Ahad, 20 Januari 2013

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


FARC akhiri gencatan senjata di Kolombia

Posted: 20 Jan 2013 07:18 PM PST

Havana (ANTARA News) - Kelompok gerilya FARC, Minggu, mengumumkan berakhirnya gencatan senjata sepihak dua bulan dalam perang Kolombia, pada awal perundingan di Kuba untuk mengakhiri konflik terlama di Amerika Latin itu.

"Dengan sedih kami harus mengakui kembalinya tahap perang militer, yang tidak diinginkan siapa pun," kata ketua perunding FARC Ivan Marquez kepada wartawan pada pembukaan kembali perundingan dengan perwakilan pemerintah Kolombia.

Marquez, orang kedua Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC), mendesak pemerintah mempertimbangkan lagi kemungkinan gencatan senjata bilateral dan penghentian permusuhan, agar perundingan perdamaian bisa dilaksanakan dalam suasana yang aman.

Ia mengharapkan penyelesaian yang bisa menghindarkan penduduk dari penderitaan yang lebih besar.

Para pejabat Kolombia menganggap gencatan senjata sebagai taktik negosiasi dan Presiden Juan Manuel Santos memperingatkan pemberontak agar tidak memulai lagi serangan gerilya.

Delegasi pemerintah Kolombia, yang dipimpin oleh mantan Wakil Presiden Humberto de la Calle, tidak memberikan pernyataan kepada wartawan menjelang pembicaraan Minggu itu.

FARC pekan lalu menyatakan bersedia memperpanjang gencatan senjata jika pemerintah Kolombia juga melakukan langkah serupa, namun Bogota menolak melakukan penghentian serangan karena khawatir pemberontak akan menggunakan masa tenang untuk mempersiapkan pertempuran lebih lanjut.

Santos mengatakan, kelompok gerilya itu hanya melaksanakan sebagian dari janji gencatan senjatanya. Militer Kolombia mencatat sedikitnya 52 pelanggaran gencatan senjata oleh FARC selama dua bulan ini.

Negosiasi di Havana dimulai lagi sebelumnya bulan ini setelah masa libur tiga pekan dan kedua pihak berjanji mempercepat perundingan untuk mengakhiri konflik terakhir di kawasan Amerika Latin itu.

Pemerintah Kolombia dan FARC memulai dialog di Oslo, ibu kota Norwegia, pada 18 Oktober yang bertujuan mengakhiri konflik setengah abad yang telah menewaskan ratusan ribu orang. Perundingan itu dilanjutkan sebulan kemudian di Havana, Kuba.

Tiga upaya sebelumnya untuk mengakhiri konflik itu telah gagal.

Babak perundingan terakhir yang diadakan pada 2002 gagal ketika pemerintah Kolombia menyimpulkan bahwa kelompok itu menyatukan diri lagi di sebuah zona demiliterisasi seluas Swiss yang mereka bentuk untuk membantu mencapai perjanjian perdamaian.

Kekerasan masih terus berlangsung meski upaya-upaya perdamaian dilakukan oleh kedua pihak.

FARC, kelompok gerilya kiri terbesar yang masih tersisa di Amerika Latin, diyakini memiliki sekitar 9.200 anggota di kawasan hutan dan pegunungan di Kolombia, menurut perkiraan pemerintah. kelompok itu memerangi pemerintah Kolombia sejak 1964.

Pemimpin FARC Timoleon Jimenez pada April tahun lalu membantah bahwa usulan negosiasi dengan pemerintah mengisyaratkan gerilyawan berniat segera menyerahkan diri.

Pemimpin FARC itu mengatakan, kesenjangan kaya-miskin di Kolombia harus menjadi salah satu masalah yang dibahas dalam perundingan.

(M014)

Senegal mulai kirimkan tentara ke Mali

Posted: 20 Jan 2013 06:50 PM PST

Dakar (ANTARA News) - Sekelompok sekitar 60 tentara dari kontingen 500 orang yang Senegal telah putuskan untuk dikirim ke Mali sebagai bagian dari pasukan multinasional Afrika Barat Ahad meninggalkan Dakar ke Bamako, kata media lokal.

Radio swasta RFM melaporkan gerakan tersebut, namun tidak memberikan rincian tentang jadwal penyebaran kontingen Senegal itu.

Senegal dan negara-negara Masyarakat Ekonomi Negara Afrika Barat (ECOWAS) telah mengumumkan pengiriman pasukan regional untuk membantu Mali memerangi kelompok gerilyawan yang telah menduduki bagian utara negara dan dianggap sebagai ancaman bagi negara-negara lain di kawasan itu.

Pada hari Rabu, Presiden Senegal Macky Sall, melalui pesan kepada Majelis Nasional, mendesak warga Senegal dari semua pihak untuk bersatu mendukung misi kontingen 500 tentara Senegal untuk pergi ke Mali.

Menurut Presiden, setiap ancaman yang mempengaruhi Mali juga akan menjadi perhatian Senegal.

Di bawah mandat Dewan Keamanan PBB, yang blok regional Afrika ECOWAS telah putuskan untuk memobilisasi pasukan multinasional terdiri 3.300 tentara guna membantu pemerintah Mali melawan pemberontak yang menduduki bagian utara negara itu pada Maret 2012 setelah kudeta militer.

Kelompok gerilyawan tersebut, yang diyakini didukung oleh Al Qaida, dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan regional serta pemerintah pusat Mali.

Mereka menyerang kubu militer pemerintah Kanno di pusat Mali pada 9 Januari, dan kemudian mengancam ke ibu kota Bamako.

Prancis, yang berpendapat gerakan gerilyawan itu sebagai ancaman terhadap kepentingannya, cepat mengirim angkatan bersenjata ke negara Afrika Barat itu untuk mendukung pasukan pemerintah guna mengusir mundur para pemberontak.

Dalam pekan terakhir, pasukan Prancis telah membombardir gerilyawam dan membantu pemerintah Mali merebut kembali dua kota yang telah gerilyawan rebut dalam pertempuran baru-baru ini.

Pasukan negara-negara anggota ECOWAS lainnya juga telah tiba di Mali.
(AK)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan