Selasa, 8 Januari 2013

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


AS Bayar Denda kepada Mantan Tahanan Abu Ghraib

Posted: 09 Jan 2013 03:37 AM PST

KOMPAS.com — Sebuah kontraktor pertahanan yang dituduh menyiksa para tahanan di penjara Abu Ghraib harus membayar denda kepada mantan tahanan sebesar 5 juta dollar AS atau Rp 43 milliar.

Perusahaan AS, Engility Holdings, membayar 71 orang yang dipenjara di Abu Ghraib, Baghdad, dan penjara yang dikelola AS, atas nama Layanan L-3 menurut sebuah arsip hukum yang ditemukan oleh Associated Press.

L-3 menyediakan penerjemah bagi militer AS setelah perang Irak.

Gambar penyiksaan di Abu Ghariab pada 2004 lalu menyedot perhatian internasional.

Kontraktor lain yang menyediakan tenaga untuk menginterogasi kepada militer AS, CACI, juga diperkirakan akan disidang berkaitan dengan tuduhan yang sama.

Pemerintah AS mendapatkan kekebalan hukum atas tindakan yang dilakukan militer pada saat perang, tetapi pengadilan masih membahas apakah perusahaan independen yang beroperasi di zona perang mendapatkan kekebalan serupa.

Foto penyiksaan

Keputusan itu merupakan yang pertama bagi para tahanan Irak yang menggugat kontraktor pertahanan atas tuduhan penyiksaan.

Seorang kuasa hukum dari mantan tahanan, Baher Azmy, mengatakan kepada Associated Press bahwa 71 orang Irak menerima bagian dari keputusan itu. Dia tidak menjelaskan bagaimana uang itu akan didistribusikan, dan mengatakan kesepakatan menyebutkan untuk merahasiakan rincian perjanjian.

"Kontraktor militer swasta memiliki peran penting tetapi sering kali tidak dilaporkan melalukan tindakan kekerasan di Abu Ghraib," kata Azmy, Direktur Hukum di Pusat Hak Konstitusional. "Kami menyambut baik perjanjian ini menunjukan akuntabilitas dari salah satu kontraktor dan menawarkan sejumlah kebijakan yang adil bagi para korban."

Perusahaan mengatakan tidak berkomentar terhadap masalah hukum.

Abu Ghraib menjadi pusat perhatian setelah sebuah foto yang dipublikasikan pada 2004 lalu menunjukkan kekerasan fisik, seksual, dan psikologis terhadap tahanan Irak oleh para penjaga AS. Gambar itu menunjukkan para tahanan menghadapi anjing-anjing, ditelanjangi, dan disetrum.

Sebelas tentara divonis bersalah karena melanggar hukum militer, tetapi sebagian besar di antaranya hanya mendapatkan hukuman selama beberapa tahun. Tentara terakhir yang dipenjara telah dibebaskan pada Agustus 2011.

 

Editor :

Egidius Patnistik

Gonorrhea Tahan Obat Ancam Amerika Utara

Posted: 09 Jan 2013 03:33 AM PST

CHICAGO, KOMPAS.com Satu-satunya antibiotik oral untuk mengobati gonorrhea atau gonore (sakit kencing nanah) gagal menyembuhkan hampir tujuh persen pasiennya yang dirawat di klinik Toronto, kata peneliti Kanada, Senin (7/1), dalam studi yang kali pertama diterbitkan mengenai gonore kebal obat di Amerika Utara.

Studi tersebut meningkatkan kekhawatiran di kalangan pejabat kesehatan AS, yang telah menginstruksikan dokter agar berhenti memberi resep antibiotik itu, yang dikenal dengan nama cefixime, sebab pemeriksaan laboratorium memperlihatkan gonore mulai mengembangkan perlawanan terhadap obat tersebut. Kondisi itu membuat para dokter AS hanya memiliki satu obat efektif bagi kebanyakan kasus gonore, obat antibiotik suntik yang dikenal dengan nama ceftriaxone.

"Kami sangat prihatin dengan ancaman potensi gonore yang tak bisa diobati di Amerika Serikat," kata dr Gail Bolan, Direktur Divisi Penyakit yang Ditularkan melalui Hubungan Seks di Centers for Disease Control and Prevention.

Telah ada sejumlah kasus di Eropa, tetapi "ini untuk kali pertama kami menghadapi laporan semacam itu yang sesungguhnya di Amerika Utara," kata dr Gail Bolan. "Kami merasa cuma soal waktu saja sampai kekebalan terhadap obat akan muncul di Amerika Serikat."

Hingga saat ini, kebanyakan tanda perlawanan terhadap antibiotik pada gonore di Amerika Utara telah dideteksi dalam uji coba laboratorium, yang telah memperlihatkan peningkatan terus jumlah antibiotik cefixime, yang dipasarkan oleh Lupin Ltd dengan nama Suprax, yang diperlukan untuk membunuh gonore.

"Kami telah menyaksikan satu kasus sebelumnya, tapi ini adalah laporan kali pertama yang disiarkan, dan ini juga adalah rangkaian kasus pertama di Amerika Utara," kata dr Vanessa Allen dari Public Health Ontario di Kanada. Ia memimpin studi itu, yang dipublikasikan di Journal of the American Medical Association.

Allen dan rekannya mengaji hampir 300 orang yang menderita gonore antara Mei 2010 dan April 2011. Mereka dirawat dengan menggunakan cefixime di satu klinik di Toronto, yang mencari pasien dalam kondisi masih terinfeksi selama kunjungan lanjutan.

Dari 300 pasien pada tahap awal, 133 di antaranya kembali untuk menjalani pemeriksaan. Di antara mereka, 13 pasien masih terinfeksi, tapi hanya sembilan dari mereka mengatakan tak melakukan hubungan seks, yang mungkin membuat mereka tertular lagi. Itu membuat angka kegagalan mencapai 6,7 persen.

Allen mengatakan, studi tersebut adalah temuan awal, tetapi tetap penting karena menawarkan suatu penguatan bahwa orang yang diobati dengan cefixime tidak sembuh. Itu juga merujuk pada kelemahan pemeriksaan terbaru yang berdasarkan pada DNA, dan biasa digunakan untuk gonore.

Sebelumnya, para dokter mengambil sampel cairan dari pasien dan mengembangkan pemeriksaan bakteri gonore di piringan laboratorium, yang kemudian digunakan untuk mengidentifikasi perlawanan terhadap obat. Pemeriksaan yang lebih modern dengan dasar DNA, seperti pemeriksaan nucleic acid amplification, tak bisa digunakan untuk memeriksa perlawanan terhadap antibiotik.

 

Editor :

Egidius Patnistik

Tiada ulasan:

Catat Ulasan