyak anak-anak di Suriah direkrut oleh kelompok-kelompok bersenjata yang terlibat konflik, kata Save the Children dalam laporannya.

Anak-anak digunakan sebagai kuli, pengawal, pemberi informasi dan tentara, dan dalam beberapa kasus perisai manusia, kata yayasan amal Inggris itu dalam laporan bertajuk Childhood Under Fire.

Sekitar dua juta anak membutuhkan pertolongan di Suriah dan konflik di negara itu telah berdampak pada semua aspek kehidupan mereka, kata Save the Children.  

Para peneliti dari Turki menemukan bahwa tiga dari setiap empat anak Suriah yang mereka wawancarai kehilangan seorang anggota keluarga karena perang.

Banyak yang tidak memiliki akses ke pelayanan kesehatan dan hidup dalam kondisi dengan kebersihan minim dan risiko terjangkit penyakit sangat tinggi.

Keluarga mereka berjuang mendapatkan makanan di tengah melambungnya harga bahan makanan dan tidak terjangkau oleh keluarga miskin.

Pendidikan mereka terhenti karena lebih dari 2.000 sekolah rusak akibat perang atau menjadi barak pengungsian.

Generasi yang Hilang

Anak-anak Suriah adalah "korban konflik yang terlupakan, mereka menghadapi kematian, trauma dan penderitaan dan tidak mendapat bantuan kemanusiaan dasar," kata laporan tersebut.

Save the Children telah meminta bantuan internasional, tapi mengatakan, "Satu-satunya cara untuk menghentikan penderitaan mereka adalah menghentikan perang."

Laporan itu senada dengan laporan badan PBB untuk anak-anak Unicef, yang dipublikasikan pada hari Selasa.

UNICEF memperingatkan bahaya 'generasi yang hilang' di Suriah, dan mengatakan bahwa anak-anak dibawah usia 18 tumbuh dewasa tanpa mengetahui apa pun selain kekerasan.

Mereka tidak mendapat pendidikan yang menjadi hak mereka dan menderita trauma yang akan melukai mereka seumur hidup.

 

Keuskupan LA Bayar Rp 96 Miliar buat Korban Pelecehan

Posted: 13 Mar 2013 03:43 AM PDT

LOS ANGELES, KOMPAS.com — Keuskupan Agung Los Angeles, AS, setuju untuk membayar hampir 10 juta dollar AS (setara Rp 96 miliar) kepada empat pria yang diduga telah dicabuli seorang mantan imam pada tahun 1970-an, kata sejumlah pengacara para korban, Selasa (12/3/2013).

Penyelesaian dicapai bulan ini antara para pengacara korban, mantan imam yang terlibat, dan Kardinal LA Roger Mahony, yang kini ikut serta dalam konklaf untuk memilih paus baru di Roma walau ada protes dari para korban.

Ratusan file tentang klaim pelecehan itu dirilis bulan lalu, setelah lama ditunda, untuk membantu percepatan penyelesaian tersebut, kata seorang pengacara. Pembeberan file itu terjadi bersamaan dengan perlucutan Mahony dari tugas karena kesalahannya dalam penanganan skandal tersebut.

Imam yang terlibat, yaitu Pastor Michael Baker, mencabuli empat korban belia itu secara berulang pada tahun 1970-an, termasuk perjalanan semalam ke San Diego, menurut dokumen hukum yang ada.

Gugatan itu menyatakan bahwa Mahony, yang saat itu menjadi uskup agung, membolehkan Baker untuk terus mejalani tugasnya sebagai imam meskipun ia pada 1986 mengakui bahwa dirinya telah melecehkan anak-anak di bawah umur pada masa lalu. Baker dijatuhi hukuman penjara 10 tahun lebih pada Desember 2007 setelah mengaku bersalah atas 12 tuduhan kejahatan seks dengan anak di bawah umur, termasuk terhadap dua orang yang mengajukan gugatan hukum kali ini. Baker dibebaskan pada Oktober 2011.

Pengacara Vince Finaldi mengatakan, Baker dijadwalkan akan menjadi saksi, jika tuntutan hukum —yang diadukan setelah Keuskupan Agung LA mencapai kesepakatan kompensasi 660 juta dollar AS dengan para korban pelecehan pada 2007— telah diproses di pengadilan.

Keuskupan Agung LA, bulan lalu, merilis sejumlah dokumen dari 100 lebih imam yang dituduh melakukan pelecehan seksual, seperti yang disyaratkan dalam kesepakatan gugatan tahun 2007, termasuk beberapa dokumen yang menunjukkan bahwa Mahony mendiskusikan bagaimana menutup-nutupi kejahatan yang dituduhkan itu.

Finaldi mengatakan, pembeberan sejumlah file itu "sangat berperan" dalam keputusan Keuskupan Agung LA untuk menyelesaikan kasus itu. "Begitu kami mendapatkan file-file, itu mengonfirmasi segala sesuatu yang kami perdebatkan selama bertahun-tahun," katanya kepada LA Times. "Sidik jari Kardinal Mahony ada di seluruh kasus itu," tambahnya.

Keuskupan Agung LA tidak segera menanggapi permintaan untuk memberikan komentar, atau konfirmasi.

Para pengacara itu mengatakan, mereka berencana untuk memberikan rincian lebih lanjut atas kasus itu dalam sebuah konferensi pers pada hari Kamis besok.

Mahony kini berada di Roma. Ia berpartisipasi dalam konklaf untuk memilih pengganti Paus Benediktus XVI, meskipun ada seruan dari kelompok korban terhadapnya agar dia tinggal saja di rumah setelah ada penyingkapan terbaru tentang perannya dalam menutup-nutupi dugaan pelecehan itu.

Mahony, yang pensiun tahun 2011, dilucuti dari tugas-tugasnya yang tersisa di gereja pada Januari lalu oleh penggantinya, Uskup Agung Jose Gomez, karena kesalahannya dalam menangani klaim terhadap puluhan imam.

Editor :

Egidius Patnistik

Tiada ulasan:

Catat Ulasan