Jumaat, 11 Januari 2013

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Pemerintah RI Kirim Bantuan 2.000 Ton Beras ke Filipina

Posted: 12 Jan 2013 04:04 AM PST

BADAI TROPIS

Pemerintah RI Kirim Bantuan 2.000 Ton Beras ke Filipina

Penulis : Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol | Sabtu, 12 Januari 2013 | 12:04 WIB

MANADO, KOMPAS.com - Sebanyak 2.000 ton beras dan 2.500 unit tenda serta 2.500 lembar selimut dikirimkan Pemerintah Indonesia untuk warga Filipina, Jumat (11/1/2013) kemarin.

Bantuan yang diangkut dengan menggunakan KRI Makassar dari Pelabuhan Nusantara Bitung ini dikirim bagi warga Mindanao Filipina yang dihantam badai tropis Bhopa beberapa waktu lalu.

"Bantuan ini merupakan bantuan tahap kedua yang diberikan oleh pemerintah Indonesia. Tahap pertama sudah diserahkan secara langsung oleh Menkokesra bersama Panglima TNI dan Gubernur Sulut beberapa waktu lalu," ujar Sekretaris Jenderal Palang Merah Indonesia (PMI) Budi Adiputro.

Selain Budi, nampak pula dalam pelepasan pengiriman bantuan tersebut Gubernur Sulut, Danlantamal VIII, Kapolda Sulut, Danlanudsri, Walikota Bitung serta beberapa pejabat lainnya.

Menurut Budi bantuan yang diberikan ini merupakan wujud solidaritas internasional yang ditunjukkan pemerintah Indonesia bagi negara Filipina. Sementara itu Gubernur Sulut, SH Sarundajang mengatakan bantuan ini terwujud berkat sinergitas antara TNI, PMI, BNPB dan semua pihak yang telah menunjukkan komitmen kemanusiaannya.

"Beras yang dikirim merupakan beras kualitas terbaik yang dikumpulkan yang dikumpulkan oleh Perum Dolog dari petani yang ada di Sulawesi Utara." kata Sarundajang ketika memberikan kata sambutan dalam melepas KRI Makassar. 

Editor :

Glori K. Wadrianto

Indonesia dan Australia Saling Menyalahkan Soal Kematian Davies

Posted: 12 Jan 2013 03:35 AM PST

PERTH, KOMPAS.com - Polisi Indonesia belum juga memulai penyelidikan berkenaan dengan meninggalnya remaja Perth, Liam Davies di Lombok karena keracunan metanol, meskipun pemerintah Australia mengatakan telah berulang kali meminta hal tersebut dilakukan.

Dalam pernyataan hari Sabtu (12/1/2013), Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia mengatakan konsulat mereka di Bali sudah mengontak polisi beberapa kali mendesak agar mereka melakukan penyelidikan. Diplomat Australia mengatakan mereka sudah mengirim laporan ke polisi di Lombok dan menulis surat kepada Gubernur Bali I Made Pastika.

Namun menurut laporan harian The West Australian, polisi Indoensia membantah adanya kontak resmi soal kematian Davies tersebut. Juru bicara Polda Nusa Tenggara Barat Sukarman Hussein mengatakan, tidak ada catatan komunikasi dengan pihak berwenang Australia. Sebelumnya, kepala polisi Lombok Utara Roni yang membawahi pulau Gili Trawangan dimana Davies keracunan alkohol bermetanol di bar Rudy's Pub, mengatakan dia tidak diberitahu soal kematianya, dan tidak ada penyelidikan apapun yang dilakukan.

Roni mengatakan minggu lalu dia menghubungi Polisi Federal Australia setelah dia dihubungi wartawan, namun menambahkan polisi Australia tidak menyebut-nyebut kasus Davies. Menurut Juru bicara Polda Sukarman Hussein, polisi belum memulai penyelidikan karena Davies diterbangkan dari Lombok ke Australia.

Sementara itu, menurut laporan koresponden Kompas di Australia, L. Sastra Wijaya, Perdana Menteri Julia Gillard juga memberikan komentar atas kasus kematian Davies dengan mengatakan bahwa kematian itu adalah tragedi, dan mengingatkan para turis bahwa hukum Australia dan standar keamanan pangan Australia tidak bisa diterapkan di luar negeri.

PM Gillard mengatakan, Australia bisa mengajukan usulan, namun tidak bisa melakukan penyelidikan di Indonesia. "Kami bisa mengungkapkan keprihatinan, namun kami bukan pembuat aturan di Indonesia," kata Gillard.

Presiden Indonesia Institut Ross Taylor mengatakan bahwa masalah keracunan metanol ini bukan merupakan prioritas masalah di Indonesia. "Berapa orang di Australia sadar bahwa Presiden Indonesia harus mengurusi banjir yang terjadi di Jakarta baru-baru ini." kata Taylor kepada Radio 6PR.

"Polisi juga baru-baru ini menahan beberapa teroris yang merencanakan serangan termasuk ke Bali." Menurut Taylor, masalah metanol ini memang harus ditangani, namun dia meragukan apakah merupakan prioritas di Indonesia.  

Tiada ulasan:

Catat Ulasan